[Kuala Lumpur 5.8] MALAM-MALAM KE PETRONAS *Cakep*


Menginap di sebuah hotel yang memiliki banyak fasilitas baik di dalam kamar ataupun di luar tiba-tiba membuatku jadi terpikir mengenai kira-kira berapa persen dari keseluruhan yang bisa dimanfaatkan atau digunakan, jika hanya menginap sehari seperti kami sekarang ini. Atau mungkin begini, pada saat sedang mandi tadi aku membayangkan (Bukan wanita seksi, tapi kalau tiba-tiba itu yang keluar bonus berarti hoho) orang akan mandi sampai berapa lama apabila kamar mandi hotel tempat dia menginap atau malah kamar mandi di rumahnya sebesar dan sebagus disini, atau mungkin justru malah lebih besar dan bagus dari ini. Karena begitu selesai mandi dengan durasi waktu yang masih terbilang normal merasa seperti ada yang kurang, seperti tidak ada perbedaan dengan mandi di kamar mandi biasa. Siapa tahu ternyata ada berbagai macam gaya mandi yang sebetulnya bisa digunakan atau aktifitas lain yang bisa dilakukan, kan jadi ada pembelajaran baru yang bisa aku dapatkan hoho. Jika tadi pagi aku di kamar mandi terpaksa agak lama karena kegiatan rutinan tiap pagi yaitu sekalian buang sisa-sisa pencernaan, apalagi pada saat mandi ditambah keramas juga. Untuk yang kali ini di kamar mandi juga agak lama tetapi karena sekalian langsung aku cuci bawahan yang tadi aku kenakan untuk renang. Karena sudah terbiasa dengan memutar otak terutama dalam hal keuangan yang sering naik turun, jadi untuk urusan yang cuma mencari tempat untuk menjemur bawahan yang sudah dicuci ini tidak apa-apanya hoho. Tinggal aku gantungkan di sekat kaca yang difungsikan sebagai pembatas antara area shower dan kloset dengan wastafel dan Bathup. Pun ternyata Mas Hendra menjemur bawahannya di tempat yang sama juga. Tetapi tenang tidak akan mungkin tertukar karena secara ukuran sudah jauh berbeda, meski perlu diketahui bahwa secara harga juga sepertinya jauh berbeda tetapi tidak mungkin juga aku yang biasa mengenakan ukuran XL kadang malah XL luar atau setara XXL lalu mengenakan punya Mas Hendra yang ukurannya jauh lebih kecil. Tetapi kalau dijual masih ada kemungkinan bisa *Canda* hehe.

Selesai aku mandi yang beberapa puluh menit setelahnya disusul Mas Hendra kemudian tidak lagi tidur-tiduran di kamar sambil menanti hari berganti, ada satu objek wisata yang membuat kami berdua penasaran bagaimana jika dikunjungi pada malam hari. Tempatnya sangat tidak asing, bahkan orang yang belum pernah ke sini sekalipun kalau mendengar obrolan atau diminta untuk menggambarkan Kuala Lumpur celetukan pertama yang kebanyakan orang keluarkan pasti nama tempat ini. Iya Mas Hendra dan aku akan mengunjungi Menara Kembar Petronas. Meski sudah beberapa kali, ini merupakan kali pertamaku datang tetapi tidak di waktu siang. Aku penasaran dengan bagaimana suasananya ketika malam hari yang katanya tidak kalah bagus yang dimana menaranya akan tampak bercahaya karena dipenuhi lampu-lampu yang sudah mulai menyala. Sebelum keluar kamar, aku telah memesan Grab supaya nanti begitu sudah di bawah menunggunya tidak terlalu lama. Sebetulnya ada cara lain untuk mengulur-ulur waktu yang siapa tahu begitu sampai bawah bebarengan dengan mobilnya yang juga sudah datang seperti menuruni lantai demi lantai menggunakan tangga darurat, andaikan pun sampai di bawah tidak pada waktu yang tepat paling tidak mendapatkan keringat. Cuma kalau aku memilih untuk tidak hoho. Keluar dari lift kami perlu keluar lagi dari areanya juga untuk kemudian masuk ke area lobi. Ini yang juga merupakan kelebihan lain dari standar hotel kelas menengah atas yaitu tidak perlu repot-repot menunggu mobil yang akan ditumpangi dari pinggir jalan. Tinggal mengamati dari dalam lobi plat nomor mobil yang lalu lalang di depan.

