[Kuala Lumpur 5.2] KLIA2 YANG SUDAH KAMI EKSPLOR SEBAGIAN ISI
Sebelum lanjut, ada yang mau aku ceritakan mengenai bagaimana sampai pada akhirnya bisa terwujud perjalanan panjang ini, juga Mas Hendra yang bersedia men-support penuh akomodasi. Diawali dari hampir 1 tahun yang lalu tepatnya di bulan Mei 2018 AirAsia sedang mengadakan promo FREE SEAT yang setiap tahunnya bisa 2-3 kali. Meski ini bukan kali pertama aku melakukan pemesanan tiket, tapi untuk yang kali ini aku melakukan pemesanan dalam kondisi ketidakpastian apakah bisa berangkat. Biasanya tiket yang aku pesan karena sudah ditanggung oleh rombongan sehingga juga aman masalah biaya akomodasi selama disana nantinya. Karena niat hati ingin melakukan perjalanan sendiri supaya bebas kesana kemari, juga sebagai momen untuk aku bisa meningkatkan diri dari segi mental, wawasan, pengalaman, dll. Nekatlah aku memesan tiket untuk tujuan Kuala Lumpur (PP) selama 4 hari. Dengan keberangkatan yang masih tahun depan tepatnya di bulan Maret 2019, hanya modal yakin dalam hati pasti ada lah nanti rejeki. Meski begitu, aku juga tak memaksa diri. Tidak mencari-cari apa yang bisa dikerjakan supaya menghasilkan uang. Aku tetap mengalir dalam aliran, berikhtiar dalam kadarnya. Berusaha untuk tidak gupuh kemana-mana. Aku memang mempersiapkan diri untuk tetap legowo jika tak jadi berangkat, belajar untuk ikhlas ini utamanya. Pada kadar membantu manusia, aku sebagai manusia yang lemah ini kadang masih berharap perhatian atau bahkan balasan. Perihal pemesanan tiket, pada siapa aku menuntut, sedang keputusan ini aku yang ambil sendiri. Perjalanan memang sangat memberikan banyak sekali pelajaran, bahkan saat kau masih sedang mempersiapkan.
Pembelian tiket ini aku anggap seperti angin lalu karena aku tak ingin menjadikannya beban. Setelah Juga melakukan pemesanan pada periode yang sama, beberapa bulan kemudian yaitu bulan November Mas Chiko berangkat duluan. Ini merupakan perjalanan mandiri pertamanya dengan tujuan yang sama tetapi dengan total waktu yang cukup lama yaitu 7 hari. Memutuskan pada akhirnya untuk berangkat juga bukan perkara mudah. Hidup dengan kondisi sama-sama dalam ketidakpastian, terlebih lagi tinggal tak se-rumah dengan orang tua, jadi menanggung sendiri semua kebutuhan. Jauh-jauh hari sebelum berangkat mencoba menghitung perkiraan biaya yang dibutuhkan selama perjalanan, dan keluar angka yang cukup lumayan, yaitu sekitar Rp 2,5juta. Bagi penikmat zona nyaman total yang sedemikian mungkin akan dipatahkan dengan "Coba kalau itu dipakai untuk makan, bisa untuk beberapa bulan." Sayangnya tekad sudah bulat jadi kalau hanya celotehan yang begituan bukan alasan untuk kemudian tak jadi berangkat. Apalagi Mas Chiko sendiri masih punya impian utama yaitu menginjakkan kaki di Negeri Anak Benua, iya Negara India. Mari kita doakan semoga ada jalan untuk disegerakan, aamiin.
Tahun telah berganti, yang artinya perjalananku tinggal 3 bulan lagi. Pernah suatu waktu iseng mencoba menghitung kira-kira berapa yang aku butuhkan yang sebelum-sebelumnya hanya terlintas di pikiran sepertinya Rp 500.000 cukup hoho. Setelah mencoba menjabarkan ternyata nominal yang selalu terbayang-bayang tersebut kira-kira hanya cukup untuk penginapan dan transportasi dari dan menuju bandara. Amannya dibutuhkan sekitar Rp 1juta. Tapi pun seandainya cukup dengan Rp 500.000, itu pun juga belum ada sama sekali uangnya sampe sekarang hehe. Sudah beberapa kali aku mendapatkan rezeki dalam bentuk uang di hari-hari akhir sebelum keberangkatan dan sebagian besar pada posisi yang tidak pernah aku duga. Tapi rasanya aku akan menjadi manusia yang latah jika mencoba untuk mengharapkan yang sama, lalu kapan aku bisa belajar untuk menerima?
