[Kuala Lumpur 5.5] YANG GRATIS DI GENTING & SKY CASINO


Menjadi salah satu orang yang memiliki sedikit sekali pantangan dalam hal makanan merupakan sebuah keberuntungan. Seperti contoh pada saat sedang di kamar sekarang ini, Mas Hendra ternyata tidak begitu menyukai makanan usus, sehingga akhirnya dan tidak mungkin tidak jadinya aku sendiri menghabiskan hoho. Bisa dibayangkan seandainya aku juga tidak begitu suka, makanan se-enak usus ini mungkin tidak kemakan dan akan berakhir dengan dibuang. Tetapi apapun alasannya, tidak menyukai sesuatu itu merupakan sebuah pilihan yang tidak lagi bisa dipaksakan. Selesai aku menghabiskan 1 bungkus kripik usus dengan kemasan entah 200 atau 500g karena kalau aku sudah berurusan dengan makanan terlebih yang menjadi kesukaan akan sulit sekali menahan untuk tidak langsung dihabiskan semua dan Mas Hendra yang sudah cukup memakan beberapa potongan kue Bolu Djoeang akhirnya memutuskan keluar kamar untuk menikmati Genting yang tadi belum sempat kami lakukan karena memang sudah kelelahan.

Ngomong-ngomong kami keluar tidak langsung setelah makan, tentunya kami juga minum terlebih dahulu. Meski kami tidak sempat membeli air mineral dan di dalam kamar tidak disediakan, tetapi pada hotel ini di beberapa titik di setiap lantai tersedia Tap water dengan 2 macam kran, yaitu yang mengeluarkan air biasa dan mengeluarkan air panas. Air tersebut bisa diisikan ke dalam morong (Bisa juga disebut ceret atau cerek) atau gelas yang telah disediakan di dalam kamar. Jadi pada saat tadi Mas Hendra masih mandi aku sempat keluar sebentar ke tempat Tap water yang untungnya posisinya tidak begitu jauh dengan kamar untuk mengisi penuh morongnya supaya bisa digunakan untuk minum bersama. Kami sebetulnya juga belum tahu mau meng-eksplor Genting di bagian mana, punya tujuan belanja atau naik wahana tidak, cari makan berat sepertinya juga tidak, tetapi yang penting setidaknya kami keluar kamar terlebih dahulu supaya jauh-jauh kesini tidak cuma sekedar pindah tidur. Untungnya di Genting ini ada hiburan gratis dimana setiap beberapa jam atau menit ada sebuah pertunjukan Mapping dan Lights Show selama sekitar 10-15 menit. Yang keren dari Mapping Show disini adalah para pengunjung yang menyasikkan tidak hanya dibuat untuk fokus ke 1 spot atau 1 layar tetapi bisa melihat ke segala sisi manapun, karena pertunjukkan yang ditampilkan meng-cover seluruh sisi bagian dalam Genting Highlands. Tak hanya itu, pertunjukkan Lights Show nya turut bercerita mengikuti cerita yang ditampilkan oleh Mapping Show, jadi lampu-lampu yang naik turun tersebut akan membentuk beraneka ragam karakter. Ini merupakan perpaduan pertunjukan yang sangat menakjubkan, pengunjung secara natural seolah dipaksa menghentikan langkah atau aktifitasnya untuk fokus terhadap pertunjukkan yang sedang ditampilkan sembari mendokumentasikannya menggunakan gadget yang sudah disanggah kuat oleh kedua tangan. Cerita yang ditampilkan di setiap pertunjukan juga tidak selalu lama, aku sendiri kurang begitu mengerti mengenai periode pergantian ceritanya.

Setelah selesai pertunjukan Mapping dan Lights Show sembari menunggu spot-nya mulai sepi, Mas Hendra dan aku akhirnya saling bergantian berfoto di depan tulisan Sky Casino. Memastikan bahwa yang masuk ke dalam frame hanya antara kami dengan tulisan Sky Casino sebagai latar belakang sedikit susah sehingga perlu menunggu beberapa waktu. Selain banyak sekali orang lalu lalang yang kurang begitu paham antara memang beneran tidak tahu kondisi sekitar atau hanya berpura-pura cuek supaya tidak ada yang menghentikan langkahnya karena mau mengambil foto dulu sebentar, juga karena tulisan yang dijadikan latar belakang posisinya memanjang sehingga bisa jadi di sisi yang lain dijadikan untuk spot foto juga. Tetapi pada akhirnya berhasil juga kami berfoto disini meski masih ada sedikit kurangnya, entah pose yang belum pas atau posisi gambarnya, karena memang waktu pengambilannya harus segera tidak bisa lama-lama. Selesai berfoto, aku kembali meminjam HP-nya Mas Hendra sebentar karena kamera dari HP ku yang kualitasnya kurang begitu baik untuk aku gunakan mengambil gambar suasana di dalam tempat ini, yang paling tidak setelah aku bagikan nanti (Salah satunya disini, tepat di bawah cerita ini) teman-teman (Yang belum pernah kemari) jadi tahu gambaran mengenai isi di dalam Genting Highlands itu sendiri, juga penataan layar-layar yang digunakan untuk Mapping Show, meski aku mengambilnya tidak tepat pada waktu pertunjukkannya berlangsung.

