[Part 4.1] PERTAPAAN KARMEL YANG MENENANGKAN
Setelah tadi malam beres mempersiapkan apa-apa saja yang akan dibawa, sekitar pukul 06.30 dengan menggunakan mobil, Mas Chiko dan aku mengambil barang-barang tersebut sekaligus menjemput 2 teman kami yaitu Mas Heri dan Mas Yosua di Warkop De' Ophis milik Mas Heri yang lokasinya tidak begitu jauh dengan Universitas Widya Mandala yang di Jl. Dinoyo. Sampai disana, satu persatu barang dimasukkan ke dalam mobil baru kemudian semua masuk dan perjalanan dilanjutkan. Ada 1 barang lagi yang mesti diambil sebelum mobil masuk tol Pondok Candra untuk kemudian menuju ke Malang, yaitu seperangkat beberapa Handy Talky yang boleh dibayar tunai boleh juga dibayar transfer hoho. Ini bukan beli hanya sewa dari temannya Mas Heri. Lalu dengan sedemikian banyaknya barang yang dibawa, apa sebetulnya aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan? Pertanyaannya bisa lebih dulu disimpan hoho.
Karena pada waktu itu Tol Malang masih proses pembangunan, sehingga tol yang dilewati hanya sampai Taman Dayu kemudian keluar untuk menggunakan jalur umum. Setelah mobil memasuki Kota Malang, kami tetap harus bersabar menahan kegembiraan karena masih ada sekitar 2 jam perjalanan. Untuk lokasi kegiatannya sendiri berada di daerah Tumpang, tepatnya di Pertapaan Karmel. Beberapa kilo sebelum sampai di lokasi mobil terpaksa sebentar menepi akibat rasa lapar kami yang sudah tak tertahan lagi karena belum sarapan dari sejak tadi pagi, hanya diganjal dengan beberapa cemilan yang dibeli di Indomaret saat masih di Surabaya. Menu nasi pecel dengan lauk Bandeng goreng utuh ditambah Es Jeruk sebagai minumannya cukup mengenyangkan perut kami.
Tak bisa berlama-lama karena jarak lokasi yang masih lumayan, setelah santai sejenak sehabis makan, Mas Heri mengurusi pembayaran sedang kami bertiga jalan menuju mobil. Sekitar pukul 13.30 atau lebih kurang 40-50 menitan dari tempat sarapan tadi, kami tiba di lokasi. Hampir tak ada kemacetan di sepanjang jalan yang kami lewati, terlebih setelah melewati tempat sarapan tadi karena sudah memasuki jalanan khas pedesaan. Sekitar 5-10km sebelum sampai lokasi, pemukiman sudah tak lagi tampak di sisi kiri kanan jalan, yang ada hanya semacam alas atau hutan, karena Pertapaan Karmel sendiri bisa dibilang tempatnya paling ujung. Tak hanya itu, sinyal provider disini juga sangat susah, entah mungkin sesuai dengan namanya Pertapaan sehingga para pengunjung bisa benar-benar fokus mencari ketenangan.
Sependek pengetahuan saya, Pertapaan Karmel ini sendiri adalah tempat yang biasa digunakan untuk kegiatan mencari ketenangan dalam hal spiritual, khususnya bagi pemeluk katolik. Hal ini karena di tempat tersebut dikelola oleh suster-suster dan romo sebagai pemuka agamanya. Kegiatan yang sedang berlangsung di Pertapaan Karmel ini adalah Retret. Pada kesempatan kali ini kami (Mas Chiko, Mas Heri, Mas Yosua, dan aku) atas nama Slice Project diminta bantuan untuk menangani salah satu bagian kegiatannya yaitu Outbound, yang akan dilaksanakan pada hari ke-2 atau esok hari. Jadi untuk hari pertama ini kami hanya mempersiapkan apa-apa saja yang digunakan besok. Supaya persiapan ini tidak menghabiskan banyak waktu maka dilakukan pembagian tugas, Mas Chiko dan aku memindahkan seluruh perlengkapan dari mobil ke Basecamp atau ruangan yang sudah disediakan juga mengisi daya HT, sedang Mas Heri dengan Mas Yosua keluar untuk membeli perlengkapan yang belum atau kelupaan bawa, namanya juga manusia kadang ada luput atau lupanya hoho.
Sebelum masuk ke kamar setelah beres mempersiapkan semuanya, Mas Chiko dan aku dipersilahkan untuk makan siang terlebih dahulu. Untuk tempat makannya, dari Basecamp kami yang berada di seberang Aula besar jalan turun ke kanan, nanti akan terlihat banyak kursi panjang, meja, dan banyak gelas plastik yang ditumpuk atau dijajar. Sistem makannya adalah bebas mengambil sendiri menu serta porsi makannya, iya prasmanan. Meski begitu, jangan berharap menunya sama dengan saat di kondangan atau acara-acara hoho, disini dibiasakan dengan menu vegetarian. Apa? Seorang Umar makan dengan tanpa lauk hewani? Ya mau gimana, cari makan di sekitaran sini juga tidak ada hehe. Untungnya aku masih bisa beradaptasi selama menunya masih familiar atau tidak aneh-aneh. Apalagi beberapa waktu lalu sempat berdiskusi dengan Mas Chiko dan percaya bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh berpengaruh terhadap perilaku yang keluar, seperti orang-orang vegetarian yang dalam kesehariannya tampak kalem dan cukup stabil emosi, jadi tidak ada salahnya jika mencoba.
Tidak hanya menu makanannya saja yang menjadi penunjang, untuk kamar yang digunakan istirahat pun juga, bisa dibilang seperti barak. Salah satu tempat kamarnya yang kebetulan kami pakai bersama panitia lainnya yaitu di dalam sebuah bangunan panjang yang berisi banyak kamar. Jangan berharap banyak mengenai isi di dalam kamar karena memang benar-benar terfungsikan hanya untuk istirahat. Dari mulai bantal dan kasur yang seadanya bukan springbed apalagi King Coil, kain selimut pun juga sama, rak dari kayu untuk menaruh barang bawaaan, dan ceret plastik untuk diisi air putih yang ada di dekat pintu masuk paling depan jika perlu minum. Tanpa ada televisi, lemari, apalagi kamar mandi yang tinggal putar lalu dari atas airnya keluar sendiri (Shower maksutnya hoho). Boro-boro, kamar mandi saja semuanya berjajar di luar, eh tapi masih di dalam bangunan ya bukan luar yang seperti jamban. Untuk AC ataupun kipas, kalaupun ada sepertinya terfungsikan, disini udaranya sudah dingin sekali. Surabaya yang terkenal dengan panasnya saja kadang malam hari masih dingin apalagi disini yang juga arah menuju ke Bromo, jadi masih kebagian lah hembusan-hembusan udaranya hehe. Belum lagi jika dibarengi dengan hujan, lengkap sudah magernya. Dan kebetulan kami mengalaminya saat disana.
Karena Slice project masih belum ada jadwal untuk hari pertama, jadi aktifitas sisanya hanya makan mengikuti jadwal dan melubangi botol-botol yang baru datang sore ini yang dipakai juga untuk outbound besok. Berkat selesai dengan cepat, kami bisa balik ke kamar dengan segera dan istirahat lebih awal.
Bersambung...
*Dokumentasi lainnya di bawah...
Kamar kami berada di dalam bangunan ini bersama panitia kegiatan
Ini 1 deret semua kamar mandi
Kira-kira yang mana kamar kami? Hoho
Karena sudah terbiasa tanpa kasur di rumah, jadi yang begini saja sudah surga
.
#umarilahjalan
Komentar
Posting Komentar