Perkuliahanku sudah memasuki waktu skripsi, rasanya akan sulit membagi waktunya nanti. Aku memilih fokus dulu kepada skripsi, apalagi masih sampai bab 2 yang baru dimulai. Belum juga kelar yang ini, bertambah lagi tanggungan yang harus aku hadapi. Aku dipilih menjadi ketua untuk membuat sebuah acara sebagai penilaian akhir mata kuliah Event Management. Semakin kesini pikiranku semakin dibuat untuk tidak memikirkan masalah liburan, ya sudah aku coba mengikuti bagaimana alurnya. Aku mulai konsultasi dengan Mas Chiko mengenai bagaimana nasib skripsi, meminta saran dan sebagainya, di tengah obrolan random kami saat sedang nongkrong atau main ke rumahnya. Meski tahu bahwa batas waktu pengumpulannya sudah tidak lama tinggal beberapa bulan aku tidak ingin terlalu fokus sampai tidak ada waktu lagi untuk main. Aku hanya yakin bahwa aku bisa mengikuti wisuda di tahun ini.
Pernah pada suatu waktu saat sedang nongkrong di warung dekat rumahku dan membahas seputar dunia perjalanan tiba-tiba Mas Chiko tiba-tiba menanyaiku mengenai kepengenan pergi kemana (Tanpa melihat kondisi keuangan sekarang). Aku rasa banyak orang menjadikan Eropa dan Amerika sebagai dambaan atau impian, bagi para pelaku perjalanan khususnya yang menyukai tantangan juga akan India masuk ke dalam daftar tambahan. Meski aku juga mengidamkan ketiganya, sepertinya aku harus menyisihkannya terlebih dahulu, kemungkinannya masih belum sampai kepadaku. Walaupun aku tahu sebetulnya aku tidak boleh mematahkan begitu saja, karena keputusan tertinggi ada pada-Nya. Hingga kemudian jawaban yang keluar dari mulutku adalah pergi ke Thailand selama 2 minggu. Aku ingin menjelajah beberapa kota disana, merasakan awal mula perubahan setelah Singapore dan Malaysia yang aku rasa sudah mampu beradaptasi disana karena tidak begitu beda jauh dengan Indonesia.
Sekalipun Mas Chiko tidak bertanya mengenai hal tersebut. Dalam pikiran memang aku sudah punya impian kesana, tanpa tahu alasan kenapa harus kesana. Tiba-tiba terpikir saja, ingin ke Thailand selama 2 minggu. Hari terus berganti yang artinya keberangkatan semakin mendekati, meskipun masih sangat jauh dari hitungan hari. Mumpung masih banyak waktu Mas Hendra yang kebetulan juga berangkat pada tanggal yang sama (Karena memang minta dipesankan juga untuk tanggal keberangkatan yang sama hanya pulangnya lebih lama 2 hari) menanyakan mengenai sejauh mana persiapannya yang beberapa bulan sebelumnya aku sempat memberi kabar bahwa sepertinya belum bisa berangkat karena selain belum ada tabungan yang bisa dipersiapkan, juga kemungkinan akan bertabrakan dengan skripsi yang pada waktu itu belum tahu pasti jadwalnya kapan. Untuk yang sekarang, aku mengatakan kembali hal yang sama yaitu belum bisa berangkat karena terkendala uang. Sebagai rasa permintaan maafku karena tidak bisa menemani aku bersedia membantu membuatkan itinerary juga memberikan saran untuk coba posting di forum Backpacker siapa tahu ada yang ke Kuala Lumpur juga di tanggal yang sama.
