[Kuala Lumpur 5.19] SEKARANG JADI TAHU KLIA1
![]() |
[Kuala Lumpur 5.19] Sekarang jadi tahu KLIA1 |
2 halte sudah dilalui, bus yang sedang kami naiki ini selanjutnya akan menuju halte yang menjadi tujuan kami. Pada saat aku sedang melihat kembali suasana di dalam bus setelah sebelumnya begitu fokus melihat kondisi jalan dari balik kaca depan, 2 wanita remaja yang tadi naik dari tempat yang sama ternyata masih belum turun juga. Nampaknya sudah menjadi kebiasaan pada saat menggunakan transportasi umum seringkali memperhatikan penumpang lainnya, terutamanya yang naik dari satu tempat yang sama. Tentu tidak sampai yang terlalu sering memperhatikannya, hanya sesekali waktu saja. Karena kasihan juga kalau sampai membuat si objek merasa curiga yang kemudian membuat tidak nyaman dirinya. Ada yang memang sekedar ingin memperhatikan, tetapi ada juga yang sampai timbul rasa ingin berkenalan hingga bisa melakukan obrolan. Salah satu faktornya adalah apabila si objek terlihat seperti orang Indonesia, baik dari secara muka atau tidak sengaja mendapati sedang berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Faktor lainnya tidak begitu bisa secara spesifik dijelaskan karena terjadi secara kebetulan atau spontan, tetapi utamanya adalah yang menurutku terlihat cantik atau memiliki daya tarik hoho. Bus kini telah sampai di Halte KL Sentral, aku dan Mas Hendra turun dengan segera sebelum pintunya menutup kembali karena bus masih harus melanjutkan perjalanannya. Tidak hanya kami yang turun di sini, masih ada beberapa orang juga termasuk 2 wanita remaja yang naiknya bersamaan tadi. Reaksi yang keluar dari dalam diriku begitu tahu bahwa tujuan kami ternyata sama adalah agak tidak menyangka namun masih menganggapnya wajar-wajar saja. Aku masih menganggapnya wajar karena menurutku jarang sekali terlihat orang Indonesia terutama yang sedang dalam rangka berwisata menaiki sebuah bus atau transportasi publik lainnya yang turunnya di sebuah tempat pemberhentian yang namanya masih asing terdengar di telinga, dan apalagi KL Sentral sendiri seperti titik berkumpulnya berbagai macam jenis transportasi. Hanya saja yang membuatku sedikit tidak menyangka adalah bahwa ternyata mereka berdua turun pada tujuan yang sama, karena masih ada kemungkinan untuk bisa turun di halte yang cukup familiar lainnya.
Begitu sudah masuk KL Sentral melalui pintu utama karena lokasinya yang dari halte hanya sekitar beberapa langkah, aku sudah tidak tahu lagi kemana arah pergi 2 wanita remaja tadi. Mulai disibukkannya kembali dengan aktifitas kami kemungkinan menjadi penyebabnya, karena dari selama di dalam bus atau bahkan mungkin dari beberapa waktu sebelumnya sudah terbayang di dalam pikiran apa yang kemudian akan aku lakukan. Makanya begitu semenjak turun, fokusku sudah tidak lagi kepada 2 wanita remaja tadi. Aku dan Mas Hendra langsung menuju loker untuk mengambil kembali semua barang yang dari sekitar 1-2 jam lalu telah kami titipkan, posisinya apabila masuk dari pintu utama adalah tinggal berjalan ke arah kanan saja. Begitu sampai di tempatnya, tinggal menuju ke sebuah monitor untuk menyecan wajah yang otomatis dapat membuat pintu lokernya terbuka. Barang-barang tersebut sekarang sudah kami keluarkan dan semuanya dalam keadaan aman. Loker di KL Sentral ini bisa menjadi salah satu referensi apabila beratnya beban barang bawaan ingin dikurangi, karena alasan sudah habisnya masa tinggal dari penginapan yang ditempati seperti kami atau mungkin karena ada faktor lainnya yang akhirnya menyebabkan harus dibawa semua barang bawaannya. Namun adanya biaya yang dikenakan yang itu tidak terbilang murah mengingat nilainya yang bisa setara untuk paket satu porsi makan dan juga minumannya hehe, tentu menjadi pertimbangan yang perlu dipikirkan. Bisa menjadi agak ringan apabila pergi bersama beberapa teman, karena untuk pembayaran jasa penitipannya bisa dilakukan secara patungan. Bagi yang kebetulan pergi sendiri dan meski mempunyai nyali tinggi, rasanya agak susah mengajak orang yang baru ditemui di dalam perjalanan untuk diajak patungan. Bukan permasalahan sulitnya untuk bisa saling percaya, akan tetapi faktor kecil kemungkinannya mempunyai rencana yang sama karena sistem lokernya yang hanya memberikan kesempatan 1x untuk dibuka sehingga perlu disepakati secara bersama untuk waktu kapannya. Meski begitu, aku tidak berusaha untuk membatasi tindakan yang akan diambil teman-teman. Apabila masih ada keinginan untuk berusaha mencoba, justru aku salut dan bangga. Dan begitu sudah berhasil, aku rasa tentu itu akan menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan pernah bisa dilupa.
