[Part 3.11] GWK YANG MEMPESONA DAN MAMPIR KE KRISNA
Walaupun tidak langsung
hilang total tapi sudah lumayan berkurang capeknya daripada sebelumnya setelah
selesai dipijat. Setelah beberapa kali melakukan perjalanan, baru sekarang
pakai acara pijat segala, kalau bukan gara-gara teman eh jadi ikutan pengen
nyoba hoho. Canggihnya teknologi di jaman yang sudah modern ini sedikit banyak
sangatlah membantu. Seperti contoh pada kasus kami ini, karena sudah tak ingin
keluar lagi dari kamar sedang kami memerlukan jasa pijat kini sudah ada
solusinya. Layanan Go-Massage dari Go-Jek memberikan jawaban. Dengan harga
paket yang sudah jelas tentu memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Selain itu
layanan ini dilengkapi dengan pemilihan terapis pria atau wanita. Aku pribadi
sebagai orang yang kadang masih kurang tahan dengan pijatan yang terlalu
menekan yang walaupun kadang sesudahnya lebih terasa cepat enaknya tentulah
memilih terapis wanita. Teman-teman pun ternyata juga pada pilihan yang sama.
Oh iya karena yang pijat ini semua satu kamar dan tidak ada lagi tempat lainnya
yasudah ini lebih berasa seperti pijat berjamaah. Aku dan temannya Roy memilih
paket yang 1 jam dengan biaya antara Rp 65.000 atau Rp 75.000, sedangkan Roy
karena terlanjur memesan paket yang 1 jam setengah terkena biaya Rp 90.000 atau
Rp 100.000, agak lupa pastinya untuk soal harga.
Selesai pijat rebahan
sebentar kemudian membersihkan badan, karena cuma aku yang belum mandi, lainnya
sudah lebih dulu tadi. Supaya efek dari pijatannya bisa merasuk yasudah
langsung saja diistirahatkan ini badan, lagian besok juga harus bangun pagi
(Untuk yang kali ini tidak bisa diganggu gugat) karena masih ada tanggungan
mengemasi semua barang bawaan. Selalu nyenyaknya tidurku hingga tak terasa
perputaran waktu tahu-tahu sudah berganti pagi lagi. Dan seperti biasa
lagi-lagi aku yang bangun lebih dulu, begitupun untuk mandi pagi. Yang barengan
adalah pada saat sarapan, masak iya pas mandi juga, jangan dong! Ada aktifitas
baru untuk menemani pagi terakhir di Bali ini, iya mengemasi barang bawaan
hoho. Ini lebih baik dari sekedar mager atau main HP sambil tiduran. Karena
tidak terlalu banyak barang bawaanku jadi untuk mengemasinya tidak terlalu
memakan waktu. Selanjutnya tinggal menunggu diantarkannya sarapan kemudian
melaksanakan itinerary hari terakhir sebelum balik ke Surabaya sore harinya.
Tidak perlu ditanyakan
untuk menu sarapannya? Sama dengan pagi sebelumnya, Mie goreng + telur, 2 slice
Roti bakar, dan Teh hangat. Ini tentu berbeda dengan menu sarapan anak kos.
Anak kos jarang sekali bakar roti, yang sering Mie nya ditambah dengan nasi hoho.
Untungnya aku sudah packing lebih dulu, jadi setelah sarapan tinggal
duduk-duduk sambil menunggu. Setelah semua sudah siap, kami jalan bersama-sama
menuju mobil yang sudah standby di parkiran. Karena saat pagi ini kami sekalian
check-out, jadi pas jalan tidak kosongan seperti biasanya, sambil membawa
barang bawaan. Sembari Pak Ketut memasukkan barang-barang ke dalam bagasi
belakang, aku mengembalikan 2 kunci pintu kamar. Setelah urusanku beres, satu
persatu masuk ke dalam mobil kemudian trip hari terakhir di Bali siap untuk
dimulai.