Mas Hendra justru menimpali dengan kalimat yang bikin sedikit kaget tetapi juga bikin bahagia "Sudah gak usah dipikirin masalah uang." Dan yang buat lebih kaget lagi saat kemudian menambahkan "Untuk tiket pulang kayaknya kita hangusin aja, nanti dari KL kita lanjut ke Thailand terus ke Vietnam." Kemudian aku membatin dalam hati "Ini sriusan?" Meskipun bisa dibilang ini kabar gembira hehe tetapi di sisi lain masih belum bisa percaya karena kasihan juga kalau harus menyiapkan sendiri dana liburan untuk 2 orang. Aku kembali memberikan saran dengan mencoba menanyakan "Kenapa tidak coba cari barengan saja supaya tidak terlalu banyak uang yang harus dikeluarkan?" Kemudian Mas Hendra menjelaskan bahwa takut zonk apabila dengan orang yang baru dikenal. Begitulah singkat cerita yang ternyata tidak ada singkat-singkatnya hoho mengenai awal mula dibalik perjalanan ini. Setelahnya adalah mengatur jumlah hari singgah di setiap negara, juga penginapan serta biaya masing-masing negara yang dibutuhkan. Terakhir sebelum lanjut lagi ke cerita perjalanan, aku berterima kasih banyak kepada Mas Hendra. Aku harus akui niatnya sangat baik dan memang hampir tidak pernah perhitungan, sesederhana pada saat kami pergi ke Pasar Pabean aku menyarankan untuk berkeliling dengan motor saja daripada harus bayar parkir, tapi justru Mas Hendra menyuruhku untuk memarkirkan saja tidak apa-apa, dan masih banyak yang lainnya yang siapa tahu nanti ada di selingan ceritanya. Makanya ikuti terus cerita perjalanan kami hoho.
Pada saat di pesawat ada momen dimana akhirnya aku melakukan obrolan dengan penumpang yang duduk di sebelahku. Seorang Ibu dan anaknya (Mbak Iin namanya) yang pergi ke Kuala Lumpur hanya untuk transit sambil menunggu rombongan lainnya datang nanti malam atau besok untuk kemudian melanjutkan perjalanan umroh. Mbak Iin dan ibunya yang ternyata juga tinggal di Surabaya ini pada perjalanan kali ini merupakan pengalaman pertama mereka bepergian keluar Indonesia. Karena tampaknya masih asing dan bingung setelah turun dari pesawat harus jalan kemana. Mas Hendra dan aku memutuskan untuk menemani selama di Bandara. Sebelum lanjut jalan, turun dari pesawat ritualku adalah pergi ke toilet buang air hoho. Hampir tidak pernah aku lakukan ini di toilet pesawat, kurang nyaman rasanya. Jarak dari Gate menuju ke area imigrasi cukup jauh jadi jalan kaki juga cukup berasa kalau yang belum biasa. Itu kita bawa kopi panas sampe imigrasi sepertinya sudah dingin, soalnya imigrasi Eropa, kena winter hoho. Kali ini Mas Hendra dan aku berjalan cukup santai, kalau kita kekencengan nanti Mbak Iin dan Ibunya bisa gak Kekejar, apalagi pada pakai gamis. Sampai di area imigrasi tidak seperti biasanya, antriannya sudah mengular semua, padahal kami menggunakan penerbangan paling pagi. Entah di Kuala Lumpur ini sedang ada peringatan apa atau memang ini semua para penikmat promonya AirAsia, karena memang di KLIA2 inilah markas mereka.
Karena mungkin belum mengetahui meskipun tanda larangannya sudah ada, dimana Mbak Iin tiba-tiba iseng mengambil gambar yang mengarah ke penjagaan imigrasi, untungnya aku tahu apa yang sedang dilakukan sehingga bisa langsung mengingatkan karena mumpung belum tertangkap kamera CCTV seperti apa yang pernah dialami salah seorang teman. Pada waktu itu langsung didatangi petugas keamanan bandara dan langsung digiring ke sebuah ruangan. Memang kalau kita tidak punya niat jelek entah karena kelalaian atau ketidaktahuan kita akan dibebaskan tetapi prosesnya akan cukup panjang, bisa 2-3jam. Petugas akan mengintrograsi terlebih dahulu dari mulai pengecekan identitas, tujuan datang kemari, uang yang dibawa, sampai nantinya akan dilakukan tes kejujuran. Jadi jangan sekali-kali coba-coba untuk melakukan, mari kita berusaha menjadi warga Indonesia yang dikenal dunia sebagai tamu yang sopan.
