[Part 3.9] HUJAN SEBENTAR DI TANAH LOT
Kalau sudah berada dalam mobil semua tentu lah perjalanan dilanjutkan. Karena perjalanan sekarang berlawanan arah dengan pada saat berangkat, kami bisa melihat dengan jelas bagaimana kemacetan yang berada di sisi kanan mobil kami. Melihat kejadian seperti ini ada beberapa hal yang menjadi masukan bagi diriku, masih nekatnya orang-orang dengan yakinnya bahwa akan bisa sampai di tujuan yang mereka diinginkan. Di sisi lain sopir yang mengendarai kendaraannya juga tidak patah semangat demi memberikan yang terbaik untuk para penumpangnya bisa menikmati wisata di kawasan tersebut. Bisa dibilang ini merupakan macet terparah sepanjang perjalanan tiga hari kami karena pada saat mobil menepi ke sebelah kanan di sebuah tempat makan yang lokasinya sudah beberapa kilometer dari tempat yang kami kunjungi tadi kemacetannya ternyata masih ada.
Tak sekedar berhenti, di tempat makan ini kami semua turun dari mobil dan mampir ke dalam karena sekarang adalah waktunya makan siang. Nasi Ayam Betutu plus Jeruk Hangat ditambah dengan view kemacetan jalan menjadi menu makan pada siang hari ini. Selesai makan? Ya langsung lanjut lagi, masih ada satu lagi misi kita hari ini. Eh sebenarnya tiga sih, cuma yang dua terpaksa harus skip karena lagi-lagi waktu yang tidak memungkinkan. Alas Kedaton sudah benar-benar tercoret dari list sedang yang satu lagi Krisna Oleh-Oleh masih diupayakan untuk esok hari. Lalu kemana untuk spot terakhir hari ini? Cluenya pantai, udah sementara itu dulu hoho.
Dari tempat makan siang tadi sekitar 1 jam-an perjalanan yang kami tempuh untuk sampai di tempat wisata ini. Seperti biasa satu per satu turun setelah mobil diparkirkan. Tiba-tiba kembali muncul pertanyaan dalam hati "Rasa-rasanya beberapa tempat wisata di Bali yang pernah aku kunjungi sekitar 7 tahun yang lalu banyak yang mengalami perubahan", hehe iya sih memang sudah lama sekali. Seperti tempat wisata Tanah Lot yang sedang kami kunjungi sekarang ini, lagi-lagi awalnya sempat tidak percaya ketika diberitahu bahwa ini adalah tempatnya karena dari parkiran tidak terlihat dimana pantainya, juga pura dan goa yang katanya wanita yang sedang berhalangan tak diijinkan masuk ke dalamnya. Yang terlihat dari parkiran hanyalah sebuah pasar cindera mata khas Bali. Atau cuma aku saja yang memang sebetulnya lupa gambaran suasana di sekitarnya, yang teringat hanya fokus utamanya saja.
Kami berjalan melewati pasar hingga kemudian lagi-lagi dipertemukan dengan sebuah taman, tapi untuk yang kali ini benar-benar dimanfaatkan pengunjung untuk lesehan baik yang untuk makan, minum, atau sekedar duduk-duduk. Roy sendiri juga mengajak sebentar duduk di sekitar taman karena sedang ingin membeli rujak buah yang sepertinya itu merupakan salah satu makan favoritnya. Memang di sekitar taman ini ada beberapa penjual rujak buah yang buat kalian yang suka boleh dicoba untuk membelinya. Roy nampak dengan santai sangat menikmati, sedang aku sambil duduk memperhatikan para pengunjung yang lewat sembari cuci mata kepada bule-bule wanita hoho. Dari sekitar taman ini sendiri banyak sekali view bagus yang bisa diabadikan.
Beres Roy makan, kami lanjut berjalan menyisiri pagar yang membatasi pantai ini hingga kami berada pada sebuah pertigaan, di sebelah kiri adalah gapura tinggi khas Bali yang mungkin sebagai simbol selamat datang dan selamat jalan karena di sebelah kanan merupakan jalan menuju ke tepi pantai. Tentu kami berjalan ke arah kanan, dan setelah berjalan beberapa meter baru lah di sisi kiri terlihat ada pura dan goa yang aku maksud. Pelajaran sederhananya mungkin adalah sesuatu yang terlihat sangat baik, bagus, ataupun indah perlu proses untuk mencapainya. Seperti mencari tahu makna atau nilai yang didapatkan dari seseorang dengan kecintaannya sebagai pejalan, 3 gelas kopi bisa jadi belum cukup untuk menemani obrolan pembahasan ini.
Saat menikmati pantai dari tepi yang berdekatan dengan air yang kadang terkena sedikit cipratan ombaknya, tiba-tiba turun hujan. Semua pengunjung lari berhampuran mencari tempat teduh. Karena aku menyadari disini merupakan alam terbuka dimana tempat berteduh lumayan jauh, yasudah aku tak mau lari terburu-buru. Baru beberapa meter tak jauh dari posisiku sebelumnya ternyata hujan kembali reda, ada mungkin hanya sekitar 5 menitan. Nampaknya sedang ada deadline di tempat lain atau seperti suasana balapan motor dalam sirkuit, kencang gerakan dan suaranya hanya sekilas kemudian menghilang. Tapi ya begitulah, kan semesta juga ingin menyapa juga bercanda dengan para penghuninya. Hingga akhirnya para pengunjung kembali mendekat ke pantai untuk melakukan aktifitasnya masing-masing yang sempat tertunda tadi.
Puas menikmati pantai di Tanah Lot meski tanpa masuk bahkan mendekat ke goanya juga karena hari sudah semakin sore, kami kembali menuju ke parkiran. Tak ada dalam pikiran kami untuk tahan dulu sebentar yang siapa tahu ada momen sunset yang bisa didapatkan, karena mungkin faktor agak lelah atau bagaimana hoho. Dengan melewati gapura tinggi tadi juga pasar yang ternyata tak hanya menjual cindera mata tetapi juga jajanan semacam food street akhirnya kami sampai juga di parkiran. Sempet agak kebingungan mencari mobil karena ternyata posisