[Part 2.1] KEGIATAN SEKOLAH PAKE BUS? SEKALI-KALI COBA PAKE KERETA!


Malam ini aku memilih untuk tidur di rumah Mas Chiko saja. Sebenarnya ini sudah kesekian kali, hampir setiap sabtu, ketimbang mager di rumah, keluar juga dengan siapa hoho. Tak menutup kemungkinan di hari lainnya juga, kalau waktunya pas lagi luang *Padahal sibuk juga nggak. Tapi untuk kali ini, karena besok ada kegiatan dan itu di pagi hari, daripada terburu-buru lebih baik aku menginap sini.

Pagi-pagi kami harus sudah bangun dan segera mandi, dengan berpakaian casual ala traveller kami siap untuk pergi. Mau kemana lagi? Sabar dong, baru juga motor dipanasi. Berangkatlah kami menuju Stasiun Gubeng yang lokasinya tak begitu jauh dari rumah, menggunakan motor berboncengan. Di perjalanan arah kesana, kami belok dulu ke kiri cari sarapan, ya minimal ini perut terisi. Dapat lah kita warung seberang rumah sakit Siloam di dekat sungai, dan tentu dong kami berhenti sejenak. Menikmati Nasi Krawu dengan air putih yang sudah kami siapkan dari rumah sebelum berangkat tadi. Hitung-hitung ngirit pengeluaran sudah pasti.

Tak bisa lama-lama nyantai-nyantai dulu di warungnya karena sudah banyak yang menunggu di Stasiun. Langsung lah kami tancap gas kembali. Selain jarak dengan rumah cukup dekat, tidak seberapa macetnya jalanan juga buat kami bisa sampai agak cepat. Tumbenan-tumbenan juga, padahal ini termasuk hari dan jam-jam orang pada berangkat kerja. Kalau sudah begini siapa yang bisa mengira-ngira, kalau sudah diatur jalannya kita semua bisa apa.

Motor jelas kami parkirkan dong, nggak mungkin juga kita naikkan kereta. Iya sih bisa, siapa juga yang mau bayar ongkos kirimnya. Kalau niat bawa motor mah mendingan kagak usah ke stasiun buat naik kereta. Sebagian besar memang sudah berkumpul di depan stasiun, tinggal beberapa aja yang agak molor entah sudah di jalan atau memang beneran ke stasiun 'jalan' hoho. Mereka-mereka ini adalah Siswa-siswi kelas 10 & 11 SMA Muhammadiyah X Surabaya yang tergabung dalam kelas potensi Psikologi, dan Mas Chiko ini adalah pengajar di bidang tersebut. Aku sendiri belum seberapa mengerti apakah beda, antara ekstrakulikuler dengan kelas potensi. Tapi kegiatan 2 hari ini adalah penerapan dari apa yang sudah diajarkan di dalam kelas, juga mungkin bisa dijadikan sebagai penghilang rasa bosan dan kejenuhan.

Tak sekedar pelajaran & pengalaman baru tentang Psikologi yang mereka dapatkan, tetapi juga dalam hal perjalanan. Jika biasa sekolah mengadakan kegiatan di luar kemudian memberikan fasilitas kendaraan truk/ bus yang sudah disewa. Pada kegiatan ini semua  mereka kelola sendiri, dari mulai transportasi, pembagian kamar, hingga kebutuhan untuk makan. Mas Chiko hanya membantu mengarahkan, sedang posisi saya disini adalah membantu mendampingi kegiatan adik-adik sekolah ini selama 2 hari. Karena tidak mungkin juga 20 siswa hanya didampingi 1 orang, bisa sih tapi mungkin bakal keteteran.

Kereta Penataran Dhoho sudah tiba. Kami berbaris masuk bergantian, aku bagian mengawasi di belakang. Perjalanan Surabaya - Malang Kota Baru sekitar 2 jam'an. Ini adalah kali keduaku naik kereta berombongan dengan tujuan stasiun yang sama. Kalau yang pertama dulu acara perpisahan kelas, menginap di villa yang lokasinya di perumahan sebelah Jatim Park 2. Untuk kali ini menginap dimana? Baru juga kereta berhenti di Stasiun Wonokromo.