Untuk mengisi waktu sebelum balik ke kamar, Mas Hendra dan aku akhirnya memilih untuk masuk ke dalam Sky Casino. Ini merupakan pengalaman berbeda yang tidak akan mungkin bisa aku dapatkan di Indonesia. Aku sendiri kurang mengerti apakah Sky Casino dimanapun pintunya terbuka lebar untuk semua orang bisa masuk ke dalam meskipun tanpa ada niat untuk gabung bermain, karena yang di Genting ini meski penjagaan pintu masuk cukup ketat tetapi sepertinya selama ketentuan usia sudah memenuhi persyaratan pengunjung diperbolehkan untuk masuk. Yang terbayang di pikiranku pada saat masih berada di luar adalah bahwa pengunjung yang datang hanya sebagai penonton atau pengunjung biasa akan dipersilahkan untuk menduduki setiap kursi yang sudah ditata memanjang di dalam sebuah ruangan yang kemudian para pengunjung tersebut diberikan suguhan permainan para pemain profesional yang terus berusaha mengalahkan bandar. Dasar aku yang terlalu polos dan minim sekali referensi, ekspektasi yang aku bayangkan ternyata cukup jauh dengan realitanya. Sampai di depan pintu masuk petugas keamanan meminta kami menunjukkan paspor untuk mereka cek. Tenang, tetapi tidak akan ditanya macam-macam seperti petugas imigrasi, firasatku mereka hanya cek usia dan kewarganegaraan. Karena yang sempat aku dengar, warga negara Malaysia dengan ras melayu muslim tidak diperbolehkan untuk masuk. Dengan kondisi kulit kami yang berwarna coklat serta memiliki wajah yang masih sebelas duabelas dengan orang melayu mungkin itu yang membuat petugas meminta kami menunjukkan paspor hoho. Paspor kami kemudian dikembalikan dan kami berdua diperbolehkan masuk.

Setelah masuk melewati pintu besi yang berputar kami langsung naik ke atas menggunakan eskalator. Tidak ada suasana yang aneh-aneh atau menegangkan seperti yang ada di scene film-film layar lebar. Begitu sudah naik 1 lantai, kami justru disambut oleh banyak sekali mesin Dingdong seperti yang ada di Timezone. Tidak semuanya aku cek apa isi permainan yang ada di setiap layar, hanya beberapa yang kebetulan searah dengan aku jalan. Beberapa yang aku amati isi permainannya semacam Spin Jackpot, dimana saldo virtual akan bertambah apabila si pemain beruntung mendapatkan gambar yang sama. Sekilas itu saja yang aku tahu karena cuma sebentar kami berdua berada di area tersebut. Begitu sudah jalan agak lebih ke tengah, baru tampak permainan-permainan judi yang selama ini aku lihat di film-film luar yang tayang di televisi (Maklum jarang sekali ke bioskop). Dengan mengenakan setelan kemeja putih lengan panjang dengan rompi dan celana kain berwarna hitam, para bandar tampak tenang mengatur permainan. Mereka punya cara tersendiri untuk mengecoh psikis para pemain, yaitu dengan tidak mengeluarkan ekspresi sama sekali baik pada saat menang ataupun kalah. Jangan pernah berharap atau menuntut bandar memberikan pelayanan terbaiknya dengan memberikan senyum, sapa, maupun salam terhadap pengunjung yang datang hoho.

