[Kuala Lumpur 5.6] DRAMA CARI TEMPAT MAKAN MURAH DI KL SENTRAL
Pagi hari ini sekitar pukul 06.30 Mas Hendra & aku sudah bangun dari tidur. Perbedaan waktu & kondisi dengan Indonesia, di Kuala Lumpur pada jam tersebut kondisi di luar masih gelap, dan matahari masih akan terbit. Jadi kami berdua hitungannya bisa dibilang masih belum kesiangan. Untuk ukuran dengan kondisi yang sudah cukup lelah dan baru beristirahat di waktu yang mulai memasuki pergantian hari, tidur yang selama beberapa jam ini sepertinya kurang. Apalagi udara masih dingin sejuk ditambah kasur yang mahal nan empuk cukup mendukung untuk tidur lebih lama lagi. Namun setelah bangun tak juga muncul kembali rasa kantuk, karena mungkin juga sudah tidur selama di perjalanan dari mulai di pesawat dan 2x di bus sehingga istirahatnya seperti sudah cukup.
Melihat hari yang masih sangat pagi membuatku masih malas untuk segera mandi, sebentar buang air ke kamar mandi kemudian balik tiduran di kasur lagi. Apalagi jadwal bus juga masih jam 10 nanti, jadi cara terbaik menunggu waktu mungkin ya begini hoho. Baru sekitar pukul 07.30-an aku kembali beranjak dari kasur untuk kemudian mandi. Walaupun sebetulnya masih malas sekali tetapi setelah mengumpulkan daya dan upaya akhirnya menguatkan diri, karena waktu terus berjalan mendekati jadwal keberangkatan bus kami juga masih ada beberapa barangku yang sudah keluar dari tas jadi tidak ada salahnya aku mengawali, baru setelahnya tinggal membereskan dan mengemasi. Dari pembagian waktu dalam sehari, pagi hari biasanya menjadi waktu mandiku paling lama karena biasanya sekalian bongkar muat supaya siap diisi sampai malam nanti hoho. Ada kali sekitar 20menitan lebih di kamar mandi, belum lagi kalau sekalian keramas seperti pagi hari ini, untungnya aku tidak mengulur-ulur pada saat akan mandi ini.
Selesai mandi kemudian melakukan hal yang sudah direncanakan sebelumnya, membereskan beberapa barang yang keluar dari tas untuk kemudian dimasukkan kembali dalam keadaan rapi seperti semula supaya bisa muat masuk semua. Beberapa sisanya aku masukkan lagi nanti menjelang Check-out karena sepertinya masih akan dipakai. Karena sudah tak ada lagi aktifitas yang dilakukan, maka sekarang adalah waktunya untuk sarapan. Waktu yang paling aku tunggu-tunggu dan paling dinanti-nanti setiap hari hoho. Boleh kami menginap di hotel yang cukup bagus tetapi sederhana sekali menu sarapan pagi hari ini, segelas pop mie hasil dari kemarin dikasih. Untungnya dikasihnya pas dua, jadi satunya bisa buat Mas Hendra. Semua Pop mie aku buka plastik penutup gelasnya, kemudian aku buka setengah tutupnya untuk aku keluarkan semua bumbu dan garpunya. Sembari melakukan aku coba mengingatkan Mas Hendra dengan menanyainya yang kemudian terjadi sebuah obrolan yang kurang lebih seperti ini:
Aku: "Mas, gak mandi kah? Jadwal bus kita jam 10 loh."
Mas Hendra: "Mar kalau kita batalin tiketnya bisa gak?"
Aku: "Haaa, maksudnya?"
Mas Hendra: "Kita hangusin aja tiketnya."
Aku: "Nggak eman mas beli tiket lagi?"
Mas Hendra: "Nggak mar, hotelnya mahal sayang kalau cuma dipakai bentar. Gimana bisa?"
Aku: "Oalah okelah, bisa mas. Tiket busnya aja yang dihangusin, soalnya tiket Skywaynya (Cable car) masih bisa dipakai."
Mas Hendra: "Boleh, berapa harga tiketnya?"
Umar: "5-6an ringgit."
Mas Hendra: "Kita belinya dimana?"
Umar: "Di tempat kita turun bus kemarin mas, cuma pasti gak bisa langsung naik loh mas. Harus nunggu sekitar 1-2jam-an lagi se-dapatnya jadwal yang masih tersedia."
Mas Hendra: "Gapapa wes."
Sempat tertunda sebentar karena obrolan, Gelas Popmie yang tinggal tersisa mie di dalamnya ini akan aku kasih air panas. Tentu aku harus keluar kamar terlebih dahulu untuk menuju ke Tap water tempat aku mengisi morong kemarin. Meski Tap water ini merupakan fasilitas tamu bersama yang dimana di setiap lantai pada setiap tower hanya tersedia satu atau beberapa saja, tak pernah aku jumpa sampai berantri-antri yang sedang akan mengisi. Dan pagi hari ini malah hanya aku saja yang mengisi di Tap water ini. Entah karena jam segini masih pada tidur atau malas keluar dari kamar, atau memang fasilitas ini jarang sekali yang menggunakan. Setelah 2 gelas yang aku bawa tadi telah terisi air panas dengan cukup, aku balik jalan lagi ke kamar. Karena harus membukakan pintu, akhirnya aku berhasil membuat Mas Hendra beranjak juga dari tempat tidurnya hoho. Dengan posisi sudah telanjang dada dan mengalungkan sebuah handuk, pasti dan tidak mungkin tidak akan sekalian mandi. Ini merupakan strategi yang cukup baik, begitu pas sudah selesai mandi bebarengan dengan mie-nya yang juga sudah masak. Sedang aku menunggu hanya dengan duduk-duduk di kasur, ya tapi setidaknya sudah tidak ada lagi tanggungan *Pembelaan*. Mie yang sudah masak ini kemudian airnya kami buang lalu kami masukkan bumbu-bumbunya, karena aku kebagian yang mie kuah jadi sudah kumasukkan bumbunya di awal dan airnya tidak aku buang. Mas Hendra sempat keheranan dengan caraku yang terlihat berbeda karena mungkin menyimpang dari langkah-langkah yang tertera di gelasnya. Aku sendiri memang kadang suka mematahkan sesuatu hal yang menurut orang harusnya sudah baku. Contoh sederhananya ya pada saat membuat Pop mie kuah sekarang ini, aku ambil ringkasnya dengan memasukkan bumbunya sebelum air panasnya dimasukkan, jadi begitu mie-nya masak tinggal diaduk saja kemudian langsung dimakan. Sarapan dengan Popmie gini ini dibilang cukup cukup, dibilang kurang juga kurang. Yang pasti kalau ada yang nawari makan lagi aku masih kuat menampungnya hoho.
Sebelum keluar setelah makan dan tak lupa juga minum, Aku sempat mengusulkan kepada Mas Hendra mengenai bagaimana jika semua barang bawaannya dibawa ke bawah untuk kemudian dititipkan di tempat penitipan yang berada di area lobby, tepatnya di paling pojok kanan. Alasanku karena siapa tahu setelah berkeliling tiba-tiba terpikir untuk langsung Check-out jadi tidak perlu lagi naik lift balik lagi ke kamar untuk ambil barang bawaan, kalaupun ingin balik ke kamar untuk rebahan sebentar, turun ke bawahnya tidak perlu membawa barang bawaan. Tetapi Mas Hendra tidak setuju dan memilih untuk tetap membiarkan barang bawaannya berada di dalam kamar. Pun akhirnya aku juga membiarkan barang bawaanku juga. Kini kami berdua keluar dengan hanya membawa dompet dan paspor, serta tentunya satu lagi yang wajib adalah kunci kamar hoho. Ada mungkin sekitar 1jam-an kami berkeliling dengan tujuan yang tidak jelas untuk memanfaatkan waktu yang tersisa sebelum kami harus Check-out dan balik lagi ke pusat kota. Pada saat sudah kembali ke kamar setelah tadi cukup puas berkeliling, Mas Hendra dan aku membereskan barang-barang yang yang tadi belum dimasukkan sembari mengecek kembali supaya nanti begitu meninggalkan kamar tak ada barang penting yang tertinggal.