Karena rasa senang yang luar biasa bisa liburan bareng teman-teman sekolah, kalau lagi cerita, bercanda, tertawa kadang sampai kedengaran tetangga. Lupa kalau ini transportasi publik alias milik bersama hoho. Sepanjang perjalanan tak banyak yang aku lakukan selain ngobrol dengan Mas Chiko dan memperhatikan sekitar, karena belum akrab dengan semua *Dasarnya kan aku pendiam sekali hehe. Setelah melewati beberapa stasiun kereta berhenti di Stasiun Blimbing, yang berarti tinggal 1 stasiun lagi sampai di Malang Kota Baru. Satu persatu bergantian menurunkan barang bawaan, begitupun aku. Malang Kota Baru menjadi stasiun pemberhentian paling lama sebelum nantinya melanjutkan perjalanan sampai tujuan paling akhir yaitu Blitar.

Sebelum keberangkatan, adik-adik ini sudah dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 1 laki-laki dan 4 perempuan. Fungsi 1 laki-laki ini sebagai Ketua yang mengkoordinasi seluruh anggotanya melanjutkan perjalanan ke lokasi kegiatan sekaligus tempat untuk menginap yang berada di Batu. Tujuan pembentukan kelompok ini sebenarnya adalah agar tidak bergerombolan saat akan naik angkutan, yang mana itu adalah umpan enak bagi sopir untuk menawarkan jasa carter/ antar langsung ke lokasi. Buat kami itu wajar karena itu cara cari nafkah mereka, yang menjadi permasalahan adalah terkadang harga yang ditawarkan selisihnya lumayan dengan banyak sekali alasan, itu pengalamanku di perjalanan sebelumnya. Dengan pembagian seperti ini menjadi tidak terlalu kelihatan kalau kami rombongan.

Sepengetahuan yang aku dapat dari internet, tak ada angkutan yang bisa langsung antar ke Batu kecuali carter/ sewa. Banyak yang menawarkan jasa di depan stasiun, untuk yang tidak ingin kerepotan dan siap dengan dananya boleh dicoba. Karena kami dengan budget pelajar tentunya, maka tentu harus menggunakan transportasi umum. Begini rutenya, ada 2 angkutan yaitu AL & ADL yang bisa mengantar sampai ke Terminal Landungsari. Kebetulan kami memilih menggunakan ADL bukan karena apa-apa, fasilitasnya pun sama *AC (Angin Cendela) sepoi-sepoi khas Kota Malang. Hanya saja karena kebetulan yang kami liat angkotnya itu yang ADL hoho.

Kami keluar stasiun bergantian per kelompok dengan jeda waktu sedikit agak lama supaya tiap kelompok berada dalam angkutan yang berbeda. Namun, karena yang namanya angkot itu baru berangkat kalau udah agak penuh atau minimal separuh (Setengah, BUKAN paruh ayam). Pada akhirnya tiap angkot keisi 2 kelompok juga ujung-ujungnya hoho. Aku berada di angkutan yang ke-2. Dan di perjalanan sopirnya jadi tahu kalau kami satu rombongan, lalu menawarkan untuk sekalian diantar ke tempat. Tapi karena pak sopirnya juga tidak terlalu yang memaksa, aku juga dengan halus menolak penawarannya "Ngapunten, mboten usah pak. mudun terminal mawon (Maaf, tidak usah pak, turun di terminal saja)" dengan agak tersenyum & bercanda, supaya bapaknya tidak terlalu kecewa.

Sesampainya di Terminal Landungsari, kami semua turun dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan UNGU *Warnanya. Oh iya untuk harga Tiket kereta Surabaya - Malang Kota Baru adalah Rp 12.000/orang, karena yang dihitung adalah tujuan terakhir yaitu Blitar. Kemudian biaya angkot dari Stasiun ke Terminal Landungsari yaitu Rp 5.000/orang yang sudah dikumpulkan jadi satu ke ketua kelompok masing-masing. Ada satu keresahan 'Macam Stand-up comedian saja' dimana kenapa ada angkutan berwarna ungu yang mana rata-rata angkutan di Malang berwarna biru tua khas klub kebanggan warga Malang yaitu Arema, dan ini aku tanyakan langsung ke sopirnya. Sependek pejelasan sopir yaitu warna selain biru adalah untuk yang rutenya keluar kota malang atau mungkin bisa dibilang angkutan antar kota.