Setelah turun 1 lantai dari eskalator dan sebelum pergi ke tempat naiknya bus yang bisa membawa kami menuju ke bandara, Mas Hendra izin sebentar ke kamar kecil atau Tandas untuk istilah bahasa melayunya. Sementara Mas Hendra mau buang air kecil, aku yang tidak sedang kebelet menjaga barang bawaannya di bawah eskalator yang barusan kami turuni atau tepatnya di depan sebuah minimarket 7-Eleven. Meski sudah lama tahu tempatnya, jujur aku sendiri belum pernah masuk ke dalam kamar kecilnya. Antara kebetulan memang selalu dalam kondisi yang tidak pernah kebelet atau memang kurang nyaman dengan kamar kecil yang ada di tempat umum. Sekeluarnya dari kamar kecil setelah buang air, perjalanan kami kembali harus tertunda. Mas Hendra sekarang masuk ke dalam 7-Eleven untuk membeli beberapa makanan dan minuman seperti air mineral, Mie instan dan Pop Mie, dan juga roti, yang menurutnya bisa dijadikan amunisi untuk bekal di persinggahan selanjutnya nanti. Pada kota tujuan kami nanti ini memang untuk mendapatkan makanan halal tidak semudah seperti di Malaysia atau di Kuala Lumpur tepatnya tempat kami sekarang berada. Namun bukan berarti sama sekali tidak ada, karena aku sendiri sebetulnya sudah mengantongi beberapa informasi mengenai tempat-tempat makan yang aman bagi kami tetapi karena masih belum tahu bagaimana situasi dan kondisi di sana maka kami tetap berjaga-jaga. Tidak sampai yang berlebihan, Jumlah makanan yang sedang kami beli ini sedikit sekali malahan. Selain tak ingin terlalu menambah beban karena sudah banyaknya barang bawaan, sayang juga kalau nantinya tidak semuanya termakan.
Setelah hasil perbelanjaannya di bawa keluar Mas Hendra karena sudah dibayarkan semua, kami berdua kemudian membaginya ke dalam beberapa tas untuk meringankan kami dalam membawanya. Tentu kemudian membuatku perlu mengatur lagi isi tasku yang sebelumnya sudah dalam kondisi sudah rapi, untung saja tidak sampai yang dikeluarkan semua karena masih adanya ruang setelah aku agak menekannya. Sekarang urusan pembagian muatan sudah terselesaikan, kami berdua siap melanjutkan perjalanan. Berjalanlah kami ke arah NU Sentral yang merupakan sebuah pusat perbelanjaan, hanya saja tidak sampai yang menaiki eskalator ataupun tangga biasa karena itu sebagai patokan saja dan kami memang tidak sedang akan kembali berbelanja. Dari 7-Eleven tadi, cukup berjalan hingga ke ujung sampai menemukan pemandangan jalan raya, sampai di sana nantinya ada sebuah eskalator yang akan membawa turun ke lantai Lower Ground (LG) tempat beroperasinya bus yang siap mengantar ke bandara. Karena sudah terbiasa pulang pergi melalui KLIA2, aku sempat tidak mengetahui apakah ada transportasi umum lainnya yang bisa mengantarkan kami menuju KLIA1. Yang hanya aku tahu adalah adanya Free Shuttle yang bisa digunakan untuk berpindah dari KLIA2 ke KLIA1 ataupun sebaliknya yang itu juga sudah pernah aku coba. Untuk itu, dari KL Sentral ini pada mulanya kami terlebih dahulu akan menaiki bus yang menuju KLIA2 karena apabila menggunakan Grab bisa mencapai 5-6x lipat selisih harganya. Tetapi untungnya