Untuk tempat pertama
yang dikunjungi, kami menempuh perjalanan sekitar 40 menitan. Sebuah tempat
yang baru-baru ini patungnya diresmikan. Dengan clue yang disebutkan di atas
tentu paham dong maksutnya dimana? Sudah sekitar 4 tahun tak kemari, masih
ingat dulu pertama kali kesini tahun 2014, pada saat itu dalam rangka
refreshing usai melaksanakan Ujian Nasional. Dengan menggunakan sepeda motor
milik Budhe yang kebetulan tinggal di Bali, aku berdua dengan teman pergi melewati
sebuah tol yang berada di atas laut, rasanya sungguh sedikit gemetar dan
semriwing. Teman memuji keindahan pemandangan yang terlihat, sedang aku
berusaha untuk memberanikan diri menoleh ke arah lautnya hoho. Namun untuk
perjalanan kali ini kami dilewatkan jalan yang lain, jadi pemandangannya sama
dengan hari-hari sebelumnya, hanya kepadatan kendaraan.
Gerbang pintu masuk
Garuda Wisnu Kencana kalau aku bilang seperti hotel bintang 5. Dari sini
pelayanan sudah mulai dijalankan, terlihat dari mbak penjaganya yang sudah
mengenakan kebaya khas Bali. Setelah mobil diparkirkan, ada 2 pilihan yang bisa
digunakan untuk menuju ke loket. Pertama bisa berjalan kaki untuk yang ingin
sambil menikmati, yang kedua bisa menggunakan shuttle yang memang sudah
disediakan dari sini. Shuttlenya sendiri juga terdapat 2 jenis, ada yang
modelnya cukup bagus yang tentu paling banyak diminati, yang satunya lagi biasa
kurang lebih seperti shuttle yang menghubungkan Colmare Tropicale dengan
Japanese Garden yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia. Seperti shuttle busnya
Taman Safari juga mungkin, maklum belum pernah kesana hoho *Pejalan macam apa
tinggal di Surabaya tapi malah belum pernah ke tempat wisatanya yang terdekat.
Pernah sih cuma ke resortnya aja, itupun ada pengalaman yang kurang
mengenakkan, eh jadi curhat.* Karena shuttle yang bagus keduluan berangkat dan
yang menunggu untuk berikutnya sudah lumayan banyak yasudah ambil yang mau
berangkat saja, jadilah kami menggunakan yang biasa. Sebetulnya tidak ada
perbedaan yang signifikan antar keduanya. Bedanya ya hanya pada tampilan,
karena untuk tujuan pemberhentiannya sendiri pun sama. Buat yang tidak kebagian
naik di shuttle yang bagus tetapi masih ingin mengabadikannya dalam galeri
kamera atau handphonenya bisa pada saat tiba di dekat loket sebelum shuttle-nya
balik untuk kembali melakukan penjemputan.
Seperti biasa kami
menunggu Pak Ketut membelikan tiket masuknya terlebih dahulu barulah bisa
mengeksplore GWK, karena sudah tidak sabar untuk melihat patung terbarunya. Oh
iya untuk tiket masuknya sendiri berupa kertas panjang yang digelangkan ke
salah satu tangan. Untuk kali ini Pak Ketut menunggu di sekitaran loket sedang
kami dari loket tadi berjalan ke arah kanan lalu naik ke jalan yang ada di
atas, kemudian jalan lagi ke arah kanan sampai ada sebuah toko cindera mata dan
oleh-oleh official dari GWK. Semua pengunjung yang berjalan kaki ketika masuk
dan keluar area GWK rute jalannya dilewatkan ke bagian dalam toko ini, tentu
ini merupakan sebuah teknik pemasaran *Biar kelihatan kalau kuliah manajemen
hoho.* Selain jalan kaki apakah ada alternatif lain? Untuk ini belum tahu pasti,
cuma di sebelah loket tadi ada jasa naik mobil golf dengan biaya per orangnya
Rp 40.000 dan itu pun baru tahu setelah Roy tanya pada saat akan balik menuju
ke parkiran. Tentu untuk rute jelas belum tahu beda atau sama. Mungkin yang
sedang ada rencana kesana bisa dipastikan atau ditanyakan lagi bagaimana
mengenai informasi jelasnya. Atau mungkin yang sudah pernah menggunakan jasanya
bisa bantu cerita pengalamannya di kolom komentar di bawah.
