[Part 2.3] REVIEW ALUN-ALUN BATU & MINI OUTBOUND DI CEMARA HOMESTAY


Meski banyak kota di Jawa Timur punya alun-alun *Surabaya termasuk yang tidak punya, gak tahu kenapa yang di Batu selalu jadi jujukan. Alun-alun yang hampir tak pernah sepi wisatawan dari berbagai kota, baik dari luar provinsi maupun dari Jawa Timur itu sendiri. Apa sih yang membuatnya ramai? Tak tahu pasti, tapi bisa jadi salah satu faktornya adalah karena Batu yang dikenal sebagai Kota Wisata. Hampir semua ada, dari mulai taman dengan view pemandangan sampai tempat wisata dengan wahana permainan.

Untuk Alun-alun sendiri, waktu paling efektif untuk mengunjungi adalah sore hingga malam. Menikmati kuliner yang berjejer-jejer di sekitaran. Favorit banyak orang adalah Susu dan Ketan Durian, antriannya kadang hampir mengular *Tanpa tangga. Kalian juga bisa menikmati view Batu di kala malam menggunakan Bianglala. Tak perlu booking online untuk dapetin tiketnya, cukup masuk ke barisan antrian dan tunggu sampai waktu giliranmu tiba.

Melanjutkan kegiatan adik-adik mencoba bercengkrama dengan pengunjung-pengunjung di sekitar sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan, Mas Chiko dan aku hanya berkeliling dan memantau dari kejauhan. Meski kelompokan, rasa deg-degan, sedikit nervous, dan malu pasti lah ada. Pun jika aku ada di posisi dan seumuran mereka mungkin juga merasakan hal yang sama. Tetapi pada akhirnya, semua kelompok mampu menjalankan misinya, dengan waktu yang terhitung tak begitu lama.

Oh iya, sebetulnya ada misi kedua yang juga dikerjakan di Alun-alun, dimana adik-adik ini membuat gerakan peduli lingkungan dengan memunguti sampah-sampah yang berserakan dengan mengambil konsep dari Flash Mob. Lalu apa kaitannya dengan psikologi? Ini adalah cara bagaimana mengingatkan pengunjung Alun-alun akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan tanpa menyuruhnya secara langsung yang mana itu bisa menyinggung sebagian orang yang memang benar-benar tak mau peduli. Namun misi kedua ini terpaksa harus kami batalkan, kenapa? Tempatnya sudah bersih sekali bro! Hampir tak ada tengok sampah-sampah berserakan, lalu apalagi yang perlu dibersihkan? Hehe. Salut sama ini tempat, meski pengunjung bergantian berdatangan tapi masih terkontrol masalah kebersihan (:.

Dari ter-skipnya misi kedua, membuat waktu luang menjadi bertambah. Jadi sekarang adalah waktu bebas. Semua kembali mencar, ada yang membeli makanan lainnya lagi beli minum karena mungkin kehausan setelah bercengkrama dengan 3 kriteria relawan. Sementara, aku tak beranjak dari tempat duduk yang ada disekitaran kolam yang ada di tengah-tengah. Maklum sedang tak bawa banyak uang hoho, juga tadi sudah makan mie ayam saat adik-adik masih menjalankan misi pertama.

Beberapa menit kemudian konter bianglala dibuka, yang artinya siapapun yang sudah menyediakan uang senilai harga tiket dan berkeinginan untuk menikmati permainanannya, ini adalah kesempatan. Dan memang iya, sudah banyak yang menunggu ternyata, tak heran jika antriannya cukup panjang. Tapi tenang, tak sepanjang jalur Anyer - Panarukan. Pun, demikian dengan adik-adik SMA Muhammadiyah 10 Surabaya terutama cewek-ceweknya, tak ingin juga menyia-menyiakan kesempatan karena mumpung juga masih lagi ada disana, pada berlarian untuk segera bisa masuk dalam antrian. Bagaimana denganku? Tak juga beranjak dari tempat yang aku duduki, rasanya mager sekali, tetapi lebih utama adalah alasan yang sudah ku jelaskan tadi hoho. Meski ku perhatikan lumayan lama bianglala, tetapi gerakan perubahan warna lampu-lampu yang menghiasi membuatku tak terfikirkan berapa kali bianglala tersebut berputar dalam sekali sesi.

Setelah adik-adik yang antri sudah kebagian mencoba dan waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 8 malam, kami kembali ke penginapan karena masih harus mengevaluasi kegiatan selama sore - malam ini. Setiap kelompok kembali memesan online mobil untuk perjalanan menuju lokasi. Kebetulan kelompok yang aku tumpangi, mobilnya sudah tiba lebih dulu di dekat Masjid. Langsung kami berjalan menuju kesana. Setelah semua berada di dalam mobil, pak sopir mengantarkan kami ke penginapan. Tak berselang lama setelah aku dan kelompok yang pertama tiba duduk-duduk lesehan di dalam penginapan, kelompok lainnya menyusul berdatangan.

