[Kuala Lumpur 5.14] PAMITNYA PERGI CARI MAKAN
Aku sudah sampai di kamar hotel beberapa waktu lalu dan bahkan sekarang ini baru selesai mandi yang sebelumnya juga sempat bersantai sebentar di kasur. Deterjen yang baru aku beli juga langsung berfungsi karena pada saat tadi di kamar mandi selain mandi aku juga sekaligus mencuci celana dalam dan kaos kaki yang kemudian tetap aku biarkan di dalam karena tidak tahu lagi harus dikeringkan dimana, yang apalagi kondisinya tentu juga masih agak basah. Perut yang mulai lapar karena terakhir makan nasi sudah tadi siang, aku kemudian menanyakan pada Mas Hendra yang posisinya sedang tiduran sambil disibukkan dengan HP-nya yang siapa tahu mau cari makan juga.
Aku: "Mas gak makan kah?"
Mas Hendra: "Aku kayaknya nggak mar, kamu mau makan kah?"
Aku: "Iya mas."
Mas Hendra: "Itu uang yang di meja pake aja."
Aku: "Siap. Atau Mas mau nitip sekalian, biar nanti aku bungkusin."
Mas Hendra: "Nggak usah mar."
Aku: "Yaudah, aku cari makan dulu mas."
Langsung bergegaslah aku keluar dari kamar dan turun untuk kemudian keluar dari hotel menuju ke tempat makannya. Aku rasa hotel ini benar-benar memberikan kemudahan karena lagi-lagi aku tidak perlu melakukan perjalanan jauh untuk sampai ke tempat makan, dari depan hotel tinggal berjalan ke arah kiri sampai ke ujung seberang. Iya tepat, posisinya masih satu deret dengan Hello Laundry. Di sini terdapat 2 tempat makan yang posisinya bersebelahan, yaitu Restoran TT Corner dan Al-Muhammadi. Yang menjadi nilai tambah dari 2 tempat makan yang berlokasi cukup dan bahkan sangat dekat dengan Victory Exclusive Hotel adalah terdapatnya tulisan halal pada papan nama yang itu ditunjukkan juga dengan menu makanan dan minuman yang dijualnya, sehingga untuk yang kebetulan akan makan di sini tidak perlu lagi ragu ataupun khawatir.
Tidak ada alasan yang spesifik dan mungkin ini hanya naluri dimana kaki ini tiba-tiba lebih memilih melangkahkan kaki di Restoran TT Corner. Ada 2 posisi yang bisa digunakan untuk memilih meja makan, bisa di luar alias di trotoar yang jadi bisa makan sambil menikmati jalan, atau memilih satunya lagi yaitu masuk ke dalam yang posisinya agak rendah dimana dari trotoar jalan masuk sedikit menuruni tangga. Restoran TT Corner ini merupakan semacam mini pujasera karena terdapat beberapa stand di dalamnya yang jumlahnya tidak begitu banyak, oleh karena itu aku menambahkan mini di depannya hehe. Dari beberapa menu makanan matang yang sudah disajikan, aku tertarik untuk mencoba Nasi Briani yang sudah dicampuri dengan potongan-potongan kecil Daging Sapi sebagai menu makan malamku hari ini. Hanya saja karena lauknya masih terasa kurang, aku meminta tambah lagi telur rebus bumbu sebanyak 2 biji. Pada suasana malam yang agak dingin syahdu seperti sekarang, akan menjadi pilihan yang sangat tepat apabila menikmatinya bersama minuman hangat seperti yang aku pesan begitu pelayan menanyakan mau minum apa yaitu Teh Tarik Hangat.
Aku dengan tipe yang bisa sangat betah menyendiri lama di rumah ternyata begitu di luar kondisinya bisa menjadi berbeda. Apalagi ditambah dengan HP yang aku bawa tidak terkoneksi dengan apa-apa, baik dengan Wi-Fi ataupun paket data. Karena semua jaringan internet dipusatkan pada HP-nya Mas Hendra yang biasa kami berdua gunakan untuk pengambilan dokumentasi perjalanan, tentu demi tujuan yang tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengurangi pengeluaran. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkanku hanya bersantai sebentar menikmati Teh Tarik hangat yang tadi sudah aku pesan, yang kemudian kembali beranjak untuk jalan yang sebelumnya tak lupa aku lakukan pembayaran dari total keseluruhan baik dari yang aku minum sampai dengan makan. Nampaknya langkah kakiku ini tak langsung mengantarkanku pulang, ada hasrat keinginan yang sepertinya sekarang merupakan waktu yang tepat untuk mewujudkan. Dengan kondisi tenaga yang sudah sangat bertambah dan perlengkapan kamera HP seadanya yang dibawa, aku berjalan ke arah jalan besar di depan yang selanjutnya menyisiri trotoar ke arah kanan sembari menengok ke arah kiri setelah berjalan beberapa meter yang karena mulai terlihat gedung Pavilion dengan halamannya yang ramai dengan para manusia pejuang pose bergaya. Namun, tak semua yang memadati tempat tersebut melakukan hal yang sama. Seperti aku yang datang hanya seorang diri, tentu lebih memilih menikmati sembari mengabadikan momen sesekali.
Pavilion dan termasuk Bukit Bintang yang beberapa lama sebelumnya hanya menjadi angan, terbayar sudah kini kakiku telah menginjakkan. Bukan berarti ini merupakan sebuah impian yang bagaimana caranya harus bisa aku wujudkan, hanya sekedar rasa penasaran yang baru sekarang ini terjawabkan. Dan karena ada kesempatan yang memudahkan, tidak ada salahnya untuk aku berusaha sempatkan. Apalagi waktu malam kami di Bukit Bintang hanya tinggal besok dan belum mengerti pasti bagaimana situasi ditambah juga dengan tidak adanya agenda pada malam hari ini, yang membuatku akhirnya memutuskan untuk lebih dulu mengawali daripada harus menunda untuk menanti. Tidak begitu lama aku berada di Pavilion di area halamannya, kaarena dengan waktu yang sebentar ini aku sudah merasa cukup menikmati juga sudah merasakan bagaimana suasananya, masuk ke dalam pusat perbelanjaannya apabila tidak ada keperluan juga percuma. Kini aku kembali berjalan melewati trotoar seperti pada saat berangkat tadi dan begitu sampai di kamar hotel nanti kemungkinan aku akan bersantai untuk mengistirahatkan diri. Untuk itu, maka ceritanya akan dilanjutkan pada keesokan hari. Tetap ikuti!
Bersambung...
*Dokumentasi lainnya di bawah:
Perkara tata hidang siapa peduli, yang terpenting perut terisi
Aku bersama kalian, sang pengagum dari kejauhan
Siap dipake mukbang ramen mangkoknya
.
Instagram: @umarilahjalan
#umarilahjalan ~
Komentar
Posting Komentar