[Kuala Lumpur 5.12] CEMILAN BARU MALAYSIA YANG BISA DIJASTIPKAN JUGA
Di perjalanan kembali ke KL Sentral kereta KTM Komuter berjalan melewati arah yang sama dengan pada saat berangkat, soal lama perjalanan kurang lebih mungkin juga sama yaitu sekitar 30menitan karena aku jarang sekali memantau jam terlalu sering kecuali mungkin pada saat membuka HP kemudian tidak sengaja melihat jamnya. Kami yang sekarang sedang berada di KL Sentral dan sudah keluar dari area stasiun KTM Komuter kemudian berpindah masuk ke stasiun LRT. Belum sampai yang masuk ke area tunggu keretanya, kami masih perlu melakukan pembelian tiket melalui mesin tiket untuk kemudian tiket yang juga masih berupa chip atau koin plastik tersebut digunakan untuk membuka area pembatas sehingga kami bisa berjalan masuk. Tujuan perjalanan kami selanjutnya adalah Central Market atau yang juga banyak dikenal dengan Pasar Seni. Dengan pergi menggunakan LRT ini, untuk sampai ke sana kami tinggal turun di stasiun selanjutnya yang namanya sama dengan tempat tujuan kami yaitu Stasiun Pasar Seni. Karena rata-rata di stasiun yang ada di Kuala Lumpur memiliki 2 jalur, sebelum masuk ke area tunggu pastikan berada di jalur yang tepat dengan melihat tujuan akhir dari perjalanan keretanya. Seperti contoh kami sekarang ini misalnya, karena kereta LRT yang melewati Stasiun Pasar Seni tujuan perjalanannya berakhir di Stasiun Gombak maka kami berjalan ke jalur yang menuju ke Gombak. Jadi pastikan mengerti kemana perjalanan kereta tersebut berakhir karena biasanya arah petunjuk jalur yang digunakan adalah nama stasiun terakhir yang dituju. Bagi yang mungkin bingung kemana tujuan akhir dari kereta yang akan dinaiki sedangkan di stasiun juga tidak terdapat informasi, teman-teman bisa menyempatkan waktu sebentar untuk membuka Google Map yang ada di HP. Isi 'Titik awal' di stasiun mana teman-teman pada saat itu berada dan pada 'Pilih tujuan' bisa diisi dengan stasiun yang akan dituju, begitu sudah muncul berbagai macam mode transportasi yang tersedia silahkan memilih yang kereta setelahnya. Langkah selanjutnya yang juga mungkin sekaligus menjadi langkah terakhir adalah tinggal meng-klik hasil yang diberikan oleh aplikasinya, di situ nanti akan ditampilkan mengenai informasi dimana stasiun terakhir tujuan keretanya termasuk juga stasiun yang akan dilewati sebelum sampai ke Stasiun yang kita tuju (Apabila jarak antara stasiun dimana posisi kita sekarang dengan yang akan di tuju melewati beberapa stasiun).
Begitu masuk ke dalam kereta rasanya kami tak perlu duduk menempati salah satu kursi yang bersandar pada sisi kanan dan kiri, juga menghitung berapa stasiun yang sudah terlewati hoho. Cukup menikmati pemandangan dari dalam dengan berdiri dan berpegangan pada pengait yang bergantung di bawah atap gerbong atau tiang pembatas yang berada di sisi samping pintu, yang tidak lama kemudian kereta berhenti dan pintu otomatis terbuka membukakan jalan yang seolah memberikan pelayanan pada kami. Setelah keluar dari kereta tentu kami juga perlu keluar dari stasiun untuk berjalan menuju ke tempat tujuannya. Di perjalanan terakhir ke Kuala Lumpur beberapa bulan sebelumnya Stasiun Pasar Seni yang dulu masih bangunan lama pada waktu itu sudah tampak sangat berubah, sudah tampak lebih luas, bersih, dan terlihat baru, bahkan lantainya pun sudah beralaskan keramik. Adanya perubahan bangunan pada stasiun ini membuatku sedikit kaget begitu setelah keluar dari kereta dan sempat salah jalan karena bingung mencari jalan keluar yang mengarah ke Pasar Seni. Meski untuk yang sekarang sebetulnya masih belum sangat hafal juga tetapi tidak separah seperti yang pada waktu itu, bingung masih ada sedikit tetapi untungnya keluar dari stasiun sesuai dengan yang aku yang aku inginkan yaitu pintu keluar paling depan. Banyaknya pintu keluar di Stasiun ini bukan berarti hanya satu yang mengarah ke Pasar Seni, hanya saja yang paling cepat menuju kesana adalah pintu keluar paling depan karena tinggal jalan lurus sampai jalan raya dan di seberang jalan sudah tampak bangunan berwarna biru muda dengan bertuliskan di atasnya CENTRAL MARKET.
