[Part 4.2] SLICE PROJECT YANG SEDANG MENANGANI


Di umur-umur yang sudah sekarang ini rasanya susah sekali untuk istirahat di jam-jam yang masih sore meski sudah posisi selonjoran enak di kasur. Meski beberapa karena masih asyik menonton televisi acara favorit tetapi sebagian besar penyebabnya adalah masih sibuknya bermain dengan gadget yang susah sekali dilepaskan, apalagi yang suka nge-game dan sampai pada tingk candu. Kalaupun istirahat biasanya karena sudah kelelahan, itu saja juga biasanya tidak diniatkan tetapi pada waktu bermain Handphone tiba-tiba ketiduran. Begitu pun kami yang pada saat sudah di dalam kamar masih tampak sibuk diskusi ringan supaya besok benar-benar berjalan dengan lancar dari sisi internal tim Outbound. Hingga akhirnya kami membatasi perdiskusian sampai pukul 11-an, supaya bisa istirahat dengan cukup dan besok bisa menangani kegiatan dengan kondisi prima.

Di hari yang masih pagi dan sudah pada bangun ini, kami awali dengan obrolan seputar orokan saat tidur malam tadi. Dimana yang kata Mas Yosua, Mas Chiko dan aku yang ngoroknya lumayan keras dan saling bersahutan. Mas Yosua tidak tahu aja, padahal kami sedang berlatih akapela untuk persiapan America's Got Talent hoho. Karena kegiatan Outbound kemungkinan akan kotor-kotoran atau yang pasti minimal akan berkeringat lagi juga air sangat dingin saat masih pagi membuat kami berempat memilih untuk tidak mandi. Dengan cukup cuci muka kami keluar menuju tempat makan untuk sarapan. Untuk pagi hari ini, selain makan dengan menu yang sudah disediakan yang tentunya masih tetap vegan, kami juga makan roti goreng, dan olahan daging ikan dalam bentuk semacam tempura, siomay, dll yang bisa dibeli di kantin yang berada di area tempat kami makan.

Selesai makan sekitar pukul 09.00 di ruang panitia, kami menjelaskan teknis jalannya outbound ke beberapa panitia yang nantinya akan menjadi pendamping dari setiap kelompok atau tim supaya bisa membantu mengarahkan, mengingat 4 area yang digunakan lokasinya tidak semua berdekatan juga jumlah peserta yang cukup banyak yaitu sekitar 200an anak. Dimulai dari Mas Chiko menjelaskan mengenai Area 1 & 2 yang nantinya digunakan untuk permainan yang mengasah daya tanggap atau kepekaan tiap kelompok. Dilanjutkan dengan penjelasan teknis di Area 3 yang disampaikan oleh Mas Yosua. Area ini berisi permainan rintangan dimana dengan waktu terbatas yang diberikan setiap kelompok harus mengumpulkan bendera dengan warna yang sudah ditentukan sebanyak-sebanyaknya tentunya dengan melewati rintangan-rintangan yang ada. Untuk pos terakhir yaitu Area 4 teknisnya dijelaskan oleh aku sendiri hoho. Pos ini berisi permainan yang membutuhkan kerjasama dalam bentuk estafet. Spesifiknya setiap kelompok harus msngisi botol kosong yang ada di ujung menggunakan botol kemudian disalurkan ke botol-botol lainnya sampai kemudian orang paling ujung memindahkan ke botol yang dimaksud. Tentu semua dibuat tidak mudah, botol-botol yang nantinya dipegang oleh setiap anak sebagian sudah kami lubangi yang aku sendiri tidak tahu persis yang mana utuh dan yang terlubangi setelah dicampur dan setiap orang bebas memilih botolnya sendiri, jadi bisa saja satu kelompok dapat yang lubang semua hehe.