Karena ini adalah hari kamis dimana masih masuk hari kerja, sehingga perjalanan menuju Batu lumayan lancar. Sebenarnya aku pribadi belum dapat informasi pasti rute mana saja yang dilewati angkutan UNGU ini, cuma kami sudah ancang-ancang (Persiapan) untuk turun di dekat Jatim Park lalu melanjutkan perjalanan ke lokasi dengan berjalan. Di tengah perjalanan pak sopir bertanya "Turun dimana?", kami jawab "Di BNS". Aku kira pembicaraan berhenti disitu. Setelah tinggal rombongan kami yang tersisa di dalam angkot, pak sopir bertanya lagi " Siang-siang kok ke BNS?", Aku jawab "Nginep teng ngarepe pak (Menginap di depannya pak)". Sambil pak sopir melewatkan jalan yang aku tahu itu adalah jalan tercepat menuju ke BNS alias jalan tembusan, Entah memang angkutan ini rutenya melewati jalan ini atau karena penumpangnya tinggal kami jadi langsung dilewatkan jalan ini *pikirku. Oh iya BNS ini Batu Night Spectaculer, salah satu tempat wisata di Batu yang bukanya sore hingga malam, dan memang penginapan kami bersebrangan pas. Nama penginapanny adalah Cemara Homestay.

Setelah Pak sopir menghentikan angkutannya di depan BNS yang berarti sudah sampai, kami turun satu persatu bergantian kemudian menyebrang menuju ke penginapan. Iya untuk biaya angkutan dari Terminal Landungsari ke BNS pun sama Rp 5.000/orang yang juga sudah dikumpulkan di masing-masing ketua. Sampai di dalam kami semua istirahat sekitar 1jam'an menghilangkan rasa lelah selama perjalanan meski sebenarnya lebih banyak duduknya hoho, dan kegiatan pertama akan dimulai pada pukul 2 siang.

To be continued... ini aku memilih untuk tidur di rumah Mas Chiko saja. Sebenarnya ini sudah kesekian kali, hampir setiap sabtu, ketimbang mager di rumah, keluar juga dengan siapa hoho. Tak menutup kemungkinan di hari lainnya juga, kalau waktunya pas lagi luang *Padahal sibuk juga nggak. Tapi untuk kali ini, karena besok ada kegiatan dan itu di pagi hari, daripada terburu-buru lebih baik aku menginap sini.

Pagi-pagi kami harus sudah bangun dan segera mandi, dengan berpakaian casual ala traveller kami siap untuk pergi. Mau kemana lagi? Sabar dong, baru juga motor dipanasi. Berangkatlah kami menuju Stasiun Gubeng yang lokasinya tak begitu jauh dari rumah, menggunakan 1 motor dan berboncengan. Di perjalanan arah kesana, kami belok dulu ke kiri cari sarapan, ya minimal ini perut terisi. Dapat lah kita warung seberang rumah sakit Siloam di dekat sungai, dan tentu dong kami sejenak berhenti. Menikmati Nasi Krawu dengan air putih yang sudah kami siapkan dari rumah sebelum berangkat tadi. Hitung-hitung ngirit pengeluaran sudah pasti.

Tak bisa lama-lama nyantai-nyantai dulu di warungnya karena sudah banyak yang menunggu di Stasiun. Langsung lah kami tancap gas kembali. Selain jarak dengan rumah cukup dekat, tidak seberapa macetnya jalanan juga buat kami bisa sampai agak cepat. Tumbenan-tumbenan juga, padahal ini termasuk hari dan jam-jam orang pada berangkat kerja. Kalau sudah begini siapa yang bisa mengira-ngira, kalau sudah diatur jalannya kita semua bisa apa.

