[Kuala Lumpur 5.9] MAKAN MALAM DI DEKAT PETRONAS


Dasarnya karena mungkin sudah banyak sekali lemak yang tertimbun di dalam tubuh jadi begitu jalan kaki yang hanya beberapa ratus meter baju sudah cukup basah, keringat yang keluar seperti para atlet pelari yang usai bertanding. Untungnya di tempat makan yang kami datangi sekarang ini udaranya tidak begitu panas, jadi kemungkinan perlahan bajuku kembali mengering. Selain tempatnya yang tidak begitu panas, yang datang ke Nasi Kandar Pelita ini kebanyakan adalah para pengguna kendaraan beroda empat alias mobil. Pertama kali datang tempat makan ini sekitar tahun 2017 karena diajak oleh salah seorang teman yang merupakan kakak kelas satu tingkat pada saat SMK yang kebetulan aku bagian dari rombongan yang sekaligus menjadi pembantu pendampingnya pada perjalanan kala itu. Mas Raka yang merupakan nama dari temanku tersebut juga memberitahuku bahwa untuk menu makan di sini harganya agak menengah, bisa dikatakan tempat makan ini masuk ke dalam kategori restoran. Wajar jika kemudian yang datang banyak sekali yang menggunakan mobil, dan juga wajar jika harganya yang agak menengah ketika tahu bahwa lokasinya yang cukup strategis. Kurang begitu paham mengenai apakah ini masih termasuk tengah kota tetapi yang pasti berada di pinggir jalan besar dan hanya berjarak beberapa ratus meter dengan ikon utama Kuala Lumpur yang kami kunjungi barusan, yaitu Menara Kembar Petronas. Selain itu, Nasi Kandar Pelita juga bersebelahan pas dengan Malaysia Tourism Centre yang merupakan pusat informasi mengenai pariwisata yang ada di Malaysia. Selain sebagai pusat informasi, Malaysia Tourism Centre yang juga dikenal dengan MATIC ini setiap pukul 15.00 Waktu Kuala Lumpur kecuali hari minggu memberikan suguhan pertunjukan tentang kebudayaan Malaysia. Bagi teman-teman yang tertarik atau suka dengan pariwisata yang berbau dengan pertunjukan kebudayaan, tempat tersebut sangat aku rekomendasikan.

Pada paragraf sebelumnya sempat aku singgung nama Nasi Kandar Pelita, beberapa mungkin kemudian paham arahnya kemana tetapi supaya lebih jelas akan aku ulas. Jadi nama tempat makan yang sedang kami datangi sekarang ini adalah Nasi Kandar Pelita, terdengar agak unik memang namanya meski kemudian tersadar bahwa di Indonesia khususnya di Surabaya saja nama tempat makan yang menggunakan nama makanan bukan lagi banyak tetapi sudah sangat. Perkiraanku saja ini mungkin penamaan Nasi Kandar Pelita ini kalau di Indonesia itu ibarat nama makanan yang kemudian di belakangnya ditambahkan satu kata keterangan yang menghebohkan yang diharapkan dapat menarik pemburu makanan untuk datang, seperti contoh Nasi Goreng Jancok, Mie Setan, dll. Walaupun sebenernya aku belum tahu pasti arti pelita dalam konteks bahasa melayu, namanya saja juga cuma perkiraan hehe. Meski nama tempatnya Nasi Kandar tetapi sebetulnya menu makanan yang dijual disini cukup beragam. Ada yang siap saji ala-ala khas Padang dengan menu lauk dari mulai ayam, burung puyuh, daging, ikan, dll, ditambah dengan beberapa bumbu kare atau santan yang pemilihan menu makannya bebas dengan menyentuh layar alias kaca. Karena alasan ingin segera makan dan porsinya yang lumayan banyak, aku memilih untuk masuk ke antrian area makanan yang ini. Sedang Mas Hendra memilih mencari tempat duduk terlebih dahulu sembari kemudian meminta buku menu ke salah satu pelayan untuk mencari makanan yang cocok, meski pada akhirnya yang dipesan justru bukan malah dari buku menu tetapi karena melihat tampilan beberapa menu makanan yang ada di layar monitor. Karena makanan yang dipesan Mas Hendra adalah Maggi Goreng yang bukan merupakan makanan cepat saji sehingga perlu menunggu dimasak terlebih dahulu.

