[Kuala Lumpur 5.13] VICTORY EXCLUSIVE HOTEL YANG DEKAT BEBERAPA TEMPAT


Suasana di dalam mobil yang sebelumnya tampak sepi karena sibuk dengan aktifitasnya masing-masing seperti aku yang menikmati pemandangan jalanan ibukota Malaysia dari balik kaca, Mas Hendra yang sibuk dengan HP-nya, dan Driver yang fokus dengan kemudi mobilnya tiba-tiba menjadi seperti ada kehidupan setelah spontan keluar pertanyaan dari mulutku begitu melihat jalanan yang dilewati mulai sangat padat yang kemudian terjadilah obrolan antara ku dengan Driver,
Aku: "Di sini kalau sore jam kah Pakcik?"
(Jam = macet - Bahasa Melayu)
Driver: "Iya."
Aku: "Di waktu kapan biasanya jam?"
Driver: "Biasa nak pada waktu berangkat dan sepulang orang-orang dari kerja."
Suasana kembali menjadi hening setelah berakhir percakapan yang cukup singkat ini hoho. Entahlah apa yang membuatku menyudahi, yang bahkan aku juga tak begitu ingat bagaimana obrolan asli sehingga yang aku tulis di atas hanya kurang lebih.

Kepadatan jalanan sekarang ini cukup merambat sampai ke area Pavilion. Suasana sisi kiri kanan jalan dengan tampak berjejer bangunan megah yang lampu-lampunya mulai menyala sebagai tanda gemerlapnya kehidupan ibukota cukup menjadi pengalihanku sebagai pengunjung baru. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana dengan yang sehari-harinya harus merasakan kepadatan terutama bagi yang membawa kendaraan, pemandangan yang kemungkinan bisa menjadi pengalihan sudah teracuhkan. Emosi batin mungkin tak lagi dapat ditahan, melewati laluan yang setiap hari menjadi makanan ditambah dengan aktifitas dari pagi yang cukup melelahkan. Tetapi emang beginilah realita kehidupan, apalagi jika tinggal di tengah perkotaan yang kadang tuntutan dan pengaruh lingkungan tak dapat terbendung lagi oleh hati untuk menahan yang seolah rasa cukup hampir susah terkumandangkan.

Beberapa meter sebelum belok kiri yang sudah agak dekat dengan hotel, kembali aku menengok ke kanan memandangi Pavilion yang suasana sudah tak sesepi agak siangan tadi. Sesampainya di depan hotel, Mas Hendra yang mengurusi pembayaran sedang aku mengemasi keluar barang bawaan yang termasuk hasil belanjaan. Aku pikir-pikir kejengkelanku ternyata tak sampai yang berlarut-larut, entah yang seperti ini apakah termasuk bagian dari moody hehe. Karena mungkin tadi kami sudah menunjukkan bukti pemesanan yang tentunya sudah tercantum nomor pemesanannya juga sehingga untuk Check-in sekarang ini tidak begitu lama, kami langsung diberikan kunci kamar dan 1 botol air mineral berukuran sedang masing-masing untuk aku dan Mas Hendra. Victory Exclusive Hotel ini tempatnya tidak begitu besar kira-kira seukuran 1 stand ruko, posisi lift yang akan mengantarkan para penginap naik dan turun menuju ke atau dari kamar berada di balik tembok meja Resepsionis yang berdekatan dengan tangga biasa juga. Alasan pemilihan menginap di hotel ini adalah karena lokasinya yang tidak begitu jauh dengan stasiun dalam hal ini yaitu Stasiun Monorail Bukit Bintang yang sehingga diharapkan dapat mempermudah perjalanan kami. Selain itu, harganya yang kami pikir juga terbilang masih standar. Dan ternyata bonusnya adalah lokasinya yang juga cukup dekat dengan Pavilion yang sebelumnya kami berdua tidak sama sekali menyadari. Sebelum pada akhirnya memilih menginap di Victory Exclusive aku memberikan referensi beberapa hotel dengan pertimbangan yang sama, barulah kemudian Mas Hendra sebagai pengambil keputusan menjatuhkan pilihan pada hotel ini. Setelah nama hotel sudah didapatkan, Mas Hendra kemudian melanjutkannya dengan langsung melakukan pemesanan melalui aplikasi Traveloka beberapa hari keberangkatan.