Begitu sudah yakin semua dalam kondisi aman setelah dilakukan pengecekan, kami berdua akhirnya keluar meninggalkan kamar turun kembali ke lobby untuk melakukan Check-out. Berbeda dengan hotel pada umumnya yang perlu melalui Resepsionis, Sistem Check-out di First World Hotel ini tinggal memasukkan kunci kamar yang berbentuk atm tersebut ke dalam mesin yang menempel pada tiang di area lobby yang posisinya dekat dengan lift tower. Layar mesin tersebut kemudian menampilkan tulisan Thank you yang berarti status Check-out kami telah berhasil. Kami kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan menuju tempat naiknya Cable Car yang berada di lantai paling atas, tentunya perlu menaiki eskalator untuk bisa sampai disana, atau lift sebetulnya juga bisa hanya saja kadang perlu menunggu terlebih dahulu. Antrian Cable car siang hari ini cukup sepi, kami bisa berjalan tanpa hambatan sampai di batas antrian depan. Selanjutnya kami tinggal meng-scan tiket yang kemarin sudah dibeli untuk membuat pintu pembatas bisa terbuka sehingga kemudian kami bisa berjalan masuk ke area naik dan turunnya penumpang Cable car. Cukup sepinya kondisi saat ini membuat kami bisa menyempatkan berfoto dulu sebentar, baru kemudian kami masuk ke dalam Cable Car atau Gondolanya. Selain pada saat masih di area sebelum kami naik tadi, keadaan yang sepi ini juga berpengaruh terhadap gerbong-gerbong yang bergantian datang. Beberapa berjalan tanpa terisi penumpang, juga kami bisa langsung masuk ke dalam gerbong dengan berisi hanya kami berdua tanpa harus menunggu kelompok-kelompok privat (Yang tidak ingin bergabung dengan penumpang lain) lainnya. Keuntungannya tentu kami jadi bisa foto di dalamnya dengan begitu leluasa, aku bergantian dengan Mas Hendra bisa bebas memilih untuk diambil gambarnya dari sisi sebelah mana. Karena rute perjalanan balik sama dengan pada saat berangkat jadi untuk pemandangan yang ada di luar kurang lebih sama. Hanya saja pada saat perjalanan balik, jarak beberapa kilo sebelum sampai di tempat penurunan penumpang diberikan suguhan sebuah pemandangan Helipad yang posisinya berada di Rooftop bangunan Awana Transport Hub. Ya meskipun aku sendiri tidak mengerti apa menariknya dari sebuah Helipad hoho, hanya pacuan landasan yang diberi tanda sebuah lingkaran besar, tetapi siapa tahu lagi beruntung pas kebetulan ada Helikopternya juga disana.
Begitu Cable car sudah sampai di Awana dan posisi sudah keluar dari gerbong, kami kemudian berjalan menuruni eskalator menuju loket pembelian tiket bus yang berada di lantai paling bawah. Pada saat aku tanyakan mengenai jadwal bus terdekat untuk tujuan KL Sentral, untungnya masih tersedia yang jarak waktunya hanya sekitar 1 jam-an ke depan (Tidak sampai menunggu yang terlalu lama). Tempat tunggu bus disini masih lebih enak dibandingkan dengan yang di KL Sentral. Selain berada di dalam sebuah ruangan yang ber-AC, pada saat ingin keluar sebentar dari ruangan pun udaranya masih cukup sejuk, tidak seperti di KL Sentral yang udara pada tempat tunggunya panas, pengap, juga agak gelap. Yang kami lakukan selama menunggu sampai jadwal keberangkatan tiba hanya duduk sambil mentransfer file dokumentasi dari mulai tiba di KLIA2 sampai yang terbaru tadi pada saat di dalam gerbong Cable car, tetapi aku sempat beranjak sebentar dari kursi untuk membeli minuman yang ada di Vending Machine yang posisinya dekat dengan tempat duduk kami. Harganya antara 1-3ringgit sepertinya, lupa berapa tepatnya yang pasti tidak begitu mahal, masih 11 12 dengan harga normal atau mungkin malah bisa-bisa sama.