Begitu terlihat mobil dengan berplat nomor sesuai dengan aplikasi, kami langsung keluar dari lobi untuk menghampiri. Seperti biasa terlebih dahulu aku mengkonfirmasi nama si pengemudi, setelah ada jawaban iya kami kemudian masuk ke dalam mobilnya. Karena jarak dari hotel ke Petronas ternyata sekitar 2,7km sehingga waktu yang ditempuh dengan menggunakan mobil hanya 7 menit. Tidak menggunakannya kami transportasi umum karena memakan waktu sampai dengan 30 menitan, meski mungkin lebih murah tetapi untuk menuju stasiun terdekat perlu lebih dulu jalan kaki sekitar 450m atau sekitar 5 menitan. Begitu sampai di lokasi tujuan kami berjalan mencari titik terjauh dari depan Menara, tentu supaya latar belakangnya bisa masuk semua ke dalam kamera alias mendapatkan hasil yang sempurna. Teringat beberapa tahun yang lalu saat salah satu peserta rombonganku yang merupakan seorang anak laki-laki yang pada saat itu masih duduk di bangku smp bisa mendapatkan hasil foto yang cukup menarik meski tidak secara utuh dari bawah tetapi ujung atasnya tidak terpotong. Dari pengalaman pada waktu itu aku coba aplikasikan sekarang, tempat untuk ambil gambarnya malah sebetulnya tidak terlalu jauh yang sampai dekat pagar depan tetapi justru bisa dari badukan (Apa ya bahasa indonesia atau umumnya, pokoknya semacam pembatas-pembatas yang di atasnya ditanami pohon-pohon yang lokasinya dekat dengan air mancur yang menyemprotnya melengkung ke bawah). Cara pengambilan gambarnya jika menggunakan HP bisa diganti ke fitur kamera depan, kemudian tinggal disandarkan di pohon kecil tersebut. Jangan lupa atur timer-nya sehingga setelah memencet lingkaran merah masih ada beberapa waktu untuk mengatur pose. Cuma karena aku masih mencoba mencari bagaimana bagusnya sehingga fotonya dengan tetap aku pegang HP-nya, maka hasilnya ya seperti foto selfie biasa hanya latar belakangnya yang mendukung menjadi terlihat bagus hehe.

Ada momen dimana aku tiba-tiba pada posisi yang stagnan tidak tahu lagi harus mengambil gambar dari sudut yang mana, yang kemudian tiba-tiba Mas Hendra meminjam HP-nya sebentar. Aku pikir sepertinya Mas Hendra sedang mendapatkan inspirasi karena HP yang barusan aku bawa memang dikhususkan untuk dokumentasi perjalanan, jadi tidak mungkin rasanya jika dipinjam untuk membalas pesan dari teman atau seseorang. Diletakkannya kemudian HP tersebut di tanah dengan disandarkan pada badukan. Sementara aku diminta untuk berpose terserah, Mas Hendra kemudian yang memencet tombol kameranya dengan posisi yang sama menggunakan kamera depan. Setelah berhasil terjepret, begitu melihat hasilnya ternyata... cukup bagus apalagi melihat posenya yang kebetulan pas (Siapa dulu modelnya hoho). Begitu diulang untuk yang kedua kalinya hasilnya malah jauh dari yang diharapkan.

Bosan dengan suasana yang ada disini, kami berpindah tempat dengan jalan kaki menuju ke KLCC Park. Lokasinya masih satu area dengan Menara Petronas, tepatnya ada di sisi belakang. Ada 2 cara yang bisa digunakan untuk menuju ke sana. Pertama, bisa masuk melalui Suria KLCC yaitu sebuah mall yang masih berada di 1 area yang sama juga. Tinggal jalan sampai menuju pintu keluar yang mengarah ke taman yang ada danaunya, atau jika sudah berada di dalam mall tetapi bingung kemana arah jalannya, bisa ditanyakan ke Security yang ada di dalam. Untuk kelebihan cara pertama ini adalah tentu akhirnya tidak banyak keringat yang keluar karena melewati tempat yang dingin. Untuk cara yang kedua memang secara suasana sangat berbeda, dari mulai tempatnya yang tidak begitu dingin kemudian terkadang juga sepi yang dimana jarang sekali orang lalu lalang. Tetapi perlu diketahui bahwa dengan cara yang kedua yang cukup dengan menyisiri bagian luar sisi gedung sebelah kiri tentu akan memudahkan terutama bagi yang datang untuk pertama kali. Meski jalan yang dilewati cara pertama dengan kedua berbeda tetapi pada akhirnya nanti akan dipertemukan pada titik yang sama yaitu danau buatan yang sangat besar. Di KLCC Park ini memang terdapat danau yang sangat besar yang berada di tengah taman, tak sekedar danau yang diisi oleh air yang tenang danau disini juga memberikan suguhan pertunjukan yang dapat membuat orang-orang tertarik untuk datang. Kami berdua (Aku pribadi khususnya) tidak merencanakan momen ini sebetulnya, kami hanya penasaran dengan bagaimana suasana Menara Kembar Petronas ketika malam utamanya tentu mendapatkan foto terbaik dengan berlatar belakang menara kembarnya yang tampak menyala yang kemudian rasa penasaran tersebut telah terjawab. Suguhan pertunjukan yang diberikan kepada pengunjung-pengunjung taman termasuk yang kebetulan kami juga dapatkan adalah air mancur menari. Dengan keluarnya air ke atas yang gerakannya seolah mengikuti iringan lantunan musik orkestra dan dihiasi permainan lampu yang berganti-ganti warna sungguh membuat perasaanku malam hari ini dan mungkin juga beberapa pengunjung lain terasa seperti ada yang menghibur dan menemani. Karena datang pada waktu yang kebetulan bersamaan jadi tidak mengerti pasti mengenai waktu pertunjukan air mancur menari ini dimulai, aku rasa sepertinya di internet juga sudah mulai banyak ditemui informasi mengenai jadwal berlangsungnya pertunjukannya.