Proses melewati imigrasi kami berempat berjalan dengan lancar, semua diizinkan masuk menikmati Malaysia khususnya Kuala Lumpur, kota dimana saat ini kami sedang berada. Sekarang kami jalan menuju area pengambilan bagasi. Sesampainya disana kami langsung melihat ke layar untuk mengetahui di deretan berapa bagasi maskapai kami, kemudian kami berjalan menuju deretan yang sudah tertera dan tinggal menunggu nantinya semua isi bagasi akan berjalan sendiri memutar. Untuk memudahkan membawa semua barang-barang yang sudah kami diambili dan yang beberapa sudah kami bawa dari tadi, kami menggunakan troli yang sudah disediakan oleh bandara. Dulu saat awal-awal pertama kali ke bandara, aku pikir penggunaan alat ini dikenakan biaya sewa, maklum ndeso sekali saya sepertinya hoho. Dengan dibarengi mendorong trolinya, kami tinggal berjalan sampai area kedatangan. Disini sudah mulai banyak sekali berjejeran konter-konter dari yang mulai berjualan Sim card, Handphone, makanan, dll. Buat yang mungkin mendarat di KLIA2 malam hari dan ingin menghemat biaya, di sebelah kiri area kedatangan banyak sekali aku lihat orang-orang ngemper atau istirahat disana, mungkin bisa dicoba. Atau mungkin ada saran lain tempat ngemper di KLIA2 bisa bantu tulis di kolom komentar, terimakasih.
Saat kami sudah sampai di Malaysia tentulah provider Indonesia sudah tidak lagi bisa digunakan kecuali di-roaming, itupun sepertinya biayanya cukup lumayan. Jadi begitu sudah di area kedatangan, tempat yang selalu aku kunjungi pertama adalah Konter yang menjual Sim Card. Untuk di Malaysia Aku biasa menggunakan kartu Digi meski sempat sekali menggunakan Tune Talk karena sedang promo pada waktu itu hoho. Dua-duanya sebetulnya tidak memiliki kendala dengan jaringan sepengalaman saat aku menggunakan, hanya saja mungkin lokasi mempengaruhi. Karena Konter Digi ini lokasinya berada tepat di depan area kedatangan jadinya sangat mudah sekali ditemukan hehe. Dengan membeli paket data yang 30rm yang lupa isinya berapa giga, aku rasa cukuplah untuk 5 hari ke depan. Karena kami masuk ke dalam Konter dan membeli, akhirnya Mbak Iin dan ibu terpaksa ikut menunggu. Entah mungkin supaya bisa berkomunikasi karena kami tidak bisa lama menemani walaupun hitungannya sayang karena cuma dipakai sehari, Mbak Iin ikutan membeli kartu Digi. Sepengalaman membeli Sim card di Bandara, semua akan dibantu pasang dan didaftarkan langsung oleh pegawainya, tinggal menyerahkan paspor yang akan digunakan sebagai identitas si pengguna dan minta ditempatkan pada sim berapa untuk yang tersedia 2 slot Sim card pada HP-nya.
Setelah Sim card terpasang dan Internetnya sudah bisa digunakan kami turun ke lantai 1, di area luar akan banyak sekali Bus beroperasi. Sementara Mas Hendra menemani Mbak Iin dan Ibu yang sedang menukarkan uang di CIMB Bank yang juga berada di lantai 1, aku membeli tiket bus tujuan KL Sentral yang lokasi Konter penjualan tiketnya juga tidak jauh dari situ. Pertemuan kami dengan Mbak Iin hanya sampai disini karena kami harus melanjutkan perjalanan lagi, sebelum berpisah kami terlebih dahulu berfoto bersama juga kemudian Mbak Iin memberikan kami bekal makanan 2 gelas pop mie dan kripik usus karena banyak sekali bekal makanan yang dibawa, dan memang ketika dibuka salah satu kopernya isinya penuh dengan makanan hoho. Setelah berpisah kami tidak langsung naik bus untuk pergi KL Sentral, terlebih dahulu melipir sebentar ke NZ Curry House yang lokasinya ada di pojokan karena dari sebelum berangkat tadi kami belum sarapan. Informasi terbaru yang kami dapatkan langsung bulan Oktober lalu saat balik ke Kuala Lumpur, tempat makan ini sudah tidak lagi ada. Jadi kondisi lokasi terakhir bangunannya dibongkar yang sepertinya akan direnovasi tetapi kurang mengerti akan dijadikan tempat apa nanti. Menu sarapan yang aku pilih adalah Nasi Goreng dan minumannya aku air mineral botol berukuran sedang. Selain di KLIA2, NZ Curry House ini sendiri punya cabang juga yang salah satunya pernah aku lihat di sekitar Petronas atau Jl. Ampang, tetapi kami belum pernah coba makan yang disana. Kurang paham untuk cabang di tempat lain ada atau tidak. Aku pilih Nasi Goreng ini karena dulu waktu pertama kali makan di tempat ini melihat salah satu teman pesan makanan ini lauknya beraneka ragam dari mulai ayam, telur, dan sosis, tetapi harganya jauh lebih murah dari makanan yang aku pesan secara terpisah seperti nasi, lauk ayam, dan apa aku lupa, jadi Nasi Goreng ini seperti harga paket.