Kini semua kembali berkumpul dan membentuk lingkaran besar. Mas Chiko sebagai pengajar memulai evaluasi kegiatan dengan bertanya pada masing-masing kelompok bagaimana kesulitan dan apa yang sudah didapatkan. Sebetulnya panjang sekali pembahasan, tapi karena mengingat ini sudah memasuki waktu malam dimana tingkat fokus pembelajaran sudah mulai menurun, maka pembahasan agak dipercepat sehingga bisa segera selesai.

Mungkin semua pernah mengalami, saat dimana kegiatan selesai justru rasa kantuk/ lelah malah hilang, ngobrol-ngobrol santai dengan topik bebas bikin tak ingin tidur duluan. Dan itu juga yang terjadi sekarang, aku fikir setelah semua berakhir tak lagi ada aktifitas atau lebih memilih tidur-tiduran karena juga tadi sudah jajan saat di Alun-alun. Ternyata tidak, beberapa memasak untuk persiapan makan malam. Meski dengan menu sederhana yaitu mie instan yang sudah dibawa dari rumah, ada juga yang membeli mie tambahan di indomaret dekat penginapan. Benar-benar cukup strategis tempatnya bukan?

Dengan begini, setidaknya memberikan wadah untuk menyalurkan minat/ bakat mereka selain di bidang psikologi. Yang terpenting kebersihan dapur harus tetap terjaga. Lama tak bertemu dan kebetulan ada waktu, aku coba menghubungi Mas Vienzo  siapa tahu masih di Batu. Dia ini merupakan teman yang juga seorang pesulap yang cukup aktif di dalam kompetisi/ perlombaan, event yang pernah diikuti sudah sampai tingkat international. Soal prestasi tak perlu diragukan, beberapa kali mendapat mendapatkan penghargaan. Soal bagaimana aku bisa mengenalnya? Tak perlu lah untuk aku bahas hehe.

Mumpung ingat, aku langsung coba menghubunginya melalui chat whatsapp dari saat masih di Alun-alun, kini aku coba hubungi kembali namun tak juga ada respon. Setelah HP ku tinggal di meja belakang rumah, dan aku pergi entah kemana. Ke dapur sepertinya, ngecek yang dimasak udah mateng belum, maklum udah laper hoho, begitu balik ternyata ada balasan dari Mas Vienzo. Kemudian saling ngechat yang intinya aku ajak untuk ketemu, hitung-hitung untuk melepas rindu huhu. Kebetulan orangnya juga lagi gak sibuk, sehingga kami bisa bertemu.

Karena aku juga gak bawa kendaraan *Berat, jadi ngobrolnya cuma bisa dipenginapan. Obrolan yang lumayan cukup lama dari mulai ghibah di dunia persulapan sampai tentang hobi barunya yaitu karaokean lewat aplikasi Smule. Karena mungkin sudah lama tak jumpa jadi ngobrol pun sampai gak kerasa, tahu-tahu sudah jam 12an aja, mataku sudah mulai tak kuat melawan rasa kantuk yang tak tertahankan. Ku minta maaf padanya karena tak bisa ngobrol lagi lebih lama, kemudian Mas Vienzo pamit pulang.

Setelah mengantar sampai depan penginapan aku tak juga langsung tidur, mie yang sudah disiapkan di piring belum aku makan sama sekali sampai jadi dingin. Gimana nggak coba, tahu sendiri lah udara di Batu waktu malam kayak gimana, belum lagi itu sejam'an lebih ada di atas meja yang posisinya ada di luar rumah. Tapi gapapa lah buat ganjel perut, daripada dibuang juga mubadzir *Dasarannya emang doyan makan aja sih sebetulnya hehe. Selesai makan pun aku juga tak langsung tidur, katanya sih memang tidak disarankan. Aku duduk-duduk sebentar sambil HPan di tempat tadi aku makan. Setelah setengah jam'an mungkin, aku naik ke atas untuk persiapan tidur malam, eh pagi ding kan udah jam 12an lewat hoho. Pastikan menggunakan selimut atau minimal pake sarung jika bermalam di Batu kalau gak pengen kedinginan pas lagi enak-enaknya tidur.

Pagi-pagi sekali semua yang ada di kamar laki-laki sudah bangun termasuk aku, meski masih agak sedikit ngantuk karena kurang tidur. Agenda hari ini masih ada 2 kegiatan lagi sebelum balik ke Surabaya. Kegiatan pertama dimulai sekitar pukul 7, dimana semua peserta diajak keluar penginapan untuk melakukan aktifitas mini outbound di halaman depan. Trust Fall adalah permainan pertama yang dipraktekkan langsung oleh semua. Sementara Mas Chiko memandu kegiatan mini outbound, aku berkutik di dalam penginapan untuk menyembunyikan potongan-potongan kertas yang terdiri dari 4 warna sesuai jumlah kelompok yang akan digunakan nanti sebagai puncak daripada kegiatan pertama.