Entah mungkin cara makanku yang terkesan cepat atau lahap atau memang benar-benar kelaparan, jadi begitu makanan yang dipesan Mas Hendra sudah datang makananku sudah habis duluan hehe. Untuk spesifik menu makanan yang aku pesan aku lupa, sepertinya Ayam dengan crispy merah yang aku kurang mengerti untuk nama aslinya disini. Penggambaran wujudnya adalah daging ayam yang dimasak kentucky dengan tampak luar berwarna merah, kurang tahu pasti antara tepung yang digunakan berwarna merah atau ada resep atau bumbu-bumbu khusus yang akhirnya membuat bagian kriuknya menjadi berwarna merah. Sebelum disajikan ke piring, ayam tersebut oleh penyaji dipotong menjadi 3-4 bagian yang kemudian ditumbuk atau digepengkan menggunakan bagian sisi samping pisau besar yang digunakan untuk memotong ayamnya. Pada saat belum tiba giliranku untu dilayani tadi, aku memperhatikan orang yang pas ada di depanku saat memilih lauk dan kuah. Karena aku pikir ia paham dengan kuah mana saja yang pas untuk dipadukan terlihat dari cara menunjuknya yang tanpa keraguan, aku mencoba menerapkannya pada makananku dari mulai campuran sampai urutannya yang benar-benar sama, modal yakin saja sudah. Begitu pas sudah aku bawa ke meja dan kemudian aku makan, ternyata rasanya enak juga maksudnya tidak terasa di lidah ada yang aneh. Memang sih aku bukan pakar makanan yang sampai sensitif terhadap sekecil rasa tetapi kan ini penilaian sebagai kebutuhan makan bukan tester, selama masih celah kecil seperti yang kurang asin sedikit atau kurang apa begitu masak iya kemudian memutuskan untuk tidak jadi makan? Kalau aku tentu tetap aku sikat makanannya hehe.

Jadi, setelah kemudian mencari di youtube dengan kata kunci Daging Ayam di Kuala Lumpur ada 1 video yang dari thumbnailnya terlihat ada daging ayam sesuai dengan yang aku maksud. Dapatlah kemudian informasi mengenai nama makanannya yaitu Ayam Tandoori. Tidak puas sampai disana, dari nama yang sudah didapatkan aku mencoba mencari informasi mengenai Ayam Tandoori untuk memastikan kembali dan ternyata memang benar bahwa ini adalah lauk yang aku pilih untuk makan malam ini. Selain itu, aku kemudian menjadi tahu bahwa Ayam Tandoori malah sebetulnya merupakan makanan khas India hanya saja memang cukup populer di Kuala Lumpur. Pemilihan Ayam Tandoori ini karena dari seharian sama sekali belum makan daging ayam, biar lebih bervariasi saja lauknya hoho. Yang memuaskan dari daging ayam di kebanyakan tempat makan di Kuala Lumpur adalah potongan per porsinya yang cukup besar, lebih besar dari yang biasa dijual di Surabaya. Untuk minumnya Mas Hendra dan aku mengambil pilihan yang sama yaitu Es Teh Tarik dan karena dalam pembuatan Teh Tarik sendiri salah satu bahan pembuatannya melibatkan susu jadi bisa dibayangkan menjadi sekenyang apa kami malam ini. Belum lagi Mas Hendra memesan satu makanan tambahan yaitu Roti Canai sebagai cemilan di tengah-tengah kami yang tengah sebentar bersantai.

Selang beberapa menit setelah makanan terakhir habis dan begitu mood sudah mulai bosan yang dimana waktu juga semakin malam meski masih menunjukkan sekitar pukul 22.00-an kami memutuskan untuk balik ke hotel. Sembari jalan keluar tempat makan aku melipir sebentar ke kasir untuk membayar keseluruhan yang kami pesan (Tetapi tetap menggunakan uangnya Mas Hendra hoho) sambil membeli 1 tambahan lagi yaitu air mineral yang berukuran besar untuk persediaan selama di hotel sampai dengan besok. Selesai urusan pembayaran, sambil berjalan menuju trotoar depan aku kembali memesan taxi online melalui aplikasi Grab. Sekitar 5 menitan kami menunggu mobil tersebut datang, terlihat dari plat nomornya yang sesuai dengan yang ada di aplikasi. Tetapi seperti biasa begitu kaca jendela mobilnya diturunkan aku memastikan kembali dengan menyebutkan namanya dengan nada bertanya, setelah si pengemudi menjawabnya dengan iya baru kemudian kami masuk ke dalam mobil. Karena nasi Kandar Pelita ini lokasinya masih tidak begitu jauh dari Petronas jadi lama perjalanan menuju ke hotel hanya selisih beberapa menit dari perjalanan hotel menuju ke Petronas pada saat berangkat, yaitu sekitar 13 menitan. Sesampainya di hotel yang seperti sebelumnya turun tepat depan lobi, setelah membayar tarif perjalanannya kami langsung naik ke atas menggunakan lift untuk kemudian langsung masuk ke dalam kamar. Karena tak ada lagi aktifitas yang kami lakukan setelah cuci tangan dan kaki selain tiduran di kasur sambil bermain HP sampai dengan rasa kantuk mulai muncul yang menandakan waktunya untuk tidur, ceritanya akan berlanjut lagi pada keesokan hari.
Bersambung...

Dokumentasi lainnya di bawah:
Jangankan ngelihat Maggi Goreng, semua mie kuning yang ada di depan mata bisa membuatku tergoda

Ini Roti Canai jangan dimakan beramai-ramai!

.
#umarilahjalan ~

Komentar