Lumayan lebarnya parkiran mobil membuat jarak antara sisi jalan dengan pintu masuk bangunan Central Marketnya menjadi agak jauh yang akhirnya membuat jumlah langkah jalan kaki kami menjadi bertambah banyak. Dengan pola perjalanan yang sebagian besar banyak jalan kakinya saja apabila sudah berada di rumah kemudian ada keperluan seperti membeli pulsa yang konternya hanya beberapa meter masih lebih sering berangkat menggunakan sepeda motor dibandingkan dengan jalan kaki yang padahal pada saat menggunakan kendaraan tersebut perlu menuntunnya terlebih dahulu sampai depan jalan karena rumahku yang masuk area kecil perkampungan. Central Market atau Pasar Seni ini merupakan salah satu tempat yang menjual beraneka ragam oleh-oleh khas Malaysia dari mulai cindera mata seperti gantungan kunci, miniatur beberapa objek wisata di Malaysia, gunting kuku, magnet kulkas, dan masih banyak lainnya termasuk juga baju dan tas yang slempang dan Totebag modelnya. Selain cindera mata bisa juga didapatkan oleh-oleh beraneka ragam cemilan yang salah satu contohnya adalah yang sudah banyak dikenal yaitu Milo Cube, cemilan dengan berbahan dasar bubuk Milo yang dipadatkan membentuk Cube atau kotak kecil ini sudah melekat sekali akan Malaysianya yang seolah menjadi cemilan yang harus dibeli pada saat melakukan perjalanan ke Malaysia termasuk di Kuala Lumpur ini. Cemilan lainnya yang biasanya dibeli untuk dibawa pulang ke rumah adalah cemilan jenis coklat yang disini beraneka macam sekali produk atau mereknya. Karena belum pernah membandingkan dengan tempat lainnya jadi untuk masalah klasifikasi harga aku sendiri belum berani memutuskan, akan tetapi menurutku harga di sini masih terbilang masuk akal. Di beberapa stand juga harganya masih bisa ditawar apabila membeli dalam jumlah agak banyak.
Begitu sudah masuk ke dalam, tidak juga kami mengelilingi seluruh isi dari Pasar Seni ini karena sudah ada 1 tempat yang memang kami lebih tepatnya Mas Hendra ingin datangi. Sebuah stand yang menjual cemilan yang munculnya masih belum begitu lama tetapi namanya sudah mulai naik dan dikenal banyak orang hingga sudah mulai ramai juga yang membuka jasa titipnya (Jastip). Mas Hendra juga penasaran dengan cemilan ini karena beberapa minggu sebelumnya melihat sebuah postingan ulasan mengenai produk ini di forum Backpacker Internasional yang ada di Facebook. Nama produk yang aku maksud adalah Eureka, merek dari sebuah cemilan Popcorn yang tersedia dalam beraneka ragam rasa. Aku sendiri lupa bagaimana bisa langsung tahu posisi tepat standnya tanpa perlu bertanya meski sedikit meraba betul tidaknya, sepertinya karena di perjalanan terakhirku sempat sekilas melewati dan kemudian tidak sengaja terekam dalam memori. Posisi tempatnya yang memang cukup strategis membuatnya hampir selalu dilewati setiap yang berkunjung ke Pasar Seni, tepatnya berada di tengah-tengah yang di sisi kanan kirinya merupakan jalan utama hanya saja apabila masuk dari pintu masuk utama tidak begitu terlihat karena posisi standnya yang membelakangi. Untuk rute tepatnya adalah dari pintu masuk utama dan setelah melihat meja Customer Service yang berada tepat di tengah bisa memilih jalan antara sisi yang ada di kiri atau di kanannya jadi sisi kedua-duanya bisa mengantar menuju ke tempatnya, apabila memilih sisi jalan yang kiri sambil berjalan bisa menoleh ke arah kanan begitupun sebaliknya. Atau jika berjalan di sisi sebelah kanan apabila penjaganya tidak sedang repot melayani pembeli mereka biasanya menawarkan tester kepada pengunjung yang kebetulan lewat.