pada saat baru akan membeli tiketnya dimana kami pada posisi yang masih antri, secara tidak sengaja aku mendapati sebuah tulisan KL Sentral - KLIA di konter penjualan tiket sebelahnya. Begitu aku datangi konternya yang hanya selang beberapa detik setelah membaca informasi yang tertera, Konfirmasi dari si penjaga atas pertanyaanku mengenai kebenarannya adalah Iya. Tanpa berlama-lama, aku langsung membeli tiket busnya sebanyak 2. Meski sebetulnya tak ada perbedaan dalam hal harga yaitu 13 ringgit untuk 1 tiketnya, tetapi dengan adanya bus yang bisa langsung menuju ke KLIA1 tentu menjadikan kami hemat secara waktu dan juga tenaga. Melihat dari beberapa pengalaman pribadi, calon penumpang bus di KL Sentral yang akan menuju ke bandara hampir tidak pernah dibuat menunggu sampai yang agak lama karena kendaraannya yang sudah dalam posisi siap sedia termasuk dengan kami sekarang ini. Sehingga begitu sudah mendapatkan tiketnya, kami bisa langsung masuk ke dalam bus dengan terlebih dahulu dilakukan pengecekan tiket oleh petugas yang berjaga di dekat pintu. Mengenai yang mana konter penjualan tiketnya adalah bisa mencari konter yang bertuliskan KL SENTRAL - KLIA1 seperti yang tadi sudah aku beri tahu, dengan identik warna untuk konter dan busnya yaitu biru muda.
Baru sekitar 5 menit sejak kursi yang ada di dalam bus kami duduki ditambah dengan kursi lainnya yang baru sekitar 10an yang ditempati, sang pengemudi sudah mulai menyalakan gas yang berarti bus akan segera berangkat. Ini merupakan kali pertamaku menaiki sebuah bus dengan kondisinya yang cukup sepi, karena dalam sepanjang perjalananku menggunakan bus yang menuju ke bandara hampir semua kursinya selalu terisi. Mungkin karena bandaranya berbeda sehingga pengalaman yang didapatkan juga akhirnya berbeda. Ada 2 perkiraan yang terbesit di dalam pikiran mengenai hanya sedikitnya orang yang menggunakan bus untuk menuju KLIA1, yaitu antara layanan busnya yang memang baru saja tersedia sehingga belum banyak yang mengetahui keberadaannya atau perekonomian calon penumpang pesawat di KLIA1 yang rata-rata berada di tingkat menengah atau justru di atasnya karena memang lebih banyaknya pesawat Full Sevice dan High Cost yang beroperasi di sana sehingga menjadi gengsi untuk menggunakan kendaraan semacam bus seperti kami ini. Mas Raka juga sempat mengatakan bahwa KLIA1 adalah bandaranya orang kaya, dan itu diutarakannya padaku pada saat kami menaiki Free Shuttle dari KLIA2 menuju Mitsui Outlet Park yang dimana rutenya melewati KLIA1 terlebih dahulu. Tentu kemudian membuatku bisa langsung memastikan dengan melihat dari balik kaca para calon penumpang yang baru turun dari mobil sebelum lanjut berjalan untuk masuk ke dalam bandara, yang mana beberapa di antaranya termasuk jenis mobil mewah. Tentu tidak ada yang salah dengan pilihan masing-masing mereka, secara besarnya pengeluaran dan feedback yang didapatkan sepertinya juga sudah dipikirkan. Hanya saja kami tidak mau terlalu memaksa diri untuk melakukan hal yang sama, karena memang baru sanggupnya untuk menggunakan bus saja hehe.