Waktu terus berjalan hingga akhirnya jadwal keberangkatan kami akan tiba. Mas Hendra dan aku tentu mulai bersiap-siap, meski tidak beranjak dari tempat dimana kami duduk tetapi memastikan aman semua barang bawaan, termasuk mempersiapkan tiket busnya juga. Ibarat seperti sebuah pesawat di bandara, meski disini luas tempatnya jauh berbeda tetapi sistemnya hampir sama. Dimana bus yang datang setelah menurunkan penumpangnya di depan Awana langsung menuju tempat pemberhentian (Parkir) sesuai dengan Gate atau urutan posisi yang akan digunakan untuk keberangkatan nanti. Semua penumpang yang mendapatkan jadwal keberangkatan di jam sekarang ini tak terkecuali kami keluar dari ruangan menuju Gate yang sudah diinformasikan melalui layar yang ada di dalam ruangan untuk kemudian berbaris antri menunggu giliran pengecekan tiket dan masuk ke dalam bus. Setelah semua kursi telah terisi bus kemudian memulai perjalanannya kembali menuju KL Sentral. Tak perlu ditanyakan lagi apa yang bisa aku lakukan di dalam bus di tengah perjalanan yang memakan waktu sekitar 1 jam, sudah pasti lebih banyak ke tidur hoho. Karena aku sendiri kurang nyaman pada saat begitu agak lama bermain HP di dalam kendaraan, rasanya bikin kepala menjadi agak pusing. Entah ini bawaan atau karena sugesti yang pada waktu kecil didapatkan dari salah seorang teman, bukan secara langsung tetapi teman tersebut menegur teman yang lain bahwa kalau baca komik di dalam bus bisa bikin pusing. Yang pertama padahal aku juga belum tahu pasti ilmiahnya bagaimana, dan kemudian kenapa jadi malah aku yang menangkap dan menyimpan informasi tersebut. Tapi lagi-lagi aku mencoba mengambil cara pandang positif dari permasalahan tersebut, dengan ketidak ketergantungan pada Hp di dalam kendaraan aku jadi punya kesempatan untuk bisa berinteraksi dengan penumpang lainnya. Selain itu aku juga jadi bisa mengusahakan menjadi teman ngobrol atau pendengar yang baik. Tapi perlu aku akui bahwa aku belum sesempurna yang teman-teman bayangkan, mata dan tanganku bisa saja menjadi sangat susah lepas dari HP begitu berada pada sebuah lingkungan yang aku kurang nyaman dengan topik bahasan yang sedang dibicarakan atau seseorang yang secara pribadi tidak diharapkan bergabung tiba-tiba datang.
Di tengah-tengah sedang nyenyaknya tidur di dalam bus tiba-tiba terbangun dan begitu melihat luar ternyata bus sudah mau memasuki basement KL Sentral yang berarti sebentar lagi perjalanan kami akan segera sampai. Lokasi tepatnya sama persis dengan kemarin menunggu bus pada saat akan pergi ke Genting. Begitu bus menghentikan lajunya karena memang sudah sampai dan kemudian penumpang mulai berdiri di tengah bergantian turun. Aku memilih untuk beranjak dari kursi begitu sudah agak sepi daripada harus antri dengan berdiri. Keluar dari bus aku langsung mengambil beberapa barang termasuk punya Mas Hendra yang memang sengaja ditaruh di bagasi samping supaya tidak terlalu repot bawa banyak barang bawaan ke dalam bus. Karena dari kemarin siang semenjak menginjakkan kaki di Genting perut ini belum terisi dengan nasi, jadi sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat, karena juga sudah masuk jam makan siang. Beberapa hari sebelum keberangkatan dapat rekomendasi dari beberapa teman yang kebetulan juga baru-baru ini habis dari Kuala Lumpur yaitu ada salah satu tempat makan yang bisa dikunjungi di sekitar KL Sentral namanya ABC Bistro Cafe. Aku juga sempat membaca beberapa postingan bahwa ada banyak tempat makan di bawah KL Sentral yang hargannya cukup murah. Dari informasi tersebut aku coba garis bawahi (Tebal lagi supaya tidak lupa hoho) kata "Di bawah KL Sentral", dan seingatku temanku juga mengatakan serupa. Yang ada dipikiranku adalah berarti sepertinya di bawah yang ada di bagian depan, karena kalau di sekitar sini tidak pernah terlihat ada kedai atau tempat makan. Dari situ akhirnya aku mengajak Mas Hendra masuk ke dalam KL Sentral untuk berjalan ke arah depan menuju tempat makan. Dan ternyata begitu sudah sampai depan, jangankan ketemu ABC Bistro Cafenya tempat makan satupun saja tidak ada. Coba buka Google Maps dan cek siapa tahu ada, ternyata dari posisi kami sekarang diarahkan keluar KL Sentral kemudian jalan beberapa ratus meter, itu juga tempatnya berseberangan bukan di bawah pas.