Untuk teknis secara keseluruhan, karena terbentuk 16 atau 18 kelompok maka setiap pos diisi 4 atau 5 kelompok. Kelompok yang sudah menyelesaikan tantangan di Area 1 berpindah ke Area 2, Yang semula berada di Area 2 harus berjalan lumayan menuju Area 3, Yang sudah menyelesaikan tantangan di Area 3 bergeser ke Area 4, begitu seterusnya sampai semua kelompok menyelesaikan tantangan di semua area. Tak sekedar menyelesaikan tantangan, 4 atau 5 kelompok yang berlaga bersaing satu sama lain karena masing-masing kelompok harus mengumpulkan bendera sebanyak-banyaknya. Jika pada Area 3 peserta bisa mengambil sendiri bendera yang sudah terpasang di lokasi, berbeda dengan pos-pos lainnya. Pada Area 1 & 2 beberapa bendera akan diberikan oleh pendamping Apabila kelompok tersebut menjadi yang paling kompak diantara 3 atau 4 kelompok lainnya, begitu pun pada Area 4, Kelompok yang paling cepat mengisi botol yang ada di ujung lah yang berhak mendapatkan beberapa bendera dari pendamping.

Pengkategorian atau pembagian aktifitas yang dibuat SLICE Project pada setiap pos ini tidak sembarangan, tidak sekedar mengambil referensi permainan tanpa diolah, ini menyesuaikan dengan tema kegiatan dari yang setiap klien buat. Contoh kasus tema pada kegiatan kali ini adalah Aku Diberi Kuasa. Lalu apa sebetulnya maksud atau keterkaitan antara Aku Diberi Kuasa dengan Kepekaan atau Ketanggapan, Rintangan, dan Kerjasama? Sayangnya tidak akan aku jelaskan disini. Yang pasti penjelasan ini akan selalu diberikan sebagai pesan penutup sebelum kegiatan outbound benar-benar diakhiri. Selain aktifitas-aktifitas yang menyesuaikan dengan tema, nilai lebih yang dimiliki SLICE Project adalah adanya pengkondisian yang ditanamkan kepada para peserta secara tidak langsung, sehingga para peserta tidak harus terbebani dengan paksaan untuk menghafal isi dari kegiatannya sendiri. Boleh dibicarakan terlebih dahulu bila ingin mengetahui apa atau bagaimananya SLICE project melalui DM Instagram @umarilahjalan.

Selesai melakukan pengarahan, kami mengecek kembali kondisi di lapangan supaya tidak ada luput saat kegiatan nanti. Ada 1 masalah yang ternyata cukup vital dan awalnya kami sedikit kesulitan mencari penyelesaiannya. Permasalahan tersebut ada pada areaku, yang tidak lain dan tidak bukan adalah air sebagai media yang akan dipindah dan diestafetkan. Padahal beberapa minggu yang lalu pada saat survey lokasi kran nyala dan air bisa keluar, tapi pada saat Mas Heri & Mas Yosua kemarin sore cek ke lokasi airnya sudah tidak keluar lagi. Karena masih sama-sama sibuk mempersiapkan makanya baru pagi ini kami coba untuk cari jalan keluarnya. Tidak adanya sumber air dari tempat lain yang terdekat dari lokasi akhirnya membuat Mas Chiko memanjat naik ke tandon air paten yang sangat besar dan lumayan tinggi untuk memastikan apakah air tidak keluar karena di dalam sudah tak berisi atau bagaimana, dan ternyata air yang di dalam masih cukup banyak walaupun kedalamannya juga cukup lumayan. Jalan satu-satunya yang kami dapat untuk mengambil airnya adalah menimba manual seperti di sumur. Cukup menguras tenaga dan waktu memang tapi ya mau bagaimana. Keadaan ini yang juga akhirnya membuat Mas Heri berpindah tugas membantu di area ku, karena Mas Chiko nantinya sudah paten posisi di Area 1 dan 2 sedang tidak mungkin aku sendirian naik turun untuk ambil air.