Setelah sekitar 1 jam lebih perjalanan dimana aku kurang mengetahui bagaimana kondisi jalan karena lebih banyaknya dengan tidur waktu yang dihabiskan, kini kami dan juga seluruh penumpang tinggal menunggu sang pengemudi mengakhiri perjalanan ini pada titik pemberhentiannya karena bus mulai memasuki area bandara. Pada saat sudah berhenti dan pintunya mulai terbuka, seluruh penumpang termasuk kami berdua akhirnya dipersilahkan untuk bisa turun dan keluar dari dalam bus. Sebelum lanjut pergi, terlebih dahulu kami mengambil beberapa barang bawaan yang sengaja kami tempatkan di dalam bagasi. Sekarang aku dan Mas Hendra tinggal berjalan kaki untuk masuk ke dalam bandara. Tanpa berlama-lama dengan tidak terlebih dahulu mampir sebentar kemana-mana, yang langsung kami tuju sekarang ini karena memang menjadi kebutuhan utama adalah Konter Check-in. Dari posisi begitu masuk bandara setelah turun dari bus tadi, kami tinggal menaiki eskalator beberapa kali hingga sampai di lantai paling atas. Untuk informasi mengenai keberadaan Konter Check-in dari maskapai yang akan teman-teman naiki dapat dilihat melalui layar yang cukup besar yang tertempel pada salah satu pilar. Namun sayangnya begitu aku amati layarnya yang tiap beberapa detik informasinya berganti karena saking banyanya jadwal penerbangan yang sedang beroperasi, hingga sudah berkali-kali ganti tak terlihat ada informasi mengenai penerbangan kami. Mungkin terbilang aneh, tapi kejadian sepele semacam ini seringkali membuatku gelisah. "Apakah jangan-jangan Online Travel Agent (OTA) tempat kami memesan melakukan penipuan?" Begitulah kekhawatiranku.
Memang kala itu aku memesan tiketnya melalui OTA yang namanya mungkin belum begitu banyak orang tahu karena tertarik dengan harganya yang lebih murah dibandingkan dengan lainnya, termasuk dari beberapa OTA yang namanya sudah sering terdengar di telinga. OTA tempat kami memesan tiket adalah Nusa Trip, dan mungkin sampai sekarang masih ada beberapa yang asing dengan namanya atau sebetulnya sudah pernah tahu tetapi pada saat akan menggunakannya untuk memesan sesuatu masih ragu. Begitupun sama halnya dengan kami kala itu. Aku sendiri baru mengetahui secara tidak sengaja pada saat mencari referensi harga tiket paling murah melalui website Skyscanner dengan jadwal keberangkatan tanggal hari ini. Setelah mencoba membandingkan beberapa, terpilihlah Nusa Trip sebagai penyedia harga paling murah. Tentu aku tidak langsung terburu-buru untuk langsung melakukan pemesanan, tetapi mencari tahu terlebih dahulu mengenai reputasi dari OTA ini. Aku coba bertanya melalui forum Backpacer Internasional mengenai aman tidaknya digunakan untuk bertransaksi, hingga 1 jam setelahnya aku coba cek postinganku kembali ternyata belum ada 1 orangpun yang menanggapi. Tidak begitu saja menyerah, melalui mesin pencarian nomer 1 di dunia aku coba menelusuri cerita pengalaman orang yang pernah melakukan pemesanan. Namun hasil yang aku dapatkan adalah nihil alias tidak ada. Aku tunggu hingga beberapa waktu sampai akhirnya ada 2 orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang aku lemparkan, menurut sepengalaman mereka adalah aman. Meski yang menanggapi baru 2, dengan jawaban yang sama menurutku sudah cukup untuk menjadi bekalku dalam memutuskan jadi tidaknya menggunakan jasa Nusa Trip. Dengan perasaan yang masih antara yakin dan tidak yakin, aku putuskan untuk melakukan pemesanan. Untung saja begitu tiket yang dikirim dalam bentuk softcopy Pdf tersebut sudah aku terima, ada beberapa orang lagi yang menanggapi pertanyaanku dengan jawaban yang juga sama-sama amannya. Namun aku tidak begitu saja bisa bernafas lega, pada saat tahu bahwa data kami juga sudah tercatat di website resmi maskapai setelah aku melacak kode pemesanannyalah yang membuat rasa raguku menjadi sirna.
