[Part 3.11] GWK YANG MEMPESONA DAN MAMPIR KE KRISNA


Walaupun tidak langsung hilang total tapi sudah lumayan berkurang capeknya daripada sebelumnya setelah selesai dipijat. Setelah beberapa kali melakukan perjalanan, baru sekarang pakai acara pijat segala, kalau bukan gara-gara teman eh jadi ikutan pengen nyoba hoho. Canggihnya teknologi di jaman yang sudah modern ini sedikit banyak sangatlah membantu. Seperti contoh pada kasus kami ini, karena sudah tak ingin keluar lagi dari kamar sedang kami memerlukan jasa pijat kini sudah ada solusinya. Layanan Go-Massage dari Go-Jek memberikan jawaban. Dengan harga paket yang sudah jelas tentu memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Selain itu layanan ini dilengkapi dengan pemilihan terapis pria atau wanita. Aku pribadi sebagai orang yang kadang masih kurang tahan dengan pijatan yang terlalu menekan yang walaupun kadang sesudahnya lebih terasa cepat enaknya tentulah memilih terapis wanita. Teman-teman pun ternyata juga pada pilihan yang sama. Oh iya karena yang pijat ini semua satu kamar dan tidak ada lagi tempat lainnya yasudah ini lebih berasa seperti pijat berjamaah. Aku dan temannya Roy memilih paket yang 1 jam dengan biaya antara Rp 65.000 atau Rp 75.000, sedangkan Roy karena terlanjur memesan paket yang 1 jam setengah terkena biaya Rp 90.000 atau Rp 100.000, agak lupa pastinya untuk soal harga.

Selesai pijat rebahan sebentar kemudian membersihkan badan, karena cuma aku yang belum mandi, lainnya sudah lebih dulu tadi. Supaya efek dari pijatannya bisa merasuk yasudah langsung saja diistirahatkan ini badan, lagian besok juga harus bangun pagi (Untuk yang kali ini tidak bisa diganggu gugat) karena masih ada tanggungan mengemasi semua barang bawaan. Selalu nyenyaknya tidurku hingga tak terasa perputaran waktu tahu-tahu sudah berganti pagi lagi. Dan seperti biasa lagi-lagi aku yang bangun lebih dulu, begitupun untuk mandi pagi. Yang barengan adalah pada saat sarapan, masak iya pas mandi juga, jangan dong! Ada aktifitas baru untuk menemani pagi terakhir di Bali ini, iya mengemasi barang bawaan hoho. Ini lebih baik dari sekedar mager atau main HP sambil tiduran. Karena tidak terlalu banyak barang bawaanku jadi untuk mengemasinya tidak terlalu memakan waktu. Selanjutnya tinggal menunggu diantarkannya sarapan kemudian melaksanakan itinerary hari terakhir sebelum balik ke Surabaya sore harinya.

Tidak perlu ditanyakan untuk menu sarapannya? Sama dengan pagi sebelumnya, Mie goreng + telur, 2 slice Roti bakar, dan Teh hangat. Ini tentu berbeda dengan menu sarapan anak kos. Anak kos jarang sekali bakar roti, yang sering Mie nya ditambah dengan nasi hoho. Untungnya aku sudah packing lebih dulu, jadi setelah sarapan tinggal duduk-duduk sambil menunggu. Setelah semua sudah siap, kami jalan bersama-sama menuju mobil yang sudah standby di parkiran. Karena saat pagi ini kami sekalian check-out, jadi pas jalan tidak kosongan seperti biasanya, sambil membawa barang bawaan. Sembari Pak Ketut memasukkan barang-barang ke dalam bagasi belakang, aku mengembalikan 2 kunci pintu kamar. Setelah urusanku beres, satu persatu masuk ke dalam mobil kemudian trip hari terakhir di Bali siap untuk dimulai.