Begitu kami sudah naik ke lantai tempat kamar kami berada, kami tinggal jalan kaki yang hanya beberapa meter saja untuk kemudian sampai di depan kamar. Karena bisa dibilang tergolong hotel biasa jadi kunci kamarnya masih yang model lama yang perlu dimasukkan ke lubang pintu dan diputar untuk dapat membukanya. Setelah sampai di dalam kamar begitu semua barang bawaan aku letakkan, aku langsung mendokumentasikan isi di dalam kamar dengan tidak lupa mencuci tangan dan kaki terlebih dahulu. Desain kamarnya cukup modern dan terlihat sangat terawat, sehingga secara pribadi aku cukup puas dengan pilihan kami berdua. Model kamar yang kami tempati ini dari pintu bukan memanjang lurus melainkan menyamping. Dengan tipe kasur yang dipilih yaitu Twin Bed, Mas Hendra menempati kasur yang lebih dekat dengan pintu sedang aku di kasur satunya yang agak jauh. Begitu aku menempati kasurku untuk mengeluarkan pakaian kotor dari dalam tas untuk kemudian ditata dalam kantong plastik digabungkan dengan punya Mas Hendra karena akan aku bawa ke tempat cucian, lagi-lagi baru sadar bahwa ternyata di sebelahku ada 1 lagi kasur kosong yang tentu totalnya berarti ada 3. Aku tidak merasa bahwa akan ada 1 lagi teman yang datang, dan ini memang diluar sepengetahuanku. Akankah Mas Hendra mengajak seseorang untuk menginap bersama? Ataukah supaya bisa digunakan untuk yang lainnya ("...")? Hehe. Maksudnya siapa tahu dijadikan tempat untuk meletakkan barang bawaan yang sehingga tidak geletakan di bawah. Karena penasaran, aku coba tanyakan kemudian ke Mas Hendra
Aku: "Mas, kasurnya emang dapat 3 kah?"
Mas Hendra: "Nggak, aku aja pilih yang 3."
Aku: "Oh, kenapa?"
Mas Hendra: "Oh nggak gapapa, biar luas aja."
Aneh sih memang alasannya tetapi masih masuk akal juga hehe. Karena pada saat mereferensikan aku tidak melihat detail bagaimana isi kamarnya, jadi aku pikir untuk yang kasurnya 2 mungkin agak sempit. Yang membuat kami berdua kemudian merasa tidak menyesal menginap di sini adalah karena AC-nya yang masih berfungsi dengan baik sehingga di dalam kamar tidak terasa panas.

Ada yang bilang bahwa apabila pakaian yang dilipat dengan cukup rapi akan berpengaruh terhadap berat dari keseluruhan. Aku lupa siapa yang bilang dan belum pernah kemudian aku coba membuktikan secara ilmiah tetapi selama perkataan itu mengarah ke hal-hal yang baik apa salahnya untuk diterima. Bukan apa-apa, jadi kalimat tersebut kembali teringat begitu aku mulai akan mengumpulkan pakaian kotorku, termasuk dengan punya Mas Hendra juga. Hanya saja karena terburu-buru karena mengejar waktu khawatir apabila tempat cuciannya keburu tutup jadi aku masukkan semua ke dalam kantong plastiknya jadi tidak begitu rapi, akhirnya terkumpul 2 kantong plastik untuk keseluruhan pakaian kotor kami. Aku kemudian turun ke bawah dan keluar hotel untuk menuju ke tempatnya. Pakaian kotor yang sedang aku tenteng ini akan aku cucikan di Hello Laundry. Beruntung sekali karena posisi tempatnya cukup dekat sekali dengan hotel kami, yaitu tinggal berjalan ke belakang atau dari depan hotel tinggal berjalan ke arah kiri sampai ujung pertigaan kemudian tinggal berjalan ke arah kanan sedikit nanti sudah kelihatan tempatnya posisinya berada di sebelah kiri. Sesampainya disana aku langsung menanyakan biaya, aku dapatkanlah informasi setelahnya yaitu untuk per kg nya dikenakan biaya 8ringgit. Karena setelah ditimbang ternyata pakaian kotor yang aku bawa beratnya 3kg maka dikenakan biaya senilai 24ringgit. Selisihnya cukup jauh memang jika dibandingkan dengan tempat Laundry yang ada di Surabaya, untuk biaya 1kg di sini bisa digunakan untuk biaya cuci sekitar 5kg yang sepertinya malah sudah termasuk paket cuci dan setrika. Keterbatasan waktu serta ketidaktahuanku mengenai tempat Laundry lainnya dan yang ini lokasinya bisa aku jangkau cukup dengan jalan kaki yang kemudian membuatku memutuskan untuk tetap mencucikan di Hello Laundry. Sebelum benar-benar memutuskan, ku tanyakan sebelumnya mengenai apakah pakaiannya bisa diambil keesokannya karena waktu kami di Kuala Lumpur tinggal besok dan lusa yang tetapi tidak penuh satu hari karena siang harus Check-out dan pergi melanjutkan perjalanan selanjutnya. Seorang bapak yang melayaniku kemudian memberikan respon mengiyakan sambil memberikan tambahan bahwa pakaiannya baru bisa aku ambil pada waktu sore. Mengenai waktunya aku tidak begitu mempermasalahkan hanya kemudian aku mengkonfirmasi mengenai bagaimana apabila diambil sekitar pukul 16.00. Setelah bapak tersebut kembali mengiyakan, aku membayar lunas langsung total keseluruhan. Begitu uang sejumlah 25rm sudah aku berikan dan mendapatkan kembalian senilai 1rm, bapak tersebut menawariku dengan memberikan opsi mencucinya sendiri menggunakan mesin cuci yang sudah disediakan berjejer di depan yang tentu tujuannya supaya aku tidak perlu lagi menunggu sampai dengan besok namun aku lebih memilih untuk tetap dicucikan karena setelah aku tanyakan ternyata biayanya sama. Kini urusan cuci pakaian sudah selesai, aku jalan balik ke hotel dengan uang kembalian 1rm tadi yang tak tersisa karena aku belikan deterjen di Hello Laundry juga untuk digunakan yang sekiranya bisa kami cuci sendiri seperti misalnya celana dalam dan kaos kaki. Karena ketidak begitu sukaanku berjalan sambil merunduk ke bawah berlama-lama sibuk dengan HP-nya termasuk menulis panjang seperti ini, jadi ceritanya aku lanjutkan lagi nanti.
Bersambung...

*Dokumentasi lainnya di bawah:
Saking idealisnya diriku, menonton televisi saja tidak aku pencet tombol ON remotnya

Aku tidak melihat ada perasaan yang sedang digantungkan

Kamar mandi yang berasa lagi party

.
#umarilahjalan ~

Komentar