Motor jelas kami parkirkan dong, nggak mungkin juga kita naikkan kereta. Iya sih bisa, siapa juga yang mau bayar ongkos kirimnya. Kalau niat bawa motor mah mendingan kagak usah ke stasiun buat naik kereta. Sebagian besar memang sudah berkumpul di depan stasiun, tinggal beberapa aja yang agak molor entah sudah di jalan atau memang beneran ke stasiun 'jalan' hoho. Mereka-mereka ini adalah Siswa-siswi kelas 10 & 11 SMA Muhammadiyah X Surabaya yang tergabung dalam kelas potensi Psikologi, dan Mas Chiko ini adalah pengajar di bidang tersebut. Aku sendiri belum seberapa mengerti apakah beda, antara ekstrakulikuler dengan kelas potensi. Tapi kegiatan 2 hari ini adalah penerapan dari apa yang sudah diajarkan di dalam kelas, juga mungkin bisa dijadikan sebagai penghilang rasa bosan dan kejenuhan.

Tak sekedar pelajaran & pengalaman baru tentang Psikologi yang mereka dapatkan, tetapi juga dalam hal perjalanan. Jika biasa sekolah mengadakan kegiatan di luar kemudian memberikan fasilitas kendaraan truk/ bus yang sudah disewa. Pada kegiatan ini semua  mereka kelola sendiri, dari mulai transportasi, pembagian kamar, hingga kebutuhan untuk makan. Mas Chiko hanya membantu mengarahkan, sedang posisi saya disini adalah membantu mendampingi kegiatan adik-adik sekolah ini selama 2 hari. Karena tidak mungkin juga 20 siswa hanya didampingi 1 orang, bisa sih tapi mungkin bakal keteteran.

Kereta Penataran Dhoho sudah tiba. Kami berbaris masuk bergantian, aku bagian mengawasi di belakang. Perjalanan Surabaya - Malang Kota Baru sekitar 2 jam'an. Ini adalah kali keduaku naik kereta berombongan dengan tujuan stasiun yang sama. Kalau yang pertama dulu acara perpisahan kelas, menginap di villa yang lokasinya di perumahan sebelah Jatim Park 2. Untuk kali ini menginap dimana? Baru juga kereta berhenti di Stasiun Wonokromo.

Karena rasa senang yang luar biasa bisa liburan bareng teman-teman sekolah, kalau lagi cerita, bercanda, tertawa kadang sampai kedengaran tetangga. Lupa kalau ini transportasi publik alias milik bersama hoho. Sepanjang perjalanan tak banyak yang aku lakukan selain ngobrol dengan Mas Chiko dan memperhatikan sekitar, karena belum akrab dengan semua *Dasarnya kan aku pendiam sekali hehe. Setelah melewati beberapa stasiun kereta berhenti di Stasiun Blimbing, yang berarti tinggal 1 stasiun lagi sampai di Malang Kota Baru. Satu persatu bergantian menurunkan barang bawaan, begitupun aku. Malang Kota Baru menjadi stasiun pemberhentian paling lama sebelum nantinya melanjutkan perjalanan sampai tujuan paling akhir yaitu Blitar.

Sebelum keberangkatan, adik-adik ini sudah dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 1 laki-laki dan 4 perempuan. Fungsi 1 laki-laki ini sebagai Ketua yang mengkoordinasi seluruh anggotanya melanjutkan perjalanan ke lokasi kegiatan sekaligus tempat untuk menginap yang berada di Batu. Tujuan pembentukan kelompok ini sebenarnya adalah agar tidak bergerombolan saat akan naik angkutan, yang mana itu adalah umpan enak bagi sopir untuk menawarkan jasa carter/ antar langsung ke lokasi. Buat kami itu wajar karena itu cara cari nafkah mereka, yang menjadi permasalahan adalah terkadang harga yang ditawarkan selisihnya lumayan dengan banyak sekali alasan, itu pengalamanku di perjalanan sebelumnya. Dengan pembagian seperti ini menjadi tidak terlalu kelihatan kalau kami rombongan.