Untuk tempat pertama yang dikunjungi, kami menempuh perjalanan sekitar 40 menitan. Sebuah tempat yang baru-baru ini patungnya diresmikan. Dengan clue yang disebutkan di atas tentu paham dong maksutnya dimana? Sudah sekitar 4 tahun tak kemari, masih ingat dulu pertama kali kesini tahun 2014, pada saat itu dalam rangka refreshing usai melaksanakan Ujian Nasional. Dengan menggunakan sepeda motor milik Budhe yang kebetulan tinggal di Bali, aku berdua dengan teman pergi melewati sebuah tol yang berada di atas laut, rasanya sungguh sedikit gemetar dan semriwing. Teman memuji keindahan pemandangan yang terlihat, sedang aku berusaha untuk memberanikan diri menoleh ke arah lautnya hoho. Namun untuk perjalanan kali ini kami dilewatkan jalan yang lain, jadi pemandangannya sama dengan hari-hari sebelumnya, hanya kepadatan kendaraan.

Gerbang pintu masuk Garuda Wisnu Kencana kalau aku bilang seperti hotel bintang 5. Dari sini pelayanan sudah mulai dijalankan, terlihat dari mbak penjaganya yang sudah mengenakan kebaya khas Bali. Setelah mobil diparkirkan, ada 2 pilihan yang bisa digunakan untuk menuju ke loket. Pertama bisa berjalan kaki untuk yang ingin sambil menikmati, yang kedua bisa menggunakan shuttle yang memang sudah disediakan dari sini. Shuttlenya sendiri juga terdapat 2 jenis, ada yang modelnya cukup bagus yang tentu paling banyak diminati, yang satunya lagi biasa kurang lebih seperti shuttle yang menghubungkan Colmare Tropicale dengan Japanese Garden yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia. Seperti shuttle busnya Taman Safari juga mungkin, maklum belum pernah kesana hoho *Pejalan macam apa tinggal di Surabaya tapi malah belum pernah ke tempat wisatanya yang terdekat. Pernah sih cuma ke resortnya aja, itupun ada pengalaman yang kurang mengenakkan, eh jadi curhat.* Karena shuttle yang bagus keduluan berangkat dan yang menunggu untuk berikutnya sudah lumayan banyak yasudah ambil yang mau berangkat saja, jadilah kami menggunakan yang biasa. Sebetulnya tidak ada perbedaan yang signifikan antar keduanya. Bedanya ya hanya pada tampilan, karena untuk tujuan pemberhentiannya sendiri pun sama. Buat yang tidak kebagian naik di shuttle yang bagus tetapi masih ingin mengabadikannya dalam galeri kamera atau handphonenya bisa pada saat tiba di dekat loket sebelum shuttle-nya balik untuk kembali melakukan penjemputan.

Seperti biasa kami menunggu Pak Ketut membelikan tiket masuknya terlebih dahulu barulah bisa mengeksplore GWK, karena sudah tidak sabar untuk melihat patung terbarunya. Oh iya untuk tiket masuknya sendiri berupa kertas panjang yang digelangkan ke salah satu tangan. Untuk kali ini Pak Ketut menunggu di sekitaran loket sedang kami dari loket tadi berjalan ke arah kanan lalu naik ke jalan yang ada di atas, kemudian jalan lagi ke arah kanan sampai ada sebuah toko cindera mata dan oleh-oleh official dari GWK. Semua pengunjung yang berjalan kaki ketika masuk dan keluar area GWK rute jalannya dilewatkan ke bagian dalam toko ini, tentu ini merupakan sebuah teknik pemasaran *Biar kelihatan kalau kuliah manajemen hoho.* Selain jalan kaki apakah ada alternatif lain? Untuk ini belum tahu pasti, cuma di sebelah loket tadi ada jasa naik mobil golf dengan biaya per orangnya Rp 40.000 dan itu pun baru tahu setelah Roy tanya pada saat akan balik menuju ke parkiran. Tentu untuk rute jelas belum tahu beda atau sama. Mungkin yang sedang ada rencana kesana bisa dipastikan atau ditanyakan lagi bagaimana mengenai informasi jelasnya. Atau mungkin yang sudah pernah menggunakan jasanya bisa bantu cerita pengalamannya di kolom komentar di bawah.