Mas Hendra dan aku jalan keliling melihat berbagai macam permainan yang ada disini, dari mulai permainan yang menggunakan kartu, dadu, hingga menggunakan Screen yang besarnya kurang lebih seukuran layar bioskop. Hingga akhirnya kami berhenti lumayan lama di area permainan Baccarat. Selain memperhatikan teknis permainannya, aku juga memperhatikan hiruk pikuk aktifitas yang terjadi di atas meja. Ada pengunjung yang akan gabung bermain tetapi menukarkan uangnya terlebih dahulu dengan beberapa chip. Penggunaan chip ini bertujuan untuk membuat para pemain tidak merasa keberatan menaruh modal sebanyak-banyaknya pada pilihan yang diinginkannya. Apalagi pada saat kalah, rasanya biasa saja karena tidak begitu terasa. Mungkin terasanya begitu sudah balik ke kamar hotel dan mengecek isi kantongnya ternyata kok kosong semua hoho. Ada juga disini yang bermain dengan sangat memperhitungkan, totalitas pemain tersebut terlihat dari tangannya yang membawa selembar kertas dan bolpoin untuk mencatat bagaimana grafik kemenangan, yang oleh pemain tersebut bisa dijadikan peluang kemungkinan menang di permainan selanjutnya. Selain itu, ada pemain yang memilih untuk tetap berdiri, tidak duduk di kursi yang telah disediakan tepat di depan meja. Sepertinya tujuannya supaya tidak begitu terpaku di 1 tempat, bisa berpindah-pindah, juga menaruh chip di beberapa meja.

Tak hanya pemain, aku juga mengamati betul bagaimana peran bandar dalam menjalankan perannya. Mulai dari menerima penukaran uang ke chip, uang yang diberikan kepada bandar terlebih dahulu dibeber satu per satu di atas meja. Selain untuk memastikan kembali jumlah uangnya, juga untuk dicek keasliannya menggunakan lampu UV kecil yang pasti selalu tersedia. Selama permainan tak sekalipun bandar menunjukkan ekspresi entah kemenangan atau kekalahan, sungguh ini sebuah kecohan untuk menunjukkan kepada para pemain bahwa seperti tidak terjadi apa-apa. Meski begitu, para bandar ini tetap diawasi oleh seorang pengawas semacam Kepala atau Supervisor, yang tugasnya memantau bagaimana perkembangan permainan dan jumlah chip yang berada di tangan bandar. Karena apabila bandar mengalami beberapa kali kekalahan serta modal yang dimiliki mulai berkurang pengawas akan menggantinya dengan bandar yang baru. Meski permainan akan tetap dilanjutkan menggunakan kartu yang digunakan sebelumnya, tetapi pergantian bandar ini dianggap sebagai pengacau grafik atau ritme permainan serta keberuntungan. Tak jarang akhirnya para pemain memilih berpindah ke meja lainnya, sampai dirasa pada meja tersebut mulai stabil ritmenya. Teknis pergantiannya pun cukup unik, dimana bandar sebelumnya mengibaskan tangannya ke kursi bagian penyangga pantat beberapa kali isyarat kursi sudah dalam kondisi bersih dan siap untuk kembali diduduki sambil kemudian mempersilahkan. Bandar baru menepuk kursi 2-3x pada bagian yang sama lalu didudukinya kursi tersebut.

Kelelahan karena terlalu lama berdiri, kami berdua berjalan ke pojok yang dimana disana sudah tersedia beberapa jenis minuman yang disediakan gratis untuk semua pengunjung. Ada Orange, Kopi, dan lupa ada apalagi. Selain gratis, pengambilan minuman disini tidak dibatasi, bebas mau ambil berapa kali. Dasar kami memang aneh, sudah tahu lelah bukannya balik ke kamar meluruskan kaki malah cuma minum kemudian menonton kembali. Lelah berdiri memang sudah menjadi resiko pada saat masuk kemari. Tempat duduk hanya disediakan bagi para pemain, bagi yang datang hanya untuk mengamati siapkan kekuatan atau tenaga pada kaki hoho. Beberapa lama kami disini tak ada satupun momen yang bisa kami dokumentasikan, karena salah satu aturan di dalam Sky Casino ini yaitu adanya larangan mengambil gambar. Dibilang takut iya, kurang nekat iya, tetapi lebih ke tidak ingin mencari masalah di negeri orang. Apalagi ruangan ini diawasi oleh banyak sekali CCTV dan petugas yang membawa laras panjang. Setelah antara puas atau bosan menonton, kami akhirnya turun untuk kemudian keluar dan balik ke kamar. Suasana lobby hotel sudah tampak sepi karena memang jam menunjukkan pukul 23.00-an lebih. Sesampainya di kamar kami bersih-bersih sebentar lalu seperti biasa mengisi daya Hp kemudian langsung istirahat. Aku akan kembali lagi dengan cerita keesokan hari.
Bersambung...

Dokumentasi lainnya di bawah: 
Untung yang tampil di videotron bukan tulisan Space Iklan Available 

Kalau pertunjukannya sudah dimulai suasananya bisa lebih ramai dari ini

Yang kurang, bakcgroundnya atau posenya? hoho

.
#umarilahjalan ~

Komentar