Tidak yakinnya dengan petunjuk yang diberikan Google Maps, aku memutuskan untuk bertanya ke petugas keamanan yang sedang berjaga di dalam KL Sentral. Diberilah olehnya arahan untuk sampai ke tempat yang kami maksud. Setelah mengucapkan terimakasih, aku dan Mas Hendra meninggalkan tempat barusan untuk kemudian berjalan mengikuti arahan yang sudah diberikan. Kami dilewatkan masuk ke dalam NU Sentral (Mall yang masih satu gedung dengan KL Sentral) yang tetapi petunjuk selanjutnya adalah keluar dari mallnya. Begitu sudah berada di luar yang terlihat hanya stasiun untuk monorail sepertinya, keyakinanku menurun kembali. Karena aku masih beracuan dengan informasi yang sudah aku garis bawahi yaitu "Di bawah", akhirnya aku mencoba untuk mengkombinasikan informasi yang sudah aku punya dengan yang petugas tadi berikan. Aku mengajak Mas Hendra masuk kembali ke dalam mall dan kemudian menuruni eskalator. Begitu sudah sampai di lantai paling bawah kami coba keluar dari mall dan ternyata, tetap tidak ada apa-apa hoho. Lumayan kesal dan geregetan juga sudah jalan muter cari kesana-kemari tetapi tidak menemukan juga, sampai akhirnya kami berdua malah jadi kehausan. Untungnya ada Seven Eleven yang cukup dekat dengan posisi kami sekarang, melipirlah kami sebentar membeli air mineral disana.
Sembari melakukan pembayaran di kasir, aku sempatkan bertanya kembali tempat makan yang kami cari. Setelah sempat agak kebingungan si kasir entah karena tempatnya mungkin baru jadi masih agak asing atau cara pengucapanku yang terlihat agak beda sehingga sedikit sulit dipahami dan aku coba ulang beberapa kali, akhirnya kasir tersebut mengerti dan kemudian diberikanlah kami arahan menuju ke tempat tersebut. Dari Seven Eleven tadi kami berjalan menaiki eskalator lupa berapa lantai setelahnya keluar dari mall lagi, hanya saja untuk yang kali ini dari pintu atau sisi yang berbeda. Pas sudah sampai di luar memang ada berjejer beberapa tempat makan. Hanya saja yang dijual di tempat makan yang ada disini kebanyakan makanan cepat saji, dan sepertinya juga agak selisih dari segi harga dan porsi. Padahal kalau sudah yang namanya lapar kan harusnya apa saja bisa kemakan, sayangnya besar rasa penasaran kami (Aku lebih tepatnya) seolah mengisyaratkan pantang makan sebelum tempat tersebut ditemukan hoho. Sempat kami coba mengitari sisi luar mall mengurut dari stand makan ini tetapi ternyata hanya sedikit stand makanan disini. Sebetulnya pada posisi sekarang ini rasanya ingin sekali menyerah, naik turun eskalator jalan kesana kemari tidak juga mendapatkan tanda-tanda apakah kami jauh dari jangkauan atau sebetulnya tinggal beberapa langkah jalan. Dan yang menurutku aneh adalah Mas Hendra tidak sekalipun memutuskan untuk mengajak makan di salah satu tempat makan yang ada disini, yang seolah menunjukkan bahwa jangan terburu-buru mengakhiri perjuangan ini dan karena akhir perjuanganmu bukanlah disini - Sungguh penuh filosofi.
Kini rasa penasaranku bertambah menjadi, bukan karena semakin geregetan melainkan penasaran karena Mas Hendra tidak mengajak makan disini apakah karena dia penasaran juga dengan tempat yang dicari sebetulnya hoho. Tetapi dengan tidak mengajaknya Mas Hendra untuk makan disini, aku jadi masih punya kesempatan untuk tetap bisa mencari. Sejenak kami berdiam dulu sebentar tidak lagi jalan kemana-mana karena memang tidak tahu lagi harus kemana. Di tengah tidak berjalannya kami sebentar entah ada dorongan darimana tiba-tiba Mas Hendra membuka HPnya, seperti sedang mengecek jarak lokasi tempatnya dengan posisi kami sekarang berada. Tak lama kemudian Mas Hendra mengajakku lanjut kembali berjalan dengan melewati jembatan penyebrangan yang tentu berarti akan mengarah ke seberang. Begitu sudah mau turun menggunakan eskalator yang ada sisi kanan jembatan dalam hati sempat terpikir "Ini kan seperti kawasan India, sepertinya tidak akan mungkin kalau tempat makan tersebut ada sekitar area ini". Ketidak yakinanku kembali muncul tetapi untuk kali iniaku berusaha sekali untuk menahan supaya tidak aku ungkapkan. Langkah Mas Hendra yang tampak begitu yakin lah penyebabnya. Aku coba tetap mengikuti kemana langkah Mas Hendra. Sekalipun apabila nanti salah, biarlah itu menjadi balasan atas apa yang sudah aku lakukan sebelumnya.