Lagi-lagi alasan memilih untuk makan disini adalah karena posisi lokasinya yang cukup pas. Jika ingin menuju ke tempat ngetemnya bus, baik yang menuju KL Sentral, Genting, dll, termasuk juga Shuttle yang merupakan fasilitas gratis dari bandara yang akan mengantarkan penumpang menuju KLIA1 dan Mitsui Outlet Park, setelah makan tinggal jalan sedikit keluar bandara. Karena jam beroperasinya bus tujuan KL Sentral cukup banyak sehingga hampir tidak pernah aku menunggu begitu lama, yang lebih sering justru begitu keluar bus tampak sudah bersiap di depan, juga pada saat sekarang ini. Setelah tiket aku berikan pada kernet atau petugas yang kemudian disobek sedikit sebagai tanda lalu dikembalikan, kami memasukkan sebagian barang bawaan ke dalam bagasi bawah yaitu tas jinjing serta kopernya Mas Hendra.
Selama sekitar 1jam-an perjalanan, hanya sebentar sekali aku melihat kondisi jalanan dan pemandangan di luar, itu pun saat masih beberapa kilo dari KLIA2, sisanya sudah tentu lagi-lagi digunakan untuk tidur. Entah karena kekenyangan atau keadaannya yang mungkin membosankan. Mainan HP di dalam bus lama-lama bisa bikin pusing, betul gak sih? Atau cuma aku saja, juga memang tidak ada yang nge-chat sih hoho. Ngobrol dengan Mas Hendra juga jarang sekali, jadi ya memang paling enak dipakai buat istirahat, Mas Hendra pun juga. Saking pulesnya tahu-tahu bus sudah mau sampai aja di KL Sentral, yang artinya sebentar lagi seluruh penumpang termasuk kami berdua akan turun. Sampai di tempat penurunan, keluar dari bus tak lupa kami mengambil barang yang ada di dalam bagasi, bergantian dengan penumpang lainnya.
Pada hari pertama ini kami masih belum bisa eksplor Kuala Lumpur karena mau ke tempat yang jauh terlebih dahulu. Kami akan pergi ke Genting dan akan menginap di First World yang sudah kami pesan sebelumnya melalui online untuk 1 malam. Jadi setelah mengambil barang-barang bawaan, kami langsung melipir ke Konter Go Genting untuk membeli tiket bus (PP) sekalian dengan tiket Cable car nya (PP juga). Karena waktu sudah menunjukkan siang, Konter mulai dipadati oleh antrian calon pembeli. Ini menjadi kesempatan bagi para supir taksi untuk menawarkan jasanya yang dimana kami juga sempat ditawari. Selain tidak lagi perlu antri, dari sisi keuntungan menggunakan jasa mereka adalah juga tidak perlu menunggu jadwal keberangkatan yang kalau sudah siang begini bisa sangat lama. Tetapi untuk soal biaya tidak usah lagi ditanya, bisa 4-5x lipat dari harga total bus dan Cable car pulang pergi. Kami yang sedang mencari pilihan yang paling murah karena tidak sedang dikejar waktu dan ingin merasakan sensasi naik Cable car lagi akhirnya memilih masuk ke dalam antrian. Sementara biar bisa fokus pada saat antri, ceritanya akan kita lanjutkan nanti lagi.
Bersambung...
Dokumentasi lainnya di bawah:
Itu yang kelihatan baru 2, belum di Gate-gate lainnya hoho
Belum sarapan makanya berani unjuk gigi
Siapa yang tidak tergoda kalau lauknya segitu banyaknya
.
#umarilahjalan ~
Komentar
Posting Komentar