Sepengetahuan yang aku dapat dari internet, tak ada angkutan yang bisa langsung antar ke Batu kecuali carter/ sewa. Banyak yang menawarkan jasa di depan stasiun, untuk yang tidak ingin kerepotan dan siap dengan dananya boleh dicoba. Karena kami dengan budget pelajar tentunya, maka tentu harus menggunakan transportasi umum. Begini rutenya, ada 2 angkutan yaitu AL & ADL yang bisa mengantar sampai ke Terminal Landungsari. Kebetulan kami memilih menggunakan ADL bukan karena apa-apa, fasilitasnya pun sama *AC (Angin Cendela) sepoi-sepoi khas Kota Malang. Hanya saja karena kebetulan yang kami liat angkotnya itu yang ADL hoho.

Kami keluar stasiun bergantian per kelompok dengan jeda waktu sedikit agak lama supaya tiap kelompok berada dalam angkutan yang berbeda. Namun, karena yang namanya angkot itu baru berangkat kalau udah agak penuh atau minimal separuh (Setengah, BUKAN paruh ayam). Pada akhirnya tiap angkot keisi 2 kelompok juga ujung-ujungnya hoho. Aku berada di angkutan yang ke-2. Dan di perjalanan sopirnya jadi tahu kalau kami satu rombongan, lalu menawarkan untuk sekalian diantar ke tempat. Tapi karena pak sopirnya juga tidak terlalu yang memaksa, aku juga dengan halus menolak penawarannya "Ngapunten, mboten usah pak. mudun terminal mawon (Maaf, tidak usah pak, turun di terminal saja)" dengan agak tersenyum & bercanda, supaya bapaknya tidak terlalu kecewa.

Sesampainya di Terminal Landungsari, kami semua turun dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan UNGU *Warnanya. Oh iya untuk harga Tiket kereta Surabaya - Malang Kota Baru adalah Rp 12.000/orang, karena yang dihitung adalah tujuan terakhir yaitu Blitar. Kemudian biaya angkot dari Stasiun ke Terminal Landungsari yaitu Rp 5.000/orang yang sudah dikumpulkan jadi satu ke ketua kelompok masing-masing. Ada satu keresahan 'Macam Stand-up comedian saja' dimana kenapa ada angkutan berwarna ungu yang mana rata-rata angkutan di Malang berwarna biru tua khas klub kebanggan warga Malang yaitu Arema, dan ini aku tanyakan langsung ke sopirnya. Sependek pejelasan sopir yaitu warna selain biru adalah untuk yang rutenya keluar kota malang atau mungkin bisa dibilang angkutan antar kota.

Karena ini adalah hari kamis dimana masih masuk hari kerja, sehingga perjalanan menuju Batu lumayan lancar. Sebenarnya aku pribadi belum dapat informasi pasti rute mana saja yang dilewati angkutan UNGU ini, cuma kami sudah ancang-ancang (Persiapan) untuk turun di dekat Jatim Park lalu melanjutkan perjalanan ke lokasi dengan berjalan. Di tengah perjalanan pak sopir bertanya "Turun dimana?", kami jawab "Di BNS". Aku kira pembicaraan berhenti disitu. Setelah tinggal rombongan kami yang tersisa di dalam angkot, pak sopir bertanya lagi " Siang-siang kok ke BNS?", Aku jawab "Nginep teng ngarepe pak (Menginap di depannya pak)". Sambil pak sopir melewatkan jalan yang aku tahu itu adalah jalan tercepat menuju ke BNS alias jalan tembusan, Entah memang angkutan ini rutenya melewati jalan ini atau karena penumpangnya tinggal kami jadi langsung dilewatkan jalan ini *pikirku. Oh iya BNS ini Batu Night Spectaculer, salah satu tempat wisata di Batu yang bukanya sore hingga malam, dan memang penginapan kami bersebrangan pas. Nama penginapannya adalah Cemara Homestay.

Setelah Pak sopir menghentikan angkutannya di depan BNS yang berarti sudah sampai, kami turun satu persatu bergantian kemudian menyebrang menuju ke penginapan. Iya untuk biaya angkutan dari Terminal Landungsari ke BNS pun sama Rp 5.000/orang yang juga sudah dikumpulkan di masing-masing ketua. Sampai di dalam kami semua istirahat sekitar 1jam'an menghilangkan rasa lelah selama perjalanan meski sebenarnya lebih banyak duduknya hoho, dan kegiatan pertama akan dimulai pada pukul 2 siang.

To be continued...
.
#umarilahjalan

Komentar