Ini merupakan bagian yang paling Mas Chiko & aku suka, dan selalu kami pakai saat sedang mengisi kegiatan outbound. Lalu bagaimana keseruannya? Sabar ngapa! Selesai menyembunyikan potongan-potongan kertasnya, aku langsung menuju halaman depan untuk bergabung dalam kegiatan yang sedang dilaksanakan. Permainan Trust Fall itu sendiri adalah bertujuan untuk mengetahui serta meningkatkan rasa percaya pada diri juga kepada orang lain, tetapi yang utama adalah pada diri. Dari beberapa yang sudah praktek (Tidak semua bisa mempraktekan karena keterbatasan waktu dan fasilitas), ada yang sudah yakin bahwa di bawah ada teman-temannya yang siap menadah sehingga benar-benar pasrah saat jatuh. Tetapi juga ada beberapa yang masih agak takut dan ragu saat mau jatuh, terlihat dari kaki dan badannya yang masih kaku.

Setelah dirasa cukup, langsung dilanjutkan ke permainan kedua. Dimana anak laki-laki dari masing-masing kelompok akan ditutup matanya nantinya, lalu dia harus berjalan dari halaman depan menuju halaman belakang dengan mengikuti arahan masing-masing anggota kelompoknya yang sudah ditempatkan di beberapa titik. Tak sekedar berjalan, si anak laki-laki tersebut membawa botol berisi air yang harus dipindahkan ke botol lain yang berada di halaman belakang. Karena keterbatasan tempat jadi untuk permainan kali ini dibagi menjadi beberapa sesi, sesi pertama adalah 2 kelompok berlomba bergantian mendapatkan 1 pemenang, kemudian di sesi kedua adalah final dari setiap pemenang di sesi pertama.

Cukup seru & menyenangkan karena si anak yang ditutup matanya harus benar-benar memperhatikan setiap intruksi yang diberikan anggotanya dan itu tidak mudah, tak jarang mereka berjalan menyimpang hehe. Apalagi namanya permainan, ada saja yang iseng dengan mengganggu intruksi yang diberikan dari anggota kelompok lawan. Tujuan permainan ini kurang lebih sama dengan sebelumnya, bedanya hanya di tingkat kemeriahannya, karena lisan disini sangat berperan, bahkan terkadang menginformasikannya harus agak keras dan sedikit teriak supaya kawannya bisa mendengar dengan jelas.

Karena kami masih punya rasa kemanusiaan, dan ini adalah kegiatan bukan sebuah penyiksaan hoho, setelah selesai permainan kedua, Mas Chiko ajak semua untuk masuk kembali ke dalam. Menginformasikan ke adik-adik semua bahwa sekarang waktunya sarapan. Akan tetapi... masih ingat dengan apa yang aku lakukan saat di dalam tadi? Ini adalah waktu bebas tetapi masih dalam rangkaian kegiatan. Boleh sambil sarapan atau selesai sarapan, mencari potongan-potongan kertas yang sudah aku sembunyikan sesuai dengan warna yang sudah kami pilihkan untuk setiap kelompok.

Nampaknya semua larut dalam rasa penasaran untuk menemukan, sehingga lebih memilih untuk menunda sarapan dan muter-muter keliling mencari kesana-kemari. Permainan ini cukup efektif untuk berada pada puncak/ klimaks. Banyak sekali kejadian, pelajaran di balik pelaksanaannya. Dari mulai beban tanggung jawab atas kelompok, terlihat dari lebih memilih untuk menunda sarapan. Menyembunyikan kembali potongan kertas lawan yang ditemukan supaya tak lebih dulu menyelesaikan, atau mengatur strategi dengan bernegoisasi "Jika kelompokmu menemukan potongan kertasku, akan ku tunjukkan/ berikan milik kelompokmu!" kurang lebih seperti itu.

Pada akhir pencarian dimana tak ada 1 kelompok pun yang dapat lengkap potongan kertasnya karena dibawa oleh kelompok lain, sedang kelompok tersebut tak dapat menukar potongan kertasnya karena milik kelompok lain berada pada kelompok yang lainnya lagi dan ini sudah mentok. Lalu didapatkan sebuah kesimpulan atau pelajaran bahwa sebenarnya ini persoalan bersama bukan lagi permasalahan pada masing-masing kelompoknya saja, kenapa? Karena ketika ego sudah mulai diturunkan, konflik yang berkenpanjangan akhirnya mendapatkan titik temu. Potongan kertas yang bukan milik kelompoknya dikembalikan tanpa lagi mengharapkan, dan setelah kelompok-kelompok lain melakukan hal yang sama maka tak perlu ada lagi yang diributkan.

Kini semua masing-masing kelompok mendapatkan utuh jumlah potongan kertasnya. Permainan selesai, dan semua dipersilahkan untuk segera mengambil sarapan yang sebelumnya tertunda karena terlu bersemangat menyelesaikan tantangannya hehe. Dan setelahnya, dilanjutkan dengan materi tipis-tipis berkaitan dengan tulisan yang ada dibalik setiap potongan kertasnya, sebelum akhirnya persiapan untuk sholat jumat bagi yang laki-laki atau buat perempuan yang ingin menyalurkan bakat memasaknya kembali dipersilahkan. Juga tak lupa mengingatkan untuk sambil packing barang-barang bawaan karena akan check-out setelah makan siang.

To be continued...


Dokumentasi lainnya:



#umarilahjalan

Komentar