[Part 3.4] KE BALI BIDADARI BATIK UNTUK PERTAMA KALI
Tanpa suara alarm, adzan, ataupun ayam berkokok tiba-tiba kebangun aja setelah nyenyaknya tidur semalaman. Cabut HP yang udah dicharge saat istirahat sambil cek jam karena tidak ada di kamar, dan memang jarang sekali sepertinya hotel yang menyediakan jam di dalam kamarnya. Apalagi kalau sudah dapat kamar yang tanpa jendela bisa gak kerasa waktu kayak pas lagi jalan-jalan di mall, gak kelihatan perubahan siang malamnya. Nyadarnya kalau udah pas lihat jam, eh tahu-tahu udah jam segini. Berlaku juga buat anak yang tongkrongan banget, kalau lagi ngobrol bisa lupa waktu, kalau itu pengalaman pribadiku hoho. Jam masih menunjukkan pukul 05.30 pagi, mau lanjut tidur tapi sudah memasuki waktu riskan kalau keblabasan yang ada malah jadinya bangun kesiangan. Mau mandi juga masih dingin sekali, eh tapi lupa ding kan showernya bisa dimode hangat. Alasan aja sih karena sebenarnya masih mager kalau baru bangun hehe. Cek- cek hp aja lah sambil tiduran sapa tahu Adinda Thomas tiba-tiba ngechat pagi-pagi lagi butuh teman ngobrol, teman hidup, atau bagaimana. Atau siapa tahu ada orderan paket tour masuk. Bareng-bareng bilang aamiin yuk. Bantuan doa juga sangatlah berharga.
Begitu waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 mau gak mau harus beranjak mandi, karena mau sampai jam berapapun kalau sudah nempel kasur bangun rasanya malas minta ampun. Juga mumpung yang lain belum pada bangun akibat begadang mabar semalaman yang gak tahu sampai jam berapa. Gak perlu aku ceritain juga lah ya aktivitasku selama di dalam kamar mandi hoho. Mandi selesai, keluar langsung bangunin teman-teman. Dan ternyata apa yang mereka lakukan setelah bangun adalah sama, tiduran sambil HP-an. Yasudahlah masih ada beberapa waktu juga sambil menunggu waktu sarapan.
Sampai pukul setengah 8 masih tak ada juga yang beranjak dari kasurnya, eh beranjak sih sudah cuma belum ada juga yang segera bergegas mandi. Waduh bakal berangkat jam berapa ini? Oh iya karena belum tau sistem juga informasi mengenai sarapan disini, aku coba jalan menuju resepsionis yang berada tepat di samping kolam renang untuk menanyakan bagaimananya. Ternyata sistem sarapan di D'Kubu Daje ini kita perlu konfirmasi ke resepsionis supaya segera disiapkan dengan menyebutkan nomor kamar dan jumlah tamu yang terdaftar di dalamnya. Nanti sarapan akan diantarkan ke balkon depan kamar karena memang tidak ada ruang makan saking minimalisnya ini hotel hoho.
Kami semua sudah penasaran dengan menu sarapannya karena rata-rata hotel biasanya all you can eat atau gampangannya prasmanan hoho dimana tiap tamu langsung ambil sendiri, sedangkan yang ini nampaknya eksklusif sekali kami dilayani penuh dengan diantarkan langsung ke kamar tanpa perlu ambil terlebih dahulu. Setelah lebih kurang 20 menit menunggu, pegawai hotel mengantarkan makanannya, dan menu sarapannya adalah ... *Jeng jeng jeng jeng* cuma 2 slice roti bakar yang dibentuk segitiga dengan meses atau coklat di dalamnya dan segelas teh hangat sebagai minumnya. Sempet sedikit kecewa dan jadi gak enak sama teman-teman semua, bukannya apa berarti tandanya mereka semua baru bisa benar-benar terisi perutnya saat waktu makan siang dan itupun masih harus menunggu lama. Aku minta maaf ke teman-teman semua dan coba jelaskan sesuai dengan informasi dari agen tournya mengenai tidak tersedianya alias penuh kamar di hotel yang sudah menjadi langganannya mengingat akhir tahun adalah padat-padatnya orang berlibur ke ibukota Pulau Dewata ini, alasan lainnya adalah keterlembatan temanku untuk DP tanda jadi yang sebelumnya sudah aku konfirmasi setelah si agen mengingatkan untuk segera dilakukan supaya bisa digunakan untuk booking kamar hotelns5ya. Ya tetapi yang namanya sudah terjadi biarlah terjadi, cukup dijadikan pembelajaran untuk kemudian hari.