Sebelum berkeliling, karena sekitar 20 menit lagi ada jadwal pertunjukan berikutnya, kami menyempatkan masuk ke dalam Amphitheater untuk melihat pertunjukan Tarian Barong, yang diperkirakan berdurasi 40 menit. Ketika sedang asyik menyaksikan pertunjukan terlihat ada anak muda yang duduk pas di depan yang kebetulan sedang ditemani entah pacar atau saudaranya sedang menyiarkan secara langsung pertunjukan yang sedang berlangsung melalui  IG Live di smartphone yang diletakkan pada tripod yang dibawanya. Entah meski mungkin tidak ada larangan tapi menurutku ini sesuatu yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Kalau merekam untuk dokumen pribadi atau membagikan cuplikannya sedikit untuk informasi supaya orang menjadi penasaran mungkin masih tidak begitu masalah dengan catatan tidak ada himbauan atau UU yang melarangnya. Yang dilakukan anak yang mungkin seumuran anak SMA ini tentu apalagi niatnya kalau bukan mencari perhatian kepada follower yang ada pada akunnya. Parahnya lagi adalah setelah tak ada lagi yang menonton siaran yang sedang ditayangkan langsung saja keluar dari Amphitheater, yang padahal baru berjalan setengah pertunjukannya. Memang sih itu urusan dia, suka-suka dia, tapi kehidupan jaman sekarang sebegini amat, seolah kehidupan dunia maya adalah yang utama, sehingga apa yang dilakukan pada dunia nyata hanya untuk menjadi pijakan meraih posisi yang lebih tinggi lagi pada dunia maya. Tapi yasudahlah setiap orang-orang punya tujuan masing-masing dalam kehidupannya, apapun tujuannya yang penting semoga ke arah yang lebih baik aamiin.

Selesai pertunjukan semua pengunjung diperkenankan untuk berfoto bersama para penampil. Ini merupakan salah satu bentuk untuk memberikan apresiasi, karena dengan begini para penampil merasa dihargai. Tentu tak ketinggalan dengan kami, meski harus menunggu bergantian dengan pengunjung lainnya tetapi tidak mengurungkan niat kami untuk foto bersama. Bagi yang menyediakan banyak waktu saat berkunjung ke GWK, sempatkan untuk menyaksikan salah satu pertunjukan tradisional asli Indonesia ini, supaya tetap terus terlestarikan sehingga tidak seperti beberapa kebudayaan Indonesia lainnya yang tiba-tiba diisukan telah diakui oleh negara lain. Tak hanya dinikmati oleh masyarakat Indonesia sendiri, pertunjukan ini jug disaksikan banyak turis mancanegara. Salah satunya adalah yang fotonya terlampir di bawah, wanita yang lagi-lagi aku lupa nama dan asal negara ini sangat antusias sekali saat menyaksikan pertunjukannya. Tak hanya antusias, Bule tersebut merasa kagum dan puas dengan pertunjukan yang disajikan. Memang sengaja aku minta foto untuk dokumentasi yang siapa tahu suatu hari bisa bertemu kembali dan bertukar cerita lebih banyak mengenai kebudayaan masing-masing negara kami.

Karena keterbatasan waktu, setelah berfoto tanpa berlama-lama kami lanjut meng-eksplore spot-spot lain GWK. Keluar dari Amphitheater kami berjalan ke arah kiri, beberapa langkah dari sini kami diberhentikan oleh seseorang yang ternyata kami diminta untuk berfoto sebentar menggunakan kamera yang sudah dibawanya di sebuah tempat dengan latar belakang kain hijau yang memang sudah disediakan khusus. Sebelum dicetak hasil dari fotonya diedit terlebih dahulu latar belakangnya yaitu diganti dengan icon di GWK. Tidak ada paksaan untuk mengambil hasil gambarnya atau tidak pada saat akan masuk ke sebuah toko cindera mata lagi nanti, tentu ada biaya yang dikenakan, aku tidak tahu berapa pastinya karena tak ada satupun dari kami yang ingin mengambil hasil gambarnya hoho. Selesai berfoto kami lanjut lagi berjalan kaki menaiki sebuah tangga, disana ada peminjaman kain selendang bagi yang berkenan (Untuk disini tidak diwajibkan). Di tengah-tengah perjalanan ada sebuah kolam teratai dan kemudian puncaknya teman-teman akan melihat sebuah patung Dewa Wisnu raksasa setengah badan. Patung ini yang sebenarnya rencananya akan digabungkan menjadi sebuah patung Garuda Wisnu Kencana, namun oleh investor baru diputuskan untuk membuat patung yang baru yang baru diresmikan pada bulan september 2018 lalu dan konon Garuda Wisnu Kencana ini menempati urutan ketiga untuk patung tertinggi dunia. Sungguh pencapaian yang luar biasa. Proud of you, Indonesia!