Ketidakmunculan di layar informasi mengenai maskapai yang akan kami naiki tentu kembali menjadikanku ragu. Di saat sedang berfikir kepada siapa harus mengadu, tidak jauh dari posisiku berdiri terlihat ada pusat informasi. Aku yang kebetulan sedang sendiri karena Mas Hendra tengah menjaga barang bawaan langsung berjalan menghampiri dan menanyakan langsung mengenai permasalahan kami. Diberitahulah kemudian oleh Customer Servicenya bahwa kami perlu menunggu sekitar 30 menit lagi karena baru dibukanya Konter Check-in begitu sudah memasuki 3 jam sebelum jadwal keberangkatan. Akhirnya aku bisa tenang setelah mendengar penjelasannya dengan tidak lupa mengucapkan terima kasih setelahnya. Kini aku pergi meninggalkan Pusat Informasi untuk kembali menuju ke tempat di mana Mas Hendra berada. Karena tidak sebandingnya jumlah tempat duduk yang tersedia dengan jumlah pengunjung bandara membuat kami menjadi tidak kebagian kursi dan akhirnya memilih untuk duduk selonjoran di lantai dengan bersandar sebuah gambar peta Kuala Lumpur atau Bandara KLIA1 aku lupa, yang posisinya berada di sekitaran pintu masuk bandara lantai paling atas tentunya. Sembari menunggu waktu Check-in tiba, Mas Hendra memanfaatkannya dengan menonton pertandingan sepak bola secara streaming melalui HPnya karena kebetulan tim yang berlaga adalah Indonesia dengan Thailand sebagai lawannya. Aku sendiri memanfaatkan waktu luang ini dengan meminjam HP Mas Hendra yang satunya untuk mengambil beberapa gambar dan juga diselingi dengan menata kembali file-file bukti pemesanan termasuk juga Itinerary perjalanan supaya apabila nanti pada saat di imigrasi dimintatunjukkan oleh petugasnya dapat aku tunjukkan dengan segera.
Ada gunanya juga tidak mampunya HPku untuk digunakan streaming menonton bola dengan lancar, sehingga aku bisa sembari memantau waktu secara berkala. Karena begitu waktu sudah menunjukkan tepat 3 jam sebelum waktu keberangkatan yang kemudian aku ajak Mas Hendra untuk segera bergegas Check-in saja, ia masih meminta izin untuk menyelesaikan menontonnnya hingga berakhirnya babak pertama yang untungnya tinggal beberapa menit saja. Seandainya aku menonton juga, ada kemungkinan dapat ikut terhanyut dalam euforia pertandingannya mengingat salah satu tim yang sedang berlaga adalah kebanggaan negeriku tercinta. Babak pertama usai, kami langsung beranjak tanpa menunda-nunda. Perkara Check-in yang berkaitan dengan penerbangan terutama pada rute internasional tidak bisa disepelekan. Pada saat terlambat memang tidak sampai teguran berupa kekerasan yang didapatkan, tetapi langsung ditampar oleh kenyataan. Pembelian tiket baru yang tentu akan menambah pengeluaran, belum lagi jika masih akan atau tengah melakukan perjalanan tentu jadwal akan menjadi berantakan, dsb. Kini aku berjalan agak mendekat ke layar untuk melihat kembali informasi, akhirnya jadwal penerbangan kami muncul juga dan Konter Check-innya juga sudah dibuka. Karena pada layar untuk posisi konternya juga sudah tertera, sehingga kami bisa langsung berjalan menuju ke sana. Meski pergi dengan cukup banyak barang bawaan aku tetap bisa merasa tenang untuk perjalanan kali ini, karena kebetulan yang akan kami naiki ini termasuk jenis maskapai Full Service dimana biayanya sudah termasuk dengan bagasi.