Meski begitu, aku masih upayakan memberikan alternatif lain sebagai pengganti. Aku coba bernegoisasi dengan agen yaitu minta tolong dicarikan tempat untuk makan siang yang porsinya lumayan dengan budget yang sama mengingat sarapan di hotel yang tidak begitu mengenyangkan karena hanya 2 slice roti. Setelah tahu alasannya, si agen menjelaskan bahwa mereka lebih dulu tahu menu sarapan disana dan sudah berinisiatif dengan memesan tambahan paket mie + telor untuk tambahan sarapan, sayangnya entah miskomunikasi atau bagaimana jadinya kami semua tidak mendapatkan tambahannya. Si agen nantinya akan menghubungi pihak hotel lagi supaya sarapan kami besok tidak lagi seperti hari ini. Terimaksih banyak Mbak Cici (Selaku Agen Tournya), maaf sudah begitu merepotkan. Sebetulnya kalau aku pribadi tidak ada masalah dengan sarapan yang ada, hanya saja karena sedang membawa tamu jadi aku tak bisa semena-mena memaksa yang lainnya untuk memposisikan sama denganku, tetapi justru sebaliknya aku harus berusaha untuk memanusiakan mereka.
Beres sarapan dan posisi sudah pada mandi semua, kami langsung jalan ke parkiran depan dan masuk ke dalam mobil dimana Pak Ketut sudah menunggu sejak beberapa menit yang lalu. Di dalam mobil masing-masing kami mendapatkan air mineral berukuran sedang. Setelah dinyalakan mesinnya, mobil berjalan keluar untuk memulai trip hari kedua. Tujuan pertama untuk hari ini adalah sebuah tempat yang berjarak 19km dengan waktu tempuh sekitar 36 menit. Sebuah tempat salah satu budaya atau kekayaan Indonesia yang diakui dunia dan punya hari nasional yaitu di tanggal 2 Oktober setiap tahunnya. Tahu dong apa? Masak masih gak tahu juga dengan clue yang amat sangat jelas? Yasudah aku kasih tahu saja, tempat yang aka kami kunjungi ini adalah salah satu Kerajinan Batik yang ada di Denpasar yaitu Bali Bidadari Batik.
Dari mulai turun dari mobil kami sudah disuguhkan dengan para pengrajin yang nampak ulet, telaten, detail, dan teliti mencanting kain putih yang dipampang posisi vertikal seperti jemuran dengan tangan kiri memegang bagian kain bawahnya. Puas melihat asyiknya pengrajin menghias atau mempercantik kain putih, kami semua masuk ke dalam toko untuk melihat hasil dari apa yang sudah dikerjakan sekaligus melihat apa saja yang dijual di dalamnya. Saat masuk ke dalam toko ada larangan Tidak diperkenankan mengambil gambar baik menggunakan Handphone ataupun kamera, karena mungkin antisipisi adanya plagiasi karena setiap pengrajin punya gaya motif atau desain yang berbeda. Mohon dipatuhi ya aturan atau larangan yang berlaku. Harga kemeja batik disini terbilang lumayan menengah atas untuk sekelas kami hehe. Tapi jangan salah, untuk bahan dan desain jelas berbeda dengan yang ada di pasaran, nilai dari sebuah barangnya tentu masih terjaga. Hanya saja kantong kami belum terbiasa dengan pengeluaran untuk sebuah apresiasi, maafkan kami.
Tak bisa lama-lama karena sudah puas menikmati dan tak ada yang sedang dicari atau dibeli. Kami jalan ke parkiran mobil dan segera masuk untuk lanjut ke perjalanan berikutnya. Kemana kah kira-kira? tunggu saja di cerita selanjutnya!
Bersambung...
#umarilahjalan
#umarilahjalan
Komentar
Posting Komentar