Sebelum berkeliling,
karena sekitar 20 menit lagi ada jadwal pertunjukan berikutnya, kami
menyempatkan masuk ke dalam Amphitheater untuk melihat pertunjukan Tarian
Barong, yang diperkirakan berdurasi 40 menit. Ketika sedang asyik menyaksikan
pertunjukan terlihat ada anak muda yang duduk pas di depan yang kebetulan
sedang ditemani entah pacar atau saudaranya sedang menyiarkan secara langsung
pertunjukan yang sedang berlangsung melalui
IG Live di smartphone yang diletakkan pada tripod yang dibawanya. Entah
meski mungkin tidak ada larangan tapi menurutku ini sesuatu yang seharusnya
tidak perlu dilakukan. Kalau merekam untuk dokumen pribadi atau membagikan
cuplikannya sedikit untuk informasi supaya orang menjadi penasaran mungkin
masih tidak begitu masalah dengan catatan tidak ada himbauan atau UU yang
melarangnya. Yang dilakukan anak yang mungkin seumuran anak SMA ini tentu
apalagi niatnya kalau bukan mencari perhatian kepada follower yang ada pada
akunnya. Parahnya lagi adalah setelah tak ada lagi yang menonton siaran yang
sedang ditayangkan langsung saja keluar dari Amphitheater, yang padahal baru
berjalan setengah pertunjukannya. Memang sih itu urusan dia, suka-suka dia,
tapi kehidupan jaman sekarang sebegini amat, seolah kehidupan dunia maya adalah
yang utama, sehingga apa yang dilakukan pada dunia nyata hanya untuk menjadi
pijakan meraih posisi yang lebih tinggi lagi pada dunia maya. Tapi yasudahlah
setiap orang-orang punya tujuan masing-masing dalam kehidupannya, apapun
tujuannya yang penting semoga ke arah yang lebih baik aamiin.
Selesai pertunjukan
semua pengunjung diperkenankan untuk berfoto bersama para penampil. Ini
merupakan salah satu bentuk untuk memberikan apresiasi, karena dengan begini
para penampil merasa dihargai. Tentu tak ketinggalan dengan kami, meski harus
menunggu bergantian dengan pengunjung lainnya tetapi tidak mengurungkan niat
kami untuk foto bersama. Bagi yang menyediakan banyak waktu saat berkunjung ke
GWK, sempatkan untuk menyaksikan salah satu pertunjukan tradisional asli
Indonesia ini, supaya tetap terus terlestarikan sehingga tidak seperti beberapa
kebudayaan Indonesia lainnya yang tiba-tiba diisukan telah diakui oleh negara
lain. Tak hanya dinikmati oleh masyarakat Indonesia sendiri, pertunjukan ini
jug disaksikan banyak turis mancanegara. Salah satunya adalah yang fotonya
terlampir di bawah, wanita yang lagi-lagi aku lupa nama dan asal negara ini
sangat antusias sekali saat menyaksikan pertunjukannya. Tak hanya antusias,
Bule tersebut merasa kagum dan puas dengan pertunjukan yang disajikan. Memang
sengaja aku minta foto untuk dokumentasi yang siapa tahu suatu hari bisa
bertemu kembali dan bertukar cerita lebih banyak mengenai kebudayaan masing-masing
negara kami.
Karena keterbatasan
waktu, setelah berfoto tanpa berlama-lama kami lanjut meng-eksplore spot-spot
lain GWK. Keluar dari Amphitheater kami berjalan ke arah kiri, beberapa langkah
dari sini kami diberhentikan oleh seseorang yang ternyata kami diminta untuk
berfoto sebentar menggunakan kamera yang sudah dibawanya di sebuah tempat
dengan latar belakang kain hijau yang memang sudah disediakan khusus. Sebelum
dicetak hasil dari fotonya diedit terlebih dahulu latar belakangnya yaitu
diganti dengan icon di GWK. Tidak ada paksaan untuk mengambil hasil gambarnya
atau tidak pada saat akan masuk ke sebuah toko cindera mata lagi nanti, tentu
ada biaya yang dikenakan, aku tidak tahu berapa pastinya karena tak ada satupun
dari kami yang ingin mengambil hasil gambarnya hoho. Selesai berfoto kami
lanjut lagi berjalan kaki menaiki sebuah tangga, disana ada peminjaman kain
selendang bagi yang berkenan (Untuk disini tidak diwajibkan). Di tengah-tengah
perjalanan ada sebuah kolam teratai dan kemudian puncaknya teman-teman akan
melihat sebuah patung Dewa Wisnu raksasa setengah badan. Patung ini yang
sebenarnya rencananya akan digabungkan menjadi sebuah patung Garuda Wisnu
Kencana, namun oleh investor baru diputuskan untuk membuat patung yang baru
yang baru diresmikan pada bulan september 2018 lalu dan konon Garuda Wisnu
Kencana ini menempati urutan ketiga untuk patung tertinggi dunia. Sungguh
pencapaian yang luar biasa. Proud of you, Indonesia!