Kedatangan kami kemari yang agak molor beberapa menit karena masih asyik menonton bola tadi menyebabkan kami perlu antri, tetapi pelayanan dari maskapainya yang membuka beberapa konter untuk mempercepat proses Check-in menjadikan kami tidak perlu menunggu agak lama. Begitu sudah tiba giliran, kepada petugas kami tunjukkan kode pemesanannya beserta dengan paspornya juga. Sembari memproses tiket biasanya ada pertanyaan yang hampir selalu dilontarkan oleh petugas Konter Check-in selain menanyakan di sana berapa lama dan apakah sudah ada tiket balik, yaitu "Apa ada bagasi?" tentunya seperti kami sekarang ini hehe. Dan karena kami ada barang yang memang akan diletakkan pada bagasi, aku jadi tahu bahwa ternyata setiap maskapai punya kebijakan yang berbeda mengenai ini. Seperti dengan maskapai yang kami gunakan untuk penerbangan kali ini yaitu Royal Jordanian, kebijakan yang diterapkan adalah bahwa untuk barang yang akan diletakkan pada bagasi jumlahnya dibatasi. Untuk setiap penumpang hanya diperbolehkan menitipkan maksimal 1 item barang baik itu tas ataupun koper, itupun juga dengan batasan berat muatannya yang tidak boleh melebihi 15 atau 20kg. Setelah proses Check-in selesai dimana paspor kami sudah dikembalikan dan sekarang menjadi ada Boarding passnya di selipan, kembali dengan tidak lupa mengucapkan terimakasih kini kami beranjak pergi. Dengan berhasilnya Check-in tadi menunjukkan bahwa tiket yang kami beli di Nusa Trip dapat dinyatakan aman, semoga pengalaman kami ini bisa menambah referensi jawaban atas keraguan teman-teman. Dan juga kepada Nusa Trip semoga tetap dapat menjaga pelayanannya yang sudah dinilai baik karena kepuasan yang diterima oleh pembeli di mana salah satunya adalah kami. Sebelum memasuki area imigrasi yang posisinya perlu turun dulu 1 lantai, terlebih dahulu dilakukan pengecekan kembali kelengkapan dokumen kami seperti paspor dan Boarding pass yang selanjutnya paspor tersebut ditempelkan pada sebuah monitor. Begitu berhasil dan semua dokumen dikembalikan, baru kami diperbolehkan untuk turun ke bawah. Aku sampai saat ini sebetulnya juga masih belum mengerti maksud dan tujuan dilakukannya penyecanan paspor karena kami masih harus melewati imigrasi, berbeda dengan di Bandara Changi dimana dilakukannya penyecanan paspor memang sebagai cap atau stempel imigrasi. Jika mungkin ada yang tahu mengenai ini, kolom komentar terbuka untuk kita bisa berbagi. Sebelumnya aku ucapkan terima kasih.
Suasana imigrasi pada waktu yang belum begitu malam ini lumayan agak padat, tetapi karena proses cap paspor setiap orangnya berlangsung tidak begitu lama sehingga waktu yang dihabiskan dari mulai Check-in tadi sampai berhasilnya kami melewati imigrasi tanpa ditanya apa-apa yaitu baru sekitar setengah jam lebih. Tahap selanjutnya yang harus kami lewati adalah pengecekan isi barang bawaan melalui mesin X-ray, kemudian untuk orangnya sendiri akan dilewatkan pada sebuah Body Scanners untuk tujuan yang sama. Yang perlu dipersiapkan sebelum berjalan melewati teknologi ini adalah cukup anggota badan dan pakaian yang dikenakan, yang terdiri dari atasan bisa Kaos atau kemeja, celana, dan juga alas kaki sewajarnya. Benda yang mengandung logam atau berpotensi menimbulkan bunyi karena oleh sensor terdeteksi seperti HP, sabuk, dll tidak diperkenankan untuk menempel atau berada di dalam kantong pakaian. Karena aktifitas perjalananku yang sudah beberapa kali menggunakan jalur udara sehingga menyebabkan seringnya melewati tahap seperti ini, membuatku mengetahui cara supaya tidak memperlama diri. Momen paling tepat untuk mempersiapkan menurutku adalah pada saat sedang antri di area Check-in atau imigrasi. Begitu berada di salah satu posisi antara Check-in atau imigrasi biasanya jaket sudah mulai aku lepas, bahkan terkadang dari mulai sejak masuk ke dalam bandara. Pengecualian apabila kondisi di dalam bandara rasa dinginnya sudah membuatku tidak kuat menahannya. Biasanya aku mempertimbangkan untuk mengenakan jaket yang terdapat ritsleting di kantognya sehingga bisa digunakan untuk menyimpan Barang-barang yang wujudnya masih bisa berada di dalam genggaman seperti HP atau dokumen penerbangan. Selain pada saat melewati sensor pengecekan badan posisi Barang-barang tersebut sudah tersimpan aman di dalam kantong jaket yang kita lepas, pada saat sedang berada di area Check-in, Imigrasi, ataupun Gate yang menjadi tahap terakhir yang dilewati sebelum masuk ke dalam pesawat dokumen yang diminta bisa kita tunjukkan dengan segera karena tinggal mengambil dari kantong jaket saja.