Setelah kemudian hiburan air mancur menari telah selesai, aktifitas yang aku dan Mas Hendra lakukan selanjutnya adalah mencari kembali posisi yang tepat untuk berfoto dengan Menara kembarnya tetapi dari tampak belakang. Kami coba bergantian dengan salah satu yang memegang HP dan satunya lagi yang berpose untuk diambil gambarnya. Karena mungkin posisi kami yang masih cukup dekat dengan menaranya dan Mas Hendra sepertinya juga sudah tak ingin berpindah dari tempat yang sekarang jadi cukup susah untuk pengambilan gambarnya, hasilnya pun juga menjadi kurang begitu memuaskan. Tapi lagi-lagi Mas Hendra kemudian mampu mengakali, dengan tanpa harus berpindah tempat tetapi dapat menghasilkan gambar sesuai dengan yang kami harapkan. Caranya adalah sama seperti dengan pada saat di depan tadi karena di tempat kami sekarang juga ada semacam badukan tetapi bertingkat sehingga membentuk seperti sebuah tribune, yaitu dengan meletakkan HP di aspal yang disandarkan pada tribune paling bawah dengan pengambilan gambar tetap sama menggunakan kamera depan. Jangan lupa atur kembali timer-nya supaya ada jeda waktu untuk kita mengatur pose atau gaya. Dibandingkan dengan di tempat yang sebelumnya Mas Hendra sekarang tampak lebih antusias untuk mengabadikan momennya, seperti menunjukkan bahwa posisi yang sekarang adalah yang diharapkan. Meski mungkin perbedaan antusiasku tak seterlihat Mas Hendra karena di tempat yang pertama aku juga bisa menyesuaikan, tetapi harus aku akui bahwa di tempat yang sekarang aku lebih mengabadikan momen berulang-ulang. Selesai berfoto kami kemudian duduk-duduk santai menikmati suasana malam. Sampai ada momen dimana Mas Hendra sedang sibuk dengan HP-nya dan aku bingung melakukan apa karena HPku tak seramai punyanya. Pun aku juga jarang sekali untuk langsung posting di sosial media, biasanya menunggu pada saat sudah berada di rumah. Tiba-tiba muncul sebuah inisiatif untuk kembali mengambil gambar tetapi dengan cara yang berbeda, aku pinjam HP-nya Mas Hendra kemudian naik sendirian ke jalanan yang ada di belakang. Dengan berlagak bak fotografer profesional aku mengambil gambar Menara Kembar dari balik tetumbuhan yang bergelombol tanpa celah yang pada saat setelah terjepret hasilnya seolah seperti tampak Menara dari balik semak. Karena namanya juga baru pemula jadi ya aku saja yang persepsinya terlalu berlebihan alias lebay hoho, tetapi setidaknya bisa mengurangi kebosananku sebelumnya duduk dengan tanpa ada yang bisa dilakukan. Karena waktu yang sudah semakin malam membuat kami perlu segera meninggalkan tempat ini karena aku sendiri masih belum mengerti betul medan disini, khawatir tidak ada kendaraan yang bisa mengantarkan kami ke hotel jika pulang terlalu malam, apalagi masih ada 1 tempat lagi yang perlu kami datangi. Pertimbangan lainnya adalah kami tidak ingin istirahat terlalu malam seperti malam sebelumnya. Satu tempat lagi yang tersisa yang sekaligus menjadi penutup perjalanan hari ini bukanlah tempat wisata namun sebuah tempat yang akan menjadi pengisi gizi kami berdua (Terlebih aku lebih tepatnya hoho), tentu apalagi kalau bukan tempat makan. Lokasinya yang tidak begitu jauh dengan Petronas membuat kami menyempatkan kesana sebentar, dari posisi sekarang kami tinggal berjalan kaki ke arah trotoar jalan dan kemudian menuju ke Jl. Ampang. Karena ingin berjalan sambil menikmati suasana malam, seputar nama dan seperti apa tempat makannya akan aku lanjut lagi nanti ceritanya.
Bersambung...

Dokumentasi lainnya di bawah:
Sudah sesuai aturan dong, kalau baris yang tinggi di belakang?

Di sisi seberang yang rame 

Kulitmu tampak kurang berkilau? Sama!

Beginilah dukanya kalau punya postur tinggi, ngumpet dimana juga bakal ketahuan

.
#umarilahjalan ~

Komentar