Dari sekitar Patung
Dewa Wisnu ini teman-teman bisa mendapatkan foto dengan background Patung GWK
yang terbaru, dengan menduduki batas tepi sebelah kanan. Jangan lupa tetap
berhati-hati saat mengambil gambar, karena ketinggiannya cukup lumayan jadi
kalau jatuh juga cukup mengerikan. Kalau mau aman bisa berfoto berdiri saja dan
bersandar pada batas tepi. Sangat luasnya tempat ini sangatlah sayang memang
jika datang kesini dengan waktu yang terbatas, setidaknya butuh waktu minimal
3-4 jam sendiri jika ingin benar-benar puas dan tak terburu-buru. Dari posisi
kami sekarang ini saja masih ada kelanjutan lagi yaitu berjalan kaki menuju
Lotus pond yang dimana salah satunya adalah ada patung kepala Garuda raksasa
yang juga sebetulnya rencananya akan digabungkan, namun nasibnya sama dengan
Patung Dewa Wisnu sebelumnya. Tapi dengan dibiarkannya begini mungkin bisa
menjadi saksi atau tapak tilas bagaimana Patung Garuda Wisnu Kencana yang
sekarang berdiri. Lotus pond ini sendiri merupakan area outdoor yang sangat
luas. Tak sekedar luas, dinding batuan kapur yang membatasi area ini memberikan
kesan tersendiri. Untuk soal mencari spot foto, tinggak pilih mau menggunakan
background atau view yang bagaimana. Untuk teman-teman yang bosan mengitari
area ini dengan berjalan kaki, tak perlu gundah ataupun resah karena ada cara
unik menikmati Lotus Pond area yaitu dengan menggunakan Segway yang dapat
disewa di sekitar area. Bagaimana dengan kami? Tidak begitu lama di area ini,
bahkan tak sempat mendekat ke Patung GWK terbaru karena terburu-buru harus
segera kembali.
Untuk rute keluar, dari
Lotus Pond tak perlu kembali melewati jalan seperti semula karena dari sana
tinggal berjalan ke kanan melewati jalan diantara 2 dinding batuan kapur. Yang
tadi meminjam kain selendang jangan lupa dikembalikan dengan memasukkannya ke
dalam keranjang besar yang telah disediakan. Dari jalan yang kita lewati tadi
nanti ketemunya adalah depan toko souvenir yang kita masuki sebelumnya, dan
untuk rute keluar sekarang ini lagi-lagi kami harus melewati bagian dalam toko
tersebut. Setelahnya tinggal jalan melewati jalan yang sama dengan saat tadi
berangkat. Karena daripada menunggu khawatir nanti waktunya tidak memungkinan
untuk tujuan yang kedua sekaligus terakhir, sampai di sekitar loket kami semua
memutuskan menuju ke parkiran mobil dengan berjalan kaki. Meskipun jaraknya
yang agak lumayan tapi tenang, banyaknya juga pengunjung yang berjalan ditambah
dengan melakukan obrolan semuanya jadi tidak terasa, tahu-tahu capek saja waktu
sudah di dalam mobil hoho.
Tujuan terakhir yang
menjadi penutup trip Bali kali ini cukup tepat posisinya karena barang bawaan
akan bertambah disaat sudah mau perjalanan balik Surabaya. Tahu dong berarti
kemana tujuan selanjutnya? Ke Pegadaian? Bukan dong, kan ini aktifitas
menggandakan barang bukan menggadaikan. Karena kita melakukan hal yang masih
normal-normal saja jadi jika ingin menggandakan barang bawaan tentu yang
dilakukan adalah belanja. Jika berbicara mengenai tempat belanja khususnya
oleh-oleh yang ada di Bali ada 3 yang biasanya menjadi rekomendasi, yaitu Pasar
Sukowati, Krisna, dan yang terakhir tentu hampir semua orang dan sangat kental
sekali dengan Bali layaknya Jogja yang terkenal dengan Dagadu apalagi kalau
bukan Joger. Lalu kemanakah sebenarnya tujuan kami ini? Apakah salah satu dari
3 pilihan di atas? Atau mungkin tempat referensi baru? Dan jawabannya adalah...