Berbeda dengan KLIA2 yang semua Gatenya ditempuh dengan hanya berjalan kaki, di KLIA1 ini Gatenya terbagi menjadi 2 di mana ada yang masih satu area sehingga cukup ditempuh dengan berjalan kaki juga dan yang kedua yaitu yang posisinya agak terpisah sehingga untuk menuju ke sana perlu terlebih dahulu diangkut menggunakan kereta. Pengalaman pertama kami menginjakkan kaki di KLIA1 sekarang ini ternyata langsung mendapatkan Kesempatan untuk mencoba kereta penghubungnya, karena kami kebetulan kedapatan Gate yang ada di sana. Begitu sudah berada di dalam gerbong yang tidak lama kemudian keretanya berjalan, ada beberapa pemandangan yang bisa kami saksikan dari dalam di antaranya yaitu suasana di setiap Gate yang tidak begitu terlihat dengan jelas dan satu lagi adalah suasana di luar bandara dimana terlihat beberapa pesawat yang sedang terparkir atau dilakukan pengecekan karena kemungkinan akan segera digunakan untuk terbang. Sesampainya di area yang terpisah dengan bandara utama sembari menunggu Gate yang biasanya baru dibuka sekitar 1 jam sebelum keberangkatan, Mas Hendra kembali berkutat dengan HPnya entah untuk melanjutkan menonton timnas Indonesia yang sepertinya sudah memasuki babak ke dua atau sekedar berselancar di sosial media dengan juga menjaga semua bawa barang bawaan sementara aku izin untuk pergi berkeliling sebentar. Memang belum semua, hanya baru beberapa bagian saja yang sudah aku ketahui. Dengan langsung Naik 1 lantai menggunakan eskalator atau tangga biasa aku lupa, di sana terlihat ada beberapa lounge yang telah disediakan oleh beberapa maskapai yang memang dikhususkan bagi calon penumpang mereka yang sepertinya tidak ada tampang dan penampilan seperti aku ini yang berada di dalamn loungenya hehe. Nantilah ada masanya aku juga bisa berada di posisi mereka, meyakinkan diri saja dulu sembari sabar menunggu supaya tidak menuntut dengan terburu-buru. Di lantai 2 ini juga terdapat musala (Mushola - atau dalam bahasa melayunya = Surau) yang diperuntukkan bagi muslim yang ingin menjalankan ibadah. Setelah puas berkeliling meski sebentar, aku kembali menuju ke Mas Hendra dengan turun 1 lantai terlebih dahulu tentunya. Kini kami sama-sama berjalan menuju ke Gate karena memang tempat Mas Hendra duduk tadi sedikit agak jauh posisinya. Begitu kami sampai ternyata Gatenya sudah dibuka, dengan terlihat di dalam juga sudah banyak calon penumpang lainnya. Aku lupa pada saat akan masuk Gatge setiap calon penumpang tinggal berjalan seperti biasa atau ada pemeriksaan kembali barang bawaan. Dan karena deretan kursi yang posisinya dekat dengan pengecekan Boarding pass terakhir nanti begitu pesawat sudah siap untuk dimasuki sudah pada terisi, akhirnya kami putuskan untuk cari posisi yang agak ujung sekalian karena kebetulan di sana justru terdapat colokan yang bisa kami gunakan untuk menambah daya baterai HP kami mumpung masih ada beberapa waktu sembari menunggu. Maka untuk ceritanya aku tahan dulu sampai di sini, dan akan dilanjutkan lagi nanti.
Bersambung...
*Dokumen perjalanannya ada di bawah ini:
![]() |
Gak tahu ini lagi nobar pertandingan apa kok skornya 18:40 - Kuala Lumpur International Airport 1 (KLIA1) |
![]() |
Langsung komplain ke pembuatnya, jersey kw yang aku beli ternyata tidak ori - Kuala Lumpur International Airport 1 (KLIA1) |
.
Instagram: @umarilahjalan
#umarilahjalan ~
Komentar
Posting Komentar