Setelah turun dari eskalator kami berjalan ke arah kiri. Dan beberapa meter kami jalan yang tidak begitu jauh ada plang bertuliskan ABC Bistro Cafe depan jalan tikungan, juga dekat sekali dengan Easy Hotel. Meski masih harus jalan sedikit ke arah kanan mengikuti tikungan, aku pribadi cukup bisa bernafas lega akhirnya bisa ketemu juga tempatnya. Belok kanan tersebut kami berjalan tidak sampai jauh hanya beberapa langkah, karena memang posisi ABC Bistro Cafe ini sendiri berada di sisi samping melipir sampai belakang dari Easy Hotel. Sebetulnya aku masih tidak percaya bahwa tempat makan ini lokasinya berada di sini yang notabene tidak masuk sama sekali dalam perkiraan. Jika diflashback mengenai masa pencarian kami tentang tempat makan ini, arahan yang diberikan Google Map atau orang-orang yang pernah aku tanyai mungkin sebetulnya cukup membantu hanya saja begitu di tengah jalan aku menjadi pesimis, ragu, dan kurang tanggap menerima informasi baru, salah satu penyebabnya mungkin karena aku terlalu terpaku. Aku tidak menyalahkan para pemberi informasi karena sudah rela meluangkan waktu untuk berbagi itu sudah baik. Pun juga kalau dibilang di bawah KL Sentral ini masih menjadi bagian bawahnya, aku saja yang mengartikan di bawah berarti di bawah pas yang artinya masih berada dalam 1 bangunan yang sama makanya jelas tidak akan mungkin ditemukan, itu juga kalau masih ngotot harus di bawah pas mungkin sampai besok masih disini seliweran. Aku hanya ingin menambahkan Bahwa lokasi ABC Bistro Cafe ini berada di bawah KL Sentral tepatnya di seberang jalan di samping dan belakang Easy Hotel.
Salah satu yang enak pada saat lagi jalan ke Kuala Lumpur adalah beberapa tempat makannya (Dan mungkin hampir semua) yang pernah aku kunjungi memberikan porsi nasi dan ikan yang cukup banyak dan besar, seperti di ABC Bistro Cafe sekarang ini. Dengan berbagai macam pilihan lauk yang disediakan tentu membuatku sangat tergoda, karena aku tipe yang lebih susah menahan memilih makanan daripada minuman. Untuk minuman, air putih atau kadang-kadang Teh panas masih bisa aku buat cukup, tapi kalau sudah yang namanya makanan apalagi lauk dan itu terlihat sangat enak keinginananku sangat besar untuk bisa memakannya. Makanya untuk makan kali ini aku sampai pesan lauk 2, ikan dan jerohan. Tidak lupa dimakan dengan nasi dan pada saat sekarang ini aku memesan Nasi Briani, sungguh sepertinya aku akan sangat menikmati sekali. Setelah itu tadi dari sisiku sekarang aku coba bahas sisi Mas Hendra pada saat makan, aku berani untuk paparkan karena ini bukan sebuah aib tetapi merupakan keunikan atau bisa dibilang ciri khas. Jadi Mas Hendra ini baru bisa makan dengan lega kalau ada kecapnya hoho. Tentu teman-teman akan bertanya bagaimana dengan posisi makan sekarang. Tenang Mas Hendra sudah menyiapkan semuanya, pada saat aku balik ke rumah sebelum berangkat Mas Hendra sekalian titip untuk dibelikan kecap juga. Hampir tiap kali makan kalau tidak lupa bawa pasti makanannya dikasih kecap, bahkan ada pengalaman cukup menarik yang hanya gara-gara kecap dan itu masih bagian dalam perjalanan ini juga, tapi nanti ceritanya karena kejadiannya bukan di Kuala Lumpur. Makanya ikuti terus cerita perjalananku hoho. Oh iya karena makananku sepertinya sudah memanggil-manggil untuk minta segera dinikmati maka ceritanya akan aku lanjutkan lagi nanti.
Bersambung...
Dokumentasi lainnya di bawah:
Cara lain berpose saat agak susah berekspresi
Pernah posting ini di akun utama (@umarilah) dengan caption "Karena belum bisa pake jet pribadi, yasudah akhirnya mudiknya begini."
Sederhana sekali kan... minumannya, makanannya sih nggak hoho
Ada yang tipe makannya begini juga nggak?
.
#umarilahjalan ~
Komentar
Posting Komentar