Urusan air sudah beres, meski harus sedikit kerepotan tetapi masih ada dan cukup buat dipakai kegiatan masih syukur lah. Sebagian air yang sudah diambil dari tandon aku masukkan ke dalam beberapa plastik yang sudah agak ditipiskan. Ini untuk sekedar hiburan dimana 1 kelompok yang menang pada setiap kloter berhak mengambil masing-masing 1 orang 1 plastik untuk dilemparkan ke kelompok lainnya. Jadi untuk kelompok yang kalah siap-siap basah pakaiannya hoho. Air dalam ember yang sudah terpakai kami isi kembali untuk mengantisipasi kurangnya stok air pada saat kegiatan nanti. Tidak yakin memang air yang kami sediakan bisa cukup untuk semua kloter, tapi setidaknya supaya tidak terlalu sering menimba yang bisa memakan waktu. Setelah masalah air sudah bisa teratasi, sekarang mengeluarkan botol-botol dari plastik yang sudah kami bawa dengan presentase antara yang masih utuh dan sudah dilubangi yaitu 70 : 30. Botol-botol tersebut kami campur untuk mengecoh semua kelompok yang berlaga nanti.

Selang beberapa menit setelah aku dan Mas Chiko duduk ngemper di antara area 3 & 4 karena sudah beres mempersiapkan kebutuhan di area 4, Mas Heri dan Mas Yosua berjalan ke arah kami yang artinya selesai juga persiapan pada area 3. Karena masih ada beberapa waktu lagi sebelum masuk waktu makan siang, kami berempat mampir ke Area 1 dan 2 dimana aku belum tahu dan penasaran, yang sekaligus sekalian cek lokasi untuk mengatur bagaimana pengaturan posisi peserta atau kelompoknya nanti. Karena pada Area 1 dan 2 aktifitas yang dilakukan murni menggunakan anggota tubuh utamanya beberapa indera jadi tidak ada properti penunjang yang digunakan pada 2 area tersebut. Karena tak ada yang perlu dibenahi dari Area 1 dan 2 ini, sebentar mengecek kami kemudian duduk-duduk di gazebo yang berada tak jauh dari lokasi. Istirahat sebentar sambil melakukan obrolan dengan bahasan-bahasan yang random tentunya supaya tidak terlalu jenuh dengan tugas yang akan beberapa waktu akan dilaksanakan.

Oh iya sejak dari hari kemarin cuaca area Pertamaan Karmel dan sekitarnya diguyur hujan, meski berlangsung tidak begitu lama tetapi derasnya terbilang lumayan. Begitu pun dengan hari ini, saat kami sedang mengecek area 1 & 2 hujan kemudian turun, itu juga salah satu alasan kami menuju ke gazebo untuk sekalian numpang berteduh. Untungnya kegiatan yang akan kami tangani adalah kegiatan outdoor jadi pakaian yang terlanjur basah pun tidak menjadi masalah. Tak kunjung reda, ketika hujan sudah tidak begitu deras kami jalan dengan agak sedikit berlari kembali menuju ke bawah untuk makan siang. Tema menu makannya tetap sama dan sepertinya memang akan selalu sama yaitu tanpa daging-dagingan hoho. Meski begitu untuk menu makan siang ini masih lebih baik ketimbang menu makan siang hari kemarin saat kami baru saja tiba, ya walaupun lupa untuk menu yang sekarang apa hoho. Kalau siang kemarin menunya adalah sayur sop dengan irisan wortel dan kacang panjang agak besar dan masih agak sedikit keras teksturnya ditambah dengan lauknya hanya tempe goreng. Untungnya aku masih tergolong yang adanya apa dimakan, bukan sok sederhana tetapi lebih kepada daripada kelaparan.

Meski hujan tak juga kunjung reda, kegiatan outbound yang dijadwalkan usai waktu makan siang atau pada pukul 13.00 tetap dijalankan sebagaimana mestinya. Kami berempat dibantu dengan 4 panitia yang juga memecah ke setiap area mulai berangkat jalan menuju area sesuai pembagian, dimana Mas Heri dan aku ditemani 1 panitia yang aku pun lupa namanya ibu siapa mengatur aktifitas di Area 4. Kami berdua kecuali Ibu panitia (Biar gampang nyebutnya) jalan tanpa membawa atau menggunakan sesuatu untuk melindungi tubuh dan pakaian dari kucuran hujan seperti payung, mantel atau jas hujan, sedang si Ibu mengenakan jaket parasit supaya airnya tak sampai menembus ke badan. Selang beberapa menit kami berjaga di area hujannya reda dan dengan cepatnya cuaca berganti menjadi panas dengan terik yang menampakkan diri. Kalau begini bisa cepat kering baju dan celana yang aku pakai hoho.