Setelah Mas Hendra dan aku sekarang tepat berada di tempat berjualannya Eureka, aku kira Mas Hendra hanya akan membeli beberapa untuk sekedar mewujudkan rasa penasarannya saja tetapi ternyata cukup banyak melebihi apa yang aku kira karena adanya promo jumlah pembelian yang sedang tersedia. Dan yang kemudian buat aku jadi agak geregetan adalah yang tiba-tiba membuka jasa titip yang diposting melalui beberapa sosial media yang aku pikir sebelumnya itu hanya sekedar bercanda. Sebetulnya bukan aku kemudian tidak memperbolehkan untuk melakukan yang demikian, hanya saja aku melihat perjalanan kami sekarang masih cukup panjang dan berpindah-pindah yang bukan lagi antar kota yang jaraknya tidak seberapa tetapi sudah antar negara dan apalagi transportasi yang kami gunakan adalah transportasi udara. Iya kami menggunakan maskapai penerbangan yang hanya sekali maskapai dengan jenis Full Service yang digunakan selebihnya adalah maskapai jenis Low Cost yang kami jadikan pilihan, maka tentu yang kemudian teringat adalah masalah kami pada saat masih di Bandara Internasional Juanda beberapa hari lalu mengenai bagasi. Aku berusaha untuk menjelaskan daripada nantinya harus kecewa dan menyesal apabila kemudian diminta kembali untuk membeli bagasi karena jumlah barang bawaan yang dianggap berlebihan. Sayangnya karena mungkin Mas Hendra sudah terlalu menganggap serius teman-temannya yang padahal juga masih sekedar bertanya-tanya sehingga perananku disini kurang begitu berdaya, aku kemudian hanya bisa membatin "Ah, ya sudahlah". Tetapi yang namanya orang sudah terlanjur agak kesal tentu perlu waktu untuk kemudian bisa menerima dan pada saat sekarang ini rasa tersebut belum bisa hilang sepenuhnya, yang akhirnya membuat aku kemudian lakukan yaitu tidak membantu membawakan banyak cemilan yang telah dibelinya hehe dengan tujuan supaya kemudian menjadi paham bahwa betapa susahnya apabila harus menenteng banyak sekali barang bawaan. Aku mengerti bahwa tindakanku ini tidak tepat tetapi aku juga tidak tahu lagi harus bagaimana menyikapi. Sebagai seseorang yang mempunyai kekurangan sering kali tidak enakan, tingkah-tingkah aneh seperti inilah yang kadang keluar dari dalam diriku ketika tidak tahu lagi harus seperti apa lagi menyampaikan.
Selesai dengan urusan perbelanjaan ini kami tidak juga berkeliling dan memilih untuk langsung balik ke hotel karena memang tidak ada lagi yang dicari juga mengingat waktu yang sudah memasuki sore hari. Dengan tetap berjalan kaki sampai depan jalan aku kemudian memesan Grab untuk perjalanan kami pulang. Setelah menunggu yang tidak begitu lama, mobil yang kami pesan tersebut kemudian datang. Seperti biasa terlebih dahulu aku mengkonfirmasi nama si pengemudi barulah kemudian kami masuk ke dalam mobil. Untuk sampai di Victory Exclusive Hotel tempat kami menitipkan beberapa barang tadi yang juga menjadi tempat kami menginap sampai dua hari ke depan, pada saat aku lihat di aplikasi Grab-nya diperlukan waktu sekitar 11 menitan. Perjalanan sore ini masih terbilang lancar hingga kemudian begitu akan masuk area Bukit Bintang jalanan sudah tampak sangat padat, antara kendaraan satu dengan yang lainnya hampir seeprti tidak ada celah. Pada momen inilah yang membuat aku kemudian mempunyai bahan obrolan dengan bapak atau mas pengemudi yang dari sebelumnya tak ada sama sekali komunikasi di antara kami bertiga, yang akupun juga hanya diam melihat suasana jalan dari balik kaca. Untuk obrolan singkatku dengan sang pengemudi Grab ini akan aku lanjutkan nanti di episode selanjutnya, tunggu saja hoho.
Bersambung...
*Dokumentasi lainnya di bawah:
Ini tester silahkan dicicip.
Ada yang sudah pernah coba? Suka rasa apa?
.
#umarilahjalan ~
Komentar
Posting Komentar