Dari sekitar Patung Dewa Wisnu ini teman-teman bisa mendapatkan foto dengan background Patung GWK yang terbaru, dengan menduduki batas tepi sebelah kanan. Jangan lupa tetap berhati-hati saat mengambil gambar, karena ketinggiannya cukup lumayan jadi kalau jatuh juga cukup mengerikan. Kalau mau aman bisa berfoto berdiri saja dan bersandar pada batas tepi. Sangat luasnya tempat ini sangatlah sayang memang jika datang kesini dengan waktu yang terbatas, setidaknya butuh waktu minimal 3-4 jam sendiri jika ingin benar-benar puas dan tak terburu-buru. Dari posisi kami sekarang ini saja masih ada kelanjutan lagi yaitu berjalan kaki menuju Lotus pond yang dimana salah satunya adalah ada patung kepala Garuda raksasa yang juga sebetulnya rencananya akan digabungkan, namun nasibnya sama dengan Patung Dewa Wisnu sebelumnya. Tapi dengan dibiarkannya begini mungkin bisa menjadi saksi atau tapak tilas bagaimana Patung Garuda Wisnu Kencana yang sekarang berdiri. Lotus pond ini sendiri merupakan area outdoor yang sangat luas. Tak sekedar luas, dinding batuan kapur yang membatasi area ini memberikan kesan tersendiri. Untuk soal mencari spot foto, tinggak pilih mau menggunakan background atau view yang bagaimana. Untuk teman-teman yang bosan mengitari area ini dengan berjalan kaki, tak perlu gundah ataupun resah karena ada cara unik menikmati Lotus Pond area yaitu dengan menggunakan Segway yang dapat disewa di sekitar area. Bagaimana dengan kami? Tidak begitu lama di area ini, bahkan tak sempat mendekat ke Patung GWK terbaru karena terburu-buru harus segera kembali.

Untuk rute keluar, dari Lotus Pond tak perlu kembali melewati jalan seperti semula karena dari sana tinggal berjalan ke kanan melewati jalan diantara 2 dinding batuan kapur. Yang tadi meminjam kain selendang jangan lupa dikembalikan dengan memasukkannya ke dalam keranjang besar yang telah disediakan. Dari jalan yang kita lewati tadi nanti ketemunya adalah depan toko souvenir yang kita masuki sebelumnya, dan untuk rute keluar sekarang ini lagi-lagi kami harus melewati bagian dalam toko tersebut. Setelahnya tinggal jalan melewati jalan yang sama dengan saat tadi berangkat. Karena daripada menunggu khawatir nanti waktunya tidak memungkinan untuk tujuan yang kedua sekaligus terakhir, sampai di sekitar loket kami semua memutuskan menuju ke parkiran mobil dengan berjalan kaki. Meskipun jaraknya yang agak lumayan tapi tenang, banyaknya juga pengunjung yang berjalan ditambah dengan melakukan obrolan semuanya jadi tidak terasa, tahu-tahu capek saja waktu sudah di dalam mobil hoho.

Tujuan terakhir yang menjadi penutup trip Bali kali ini cukup tepat posisinya karena barang bawaan akan bertambah disaat sudah mau perjalanan balik Surabaya. Tahu dong berarti kemana tujuan selanjutnya? Ke Pegadaian? Bukan dong, kan ini aktifitas menggandakan barang bukan menggadaikan. Karena kita melakukan hal yang masih normal-normal saja jadi jika ingin menggandakan barang bawaan tentu yang dilakukan adalah belanja. Jika berbicara mengenai tempat belanja khususnya oleh-oleh yang ada di Bali ada 3 yang biasanya menjadi rekomendasi, yaitu Pasar Sukowati, Krisna, dan yang terakhir tentu hampir semua orang dan sangat kental sekali dengan Bali layaknya Jogja yang terkenal dengan Dagadu apalagi kalau bukan Joger. Lalu kemanakah sebenarnya tujuan kami ini? Apakah salah satu dari 3 pilihan di atas? Atau mungkin tempat referensi baru? Dan jawabannya adalah... Krisna *Ala-ala kuis hoho. Untuk pemilihan tempat berbelanja oleh-oleh dengan berbagai pilihan mulai dari pakaian, makanan, souvernir, dll yang tersedia dalam 1 tempat dengan harga yang tidak terlalu mengganggu keuangan teman-teman tentu Krisna bisa menjadi pilihannya. Tapi ya namanya sudah berada di tempat belanja, untuk menahan supaya tidak berbelanja terlalu banyak agak susah seolah semua barang bagus dipandang mata dan sayang kalau tak dibawa pulang ke rumah, untung aku masih punya kesadaran untuk mengontrol yang begini, tentu saja karena kalau sudah keborong semua sampai rumah kalau butuh apa-apa pakai uang apa hoho. Beberapa kotak Kue Pie Susu dan pakaian untuk keluarga rasanya sudah cukuplah.