Kloter pertama sudah mulai datang. Setelah instruksi diberikan oleh Mas Heri dan semua kelompok sudah paham dengan teknis atau alurnya, dengan aba-aba hitungan 1 sampai 3 pada hitungan ke-3 pertarungan (Pertarungan disini maksutnya persaingan antara setiap kelompok ya hoho) dimulai. Yang menjadi seru adalah media air nampaknya sangat cocok sekali untuk semua strata usia apalagi anak-anak. Saking asyiknya ketemu dengan air bukannya fokus dipindahkan ke botol yang dibawa anggota kelompoknya malah dicipratkan ke teman-teman kelompok lainnya, alhasil 2 ember yang berisi penuh harus habis dalam 1 kloter. Tak hanya sampai disitu, bagi kelompok pemenang yang mendapatkan kesempatan untuk melempari kelompok-kelompok lainnya menggunakan plastik berisi air dengan jatah 1 orang 1 plastik ternyata terasa kurang, aku yang kemudian menjaga plastik-plastik sisanya hampir kualahan menghadapi peserta-peserta ini yang tidak pernah menyerah berusaha terus mengambil plastik-plastik yang masih ada. Untung akhirnya semua tetap terselematkan setelah Mas Heri mengatakan cukup dan waktunya kembali ke posisi semula. Sebelum pindah ke area yang lain, ada pembagian beberapa bendera oleh pendamping untuk yang kelompoknya memenangkan perlombaan, untuk yang kelompok yang kalah nampaknya harus legowo pergi dengan tangan hampa hoho.

Sembari menunggu kloter yang ke-2 datang, kini Mas Heri yang naik ke atas tandon untuk mengambil air karena isi ember yang tak bersisa. Dengan terburu-buru supaya tidak memakan waktu alhasil beberapa hasil timbaan membasahi pakaian terutama bajuku karena jatuhnya air yang kurang pas. Untung Kaos polo seragam dari Slice berwarna hitam jadi tak begitu kelihatan basahnya seperti tangisan yang larut di tengah-tengah hujan *Kenapa malah jadi begini sih nyambungnya hoho. Selesai menimba lanjut mengatur dan mengawasi kegiatan para kelompok yang sedang berlaga tanpa jeda, dan berlangsung hingga selesai kloter ke-4. Semua peserta telah kembali dan kini yang tersisa hanya kami bertiga dengan botol serta plastik yang berserakan. Karena Mas Heri harus balik lebih dulu untuk membantu Mas Chiko dalam sesi penutupan kegiatan outbound yang jika sesuai dengan kesepakatan sebelumnya dilaksanakan di depan aula besar, Aku dibantu dengan ibu panitia membersihkan area sekaligus menata barang-barang yang tadi digunakan supaya nanti mudah bawanya saat balik ke Basecamp. Untungnya saat sudah kembali sesi penutupan ternyata baru akan dimulai, entah karena mungkin pemindahan lokasi dari yang awalnya di luar aula kemudian dipindahkan ke dalam, sehingga saat aku tiba terdengar suara Mas Heri masih sedang mengatur posisi duduk semua peserta yaitu sesuai dengan kelompoknya. Setelah meletakkan barang-barang di depan Basecamp aku bisa langsung masuk ke dalam aula mengikuti sesi penutupan.