Krisna *Ala-ala kuis hoho. Untuk pemilihan tempat berbelanja oleh-oleh dengan
berbagai pilihan mulai dari pakaian, makanan, souvernir, dll yang tersedia
dalam 1 tempat dengan harga yang tidak terlalu mengganggu keuangan teman-teman
tentu Krisna bisa menjadi pilihannya. Tapi ya namanya sudah berada di tempat
belanja, untuk menahan supaya tidak berbelanja terlalu banyak agak susah seolah
semua barang bagus dipandang mata dan sayang kalau tak dibawa pulang ke rumah,
untung aku masih punya kesadaran untuk mengontrol yang begini, tentu saja
karena kalau sudah keborong semua sampai rumah kalau butuh apa-apa pakai uang
apa hoho. Beberapa kotak Kue Pie Susu dan pakaian untuk keluarga rasanya sudah
cukuplah.
Selesai belanja kami
semua makan siang dulu sebentar di kursi-kursi yang tersedia depan Krisna
sebelum selanjutnya diantar ke Kantor Travel yang sudah aku pesan untuk
perjalanan balik ke Surabaya. Meski untuk menu makan siang hari ini adalah nasi
kotak tetapi dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya justru ini merupakan menu
makan siang yang menurutku selain rasanya enak lauknya juga bermacam-macam,
teman-teman pun juga sependapat. Krisna yang kami datangi sekarang ini ternyata
lokasinya sangat dekat sekali dengan Kantor Travel Bali Jaya Trans travel yang
akan kami pakai nanti yaitu hanya sekitar 5 menitan, ini yang akhirnya membuat
kami tiba di lokasi sekitar 1 jam sebelum keberangkatan dimana jadwal
keberangkatannya sendiri adalah pukul 15.00 WITA. Di Denpasar sebetulnya ada 2
kantor atau tempat yang bisa dijadikan titik penjemputan apabila tidak sedang
standby di tempat dimana kita sedang tinggal atau singgah. Yang pertama ada di
jalan pelita, tuban, kuta yang kami pilih sekarang ini dengan jadwal yang sudah
aku informasikan tadi. Yang kedua aku lupa untuk alamat atau daerahnya, yang
pasti alasan untuk tidak menjatuhkan pada pilihan yang kedua adalah karena
lokasinya yang agak begitu jauh juga penjemputannya yang baru dimulai sekitar
pukul 18.00 WITA.
Karena tempat aku
menunggu ini sebenernya tempat penitipan mobil dan kantor yang ada disini tidak
begitu besar jadilah kami menunggu di pos penjaga. Padatnya jalanan di akhir
tahun membuat keberangkatan kami menjadi terlambat karena belum kembalinya
armada yang nantinya akan kembali digunakan, sempat hampir dialihkannya
penumpang hari ini dengan armada lainnya menggunakan armada dengan tipe lama
dan berukuran agak kecil. Untungnya pada saat armada lainnya sedang
dipersiapkan, armada dengan tipe yang sama dengan pada saat perjalanan menuju
ke Bali datang. Jadilah kami tetap menggunakan armada yang terbaru ini, tidak
masalah meski kami masih harus menunggu
kembali karena mobil masih harus terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan.
Sekitar pukul 16.30 mobil
baru mulai jalan keluar garasi untuk mulai melakukan penjemputan kemudian
langsung dilanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Kami berlima adalah penumpang
pertama yang sudah diangkut masuk ke dalam. Tempat penjemputan pertama tak jauh
dari kami berangkat, kurang tahu tepatnya tetapi dekat parkiran yang cukup
banyak komotra disana. Buat yang belum tahu, komotra adalah shuttle bus yang
biasa digunakan untuk menuju area kuta, penggunaan transportasi jenis ini
biasanya untuk wisatawan yang berkunjung ke Bali dengan banyak rombongan dan
datang dengan menggunakan bus besar. Karena susahnya akses kendaraan tersebut
maka diharuskan beralih menggunakan komotra, tentu shuttle tersebut tidak
gratis alias dikenakanya biaya. Kurang tahu untuk biayanya karena selama disana
tak sekalipun kami menggunakannnya, lagian penginapannya juga sudah di area
Legian yang mana ke Kuta bisa dengan berjalan kaki hoho.
Setelah 2 penumpang
baru masuk ke dalam mobil 2 anggota rombonganku terpaksa harus berpindah kursi,
kami baru tahu kalau ternyata untuk sistem keberangkatan dari Bali nomor kursi
bisa dipesan 1 hari sebelum keberangkatan dengan catatan kursi yang diinginkan
masih tersedia. Berbeda dengan saat berangkat dari Surabaya beberapa hari yang
lalu, selama kursi masih kosong penumpang yang masuk berhak menempati. Jadi
gampang-gampangannya adalah yang dijemput pertama punya pilihan leluasa untuk
menempati kursi yang mana, sedang saat perjalanan pulang ini tidak bisa. Hari
semakin petang tentu jalan juga tak seterang saat siang sehingga tak tahu lagi
penjemputan selanjutnya di daerah-daerah mana. Setelah semua kursi sudah terisi
di tengah perjalanan Pak Sopir memberhentikan mobilnya, aku kira ada apa
ternyata membeli snack dan air mineral yang kemudian dibagikan kepada seluruh
penumpang karena memang merupakan bagian dari fasilitas.
Oh iya satu hari
sebelum jadwal kepulangan ke surabaya waktu itu tepatnya pada saat perjalanan
kembali ke hotel setelah dari Tanah Lot kami sempat khawatir tak bisa kembali
esok hari karena adanya bencana banjir besar hingga merusak jembatan atau jalan
yang dampaknya arus dari Bali menuju Surabaya begitupun sebaliknya menjadi
tertutup. Peristiwa kala itu bebarangan dengan bencana tsunami yang menewaskan
beberapa personil dan keluarga dari Seventeen. Pada saat aku tanyakan ke Pak
Sopir untungnya ternyata jalur tersebut sudah kembali dapat dipergunakan, salut
dengan orang-orang yang langsung sigap mengatasi permasalahan tersebut.
Perjalanan pulang ini sama dengan pada saat berangkat lebih banyak tidur
ketimbang memperhatikan suasana jalan hoho. Melek-melek pas sudah berhenti di
tempat makan pada saat akan makan malam, juga pas sudah sampai daerah Paiton
dan itu sudah pagi mungkin sekitar pukul 6-an. Sampai di rest area Sidoarjo
mobil kembali berhenti karena ada perpindahan penumpang sesuai dengan arah
tujuan yang dimana penumpang tersebut adalah anggota rombongan kami yang sudah
berkeluarga, karena tujuan kepulangannya adalah Mojokerto maka mereka dialihkan
ke armada lainnya. Setelah mobil yang ditunggu datang dan penumpang sudah
berpindah, sopir kami kembali melanjutkan perjalanan. Meski belum menginjakkan
kaki kembali ke rumah, sampai Sidoarjo saja hati sudah agak lega yang berarti
perjalanan selama semalaman dilancarkan, dan yang lebih bahagia adalah dari
sekian banyak penumpang yang masih tersisa dalam mobil ternyata aku yang
diantarkan pulang pertama. Tidak terlalu siang seperti pada waktu di Bali pada
saat tiba di rumah, masih sekitar pukul 09.30 pagi. Tak lupa aku untuk
bersalaman dengan teman-teman sebagai salam perpisahan juga mengucapkan
terimakasih sekaligus minta maaf karena tentu masih banya sekali kekurangan.
Karena sudah tiba kembali ke rumah maka berakhir pula cerita perjalanan 4 Hari
3 Malam di Bali.
Terimakasih sudah sudi
mengikuti cerita perjalananku. Jika ada perlu bantuan menemani liburan di Bali
untuk beberapa hari baik bersama keluarga, teman, atau rombongan langsung saja
kontak melalui DM Instagram @umarilahjalan *Promosi dikit hoho. Sampai jumpa di
cerita perjalanan #umarilahjalan berikutnya ~
Dokumentasi lainnya di bawah:
Santai saja, jalannya tak sekencang Eka apalagi Sumber Kencono
Mari sama-sama untuk terus bantu lestarikan, dimulai dari dengan masuk dan menikmati pertunjukan
Siapa tahu, suatu waktu aku gantian yang berkunjung ke negaranya (Bantu aamiin-in dong)
Agung Hapsa sekarang agak gemukan kah?
Latihan pose nunjuk, biar nanti-nanti waktu foto prewed tidak kesusahan
Untuk melihat keseluruhan, aku perlu mundur agak jauhan
#umarilahjalan
Komentar
Posting Komentar