Selesai belanja kami semua makan siang dulu sebentar di kursi-kursi yang tersedia depan Krisna sebelum selanjutnya diantar ke Kantor Travel yang sudah aku pesan untuk perjalanan balik ke Surabaya. Meski untuk menu makan siang hari ini adalah nasi kotak tetapi dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya justru ini merupakan menu makan siang yang menurutku selain rasanya enak lauknya juga bermacam-macam, teman-teman pun juga sependapat. Krisna yang kami datangi sekarang ini ternyata lokasinya sangat dekat sekali dengan Kantor Travel Bali Jaya Trans travel yang akan kami pakai nanti yaitu hanya sekitar 5 menitan, ini yang akhirnya membuat kami tiba di lokasi sekitar 1 jam sebelum keberangkatan dimana jadwal keberangkatannya sendiri adalah pukul 15.00 WITA. Di Denpasar sebetulnya ada 2 kantor atau tempat yang bisa dijadikan titik penjemputan apabila tidak sedang standby di tempat dimana kita sedang tinggal atau singgah. Yang pertama ada di jalan pelita, tuban, kuta yang kami pilih sekarang ini dengan jadwal yang sudah aku informasikan tadi. Yang kedua aku lupa untuk alamat atau daerahnya, yang pasti alasan untuk tidak menjatuhkan pada pilihan yang kedua adalah karena lokasinya yang agak begitu jauh juga penjemputannya yang baru dimulai sekitar pukul 18.00 WITA.

Karena tempat aku menunggu ini sebenernya tempat penitipan mobil dan kantor yang ada disini tidak begitu besar jadilah kami menunggu di pos penjaga. Padatnya jalanan di akhir tahun membuat keberangkatan kami menjadi terlambat karena belum kembalinya armada yang nantinya akan kembali digunakan, sempat hampir dialihkannya penumpang hari ini dengan armada lainnya menggunakan armada dengan tipe lama dan berukuran agak kecil. Untungnya pada saat armada lainnya sedang dipersiapkan, armada dengan tipe yang sama dengan pada saat perjalanan menuju ke Bali datang. Jadilah kami tetap menggunakan armada yang terbaru ini, tidak masalah meski kami masih harus menunggu  kembali karena mobil masih harus terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan.

Sekitar pukul 16.30 mobil baru mulai jalan keluar garasi untuk mulai melakukan penjemputan kemudian langsung dilanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Kami berlima adalah penumpang pertama yang sudah diangkut masuk ke dalam. Tempat penjemputan pertama tak jauh dari kami berangkat, kurang tahu tepatnya tetapi dekat parkiran yang cukup banyak komotra disana. Buat yang belum tahu, komotra adalah shuttle bus yang biasa digunakan untuk menuju area kuta, penggunaan transportasi jenis ini biasanya untuk wisatawan yang berkunjung ke Bali dengan banyak rombongan dan datang dengan menggunakan bus besar. Karena susahnya akses kendaraan tersebut maka diharuskan beralih menggunakan komotra, tentu shuttle tersebut tidak gratis alias dikenakanya biaya. Kurang tahu untuk biayanya karena selama disana tak sekalipun kami menggunakannnya, lagian penginapannya juga sudah di area Legian yang mana ke Kuta bisa dengan berjalan kaki hoho.

Setelah 2 penumpang baru masuk ke dalam mobil 2 anggota rombonganku terpaksa harus berpindah kursi, kami baru tahu kalau ternyata untuk sistem keberangkatan dari Bali nomor kursi bisa dipesan 1 hari sebelum keberangkatan dengan catatan kursi yang diinginkan masih tersedia. Berbeda dengan saat berangkat dari Surabaya beberapa hari yang lalu, selama kursi masih kosong penumpang yang masuk berhak menempati. Jadi gampang-gampangannya adalah yang dijemput pertama punya pilihan leluasa untuk menempati kursi yang mana, sedang saat perjalanan pulang ini tidak bisa. Hari semakin petang tentu jalan juga tak seterang saat siang sehingga tak tahu lagi penjemputan selanjutnya di daerah-daerah mana. Setelah semua kursi sudah terisi di tengah perjalanan Pak Sopir memberhentikan mobilnya, aku kira ada apa ternyata membeli snack dan air mineral yang kemudian dibagikan kepada seluruh penumpang karena memang merupakan bagian dari fasilitas.

Oh iya satu hari sebelum jadwal kepulangan ke surabaya waktu itu tepatnya pada saat perjalanan kembali ke hotel setelah dari Tanah Lot kami sempat khawatir tak bisa kembali esok hari karena adanya bencana banjir besar hingga merusak jembatan atau jalan yang dampaknya arus dari Bali menuju Surabaya begitupun sebaliknya menjadi tertutup. Peristiwa kala itu bebarangan dengan bencana tsunami yang menewaskan beberapa personil dan keluarga dari Seventeen. Pada saat aku tanyakan ke Pak Sopir untungnya ternyata jalur tersebut sudah kembali dapat dipergunakan, salut dengan orang-orang yang langsung sigap mengatasi permasalahan tersebut. Perjalanan pulang ini sama dengan pada saat berangkat lebih banyak tidur ketimbang memperhatikan suasana jalan hoho. Melek-melek pas sudah berhenti di tempat makan pada saat akan makan malam, juga pas sudah sampai daerah Paiton dan itu sudah pagi mungkin sekitar pukul 6-an. Sampai di rest area Sidoarjo mobil kembali berhenti karena ada perpindahan penumpang sesuai dengan arah tujuan yang dimana penumpang tersebut adalah anggota rombongan kami yang sudah berkeluarga, karena tujuan kepulangannya adalah Mojokerto maka mereka dialihkan ke armada lainnya. Setelah mobil yang ditunggu datang dan penumpang sudah berpindah, sopir kami kembali melanjutkan perjalanan. Meski belum menginjakkan kaki kembali ke rumah, sampai Sidoarjo saja hati sudah agak lega yang berarti perjalanan selama semalaman dilancarkan, dan yang lebih bahagia adalah dari sekian banyak penumpang yang masih tersisa dalam mobil ternyata aku yang diantarkan pulang pertama. Tidak terlalu siang seperti pada waktu di Bali pada saat tiba di rumah, masih sekitar pukul 09.30 pagi. Tak lupa aku untuk bersalaman dengan teman-teman sebagai salam perpisahan juga mengucapkan terimakasih sekaligus minta maaf karena tentu masih banya sekali kekurangan. Karena sudah tiba kembali ke rumah maka berakhir pula cerita perjalanan 4 Hari 3 Malam di Bali.

Terimakasih sudah sudi mengikuti cerita perjalananku. Jika ada perlu bantuan menemani liburan di Bali untuk beberapa hari baik bersama keluarga, teman, atau rombongan langsung saja kontak melalui DM Instagram @umarilahjalan *Promosi dikit hoho. Sampai jumpa di cerita perjalanan #umarilahjalan berikutnya ~

Dokumentasi lainnya di bawah:
Santai saja, jalannya tak sekencang Eka apalagi Sumber Kencono

 Mari sama-sama untuk terus bantu lestarikan, dimulai dari dengan masuk dan menikmati pertunjukan

Siapa tahu, suatu waktu aku gantian yang berkunjung ke negaranya (Bantu aamiin-in dong) 

Agung Hapsa sekarang agak gemukan kah? 

Latihan pose nunjuk, biar nanti-nanti waktu foto prewed tidak kesusahan 

Untuk melihat keseluruhan, aku perlu mundur agak jauhan

#umarilahjalan

Komentar