Meski ada miss sedikit saat sesi penutupan karena adanya misskomunikasi antara tim kami dengan ketua panitia, tetapi secara keseluruhan kegiatan outbound berjalan dengan lancar. Dengan durasi dari yang diberikan pada susunan acara dan sama dengan eksekusi di lapangan yaitu 30 menitan tetapi ternyata cukup melelahkan juga. Sampai akhirnya kami berempat menyantaikan diri di dalam kamar sembari saling bercerita bagaimana kejadian-kejadian yang ada di lapangan tadi, baru kemudian kami harus bergegas mandi karena kalau semakin sore tahu sendiri Malang bagaimana kondisi airnya, iya dingin sekali. Juga karena hari ini belum juga mandi dari sejak pagi hoho. Beres mandi masing-masing mengemasi barang-barang bawaan yang keluar dari ransel atau tas. Setelah dirasa tak ada lagi yang tertinggal kami berempat keluar meninggalkan kamar dan tak lupa untuk menguncinya, semacam check-out kalau dalam hotel lah ya. Meski dalam kamar barang bawaaan sudah tak ada lagi yang tertinggal kami masih belum bisa meninggalkan tempat ini untuk pulang, ada perut yang sepertinya perlu diisi dengan menu makan sore yang telah disediakan. Hehe bukan hanya itu, masih ada beberapa perlengkapan kegiatan Outbound di Basecamp atau Ruang Panitia yang masih belum dikemasi, tapi memang makan sore lebih dulu sih. Karena tidak bisa Drop-off langsung di depan ruangan jadi untuk memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil perlu jalan sedikit menuju ke parkiran. Setelah semua barang sudah masuk dan tertata rapi, sebelum pulang tak lupa kami berpamitan kepada ketua panitia dan beberapa anggotanya yang kebetulan papasan karena tidak semuanya kelihatan.

Belum dipakai sama sekali dari pagi sebelum digunakan si mobil nampaknya perlu lebih dulu dipanasi, cukup dengan menyalakan mesin bukan dengan kata-kata makian atau bully hoho. Jauh beberapa hari sebelum kegiatan Mas Chiko sempat bercerita bahwa sebelum memasuki pemukiman kemungkinan jalanan nampak gelap karena minimnya penerangan, dan benar saja saat mobil kami sekarang lewat. Yang terlintas di pikiran dan juga menjadi bahan pembicaraan kami berempat adalah meski jalanan nampak gelap ternyata tak sedikit kendaraan yang lalu lalang, anehnya lagi arah berkendara beberapa orang berlawanan dengan arah kami pulang. Kami masih berpikir positif bahwa yang lewat adalah orang-orang normal atau benar-benar orang karena kami ya memang biasa aja, tidak ada tanda-tanda keanehan yang bagaimana. Jadi ini bukan cerita horor ya hoho. Cuma yang terpikir pada kami adalah ini orang pada mau kemana? Atau apakah masih ada pemukiman yang berada atau melewati tengah hutan? Untuk mengetahui betul bagaimana sebenarnya kita akan mewawancari salah satu warga yang melintas pada area ini, Nggak ding bercanda hehe. Di tengah perjalanan kami baru sadar kalau hari ini adalah hari sabtu jadi anggap saja perjalanan pulang kami ini sebagai aktifitas di malam minggu. Meski begitu sebagian besar jalan yang kami lewati tak menunjukkan suasana-suasana khas seperti di jalanan kota-kota yang penuh dengan pasangan muda-mudi yang bergoncengan mesra, bahkan ada pemukiman yang sepi sekali yang sepertinya lebih memilih menghabiskan malam minggunya di dalam rumah. Baru ketika sudah memasuki jalan raya besar suasana malam penghujung hari mulai kelihatan. Bukan karena banyak tempat tongkrongan atau anak-anak muda silewaran tetapi kondisi kemacetan jalan yang memang menjadi khas Kota Wisata Jawa Timur ini setiap akhir pekan.

Dengan perjalanan sekitar 3jam-an yang tidak banyak berhenti, dimana seingatku hanya sekali saat beli minuman di Alfamart yang ada di Rest Area Sidoarjo dan duduk sebentar akhirnya kami sampai di Surabaya. Tak hanya menjadi titik kumpul pada saat berangkat kemarin, De' Ophis juga menjadi titik pisah antara Mas Chiko dan aku dengan Mas Heri dan Mas Yosua pada malam hari ini yang sekaligus menjadi tempat bongkar muat barang atau perlengkapan kegiatan. Karena sudah lumayan malam dan kondisi juga sudah lelah, tanpa duduk-duduk atau istirahat sebentar Mas Chiko dan aku langsung meluncur balik. Ini sekaligus menjadi akhir cerita perjalanan kami 2 hari di Pertapaan Karmel, Tumpang, Malang. Sampai jumpa di cerita perjalanan selanjutnya ~

Dokumentasi lainnya di bawah:
Yang sedang ditimba bukan air asia apalagi air x king 

Ini lah Area 1 dan 2

.
#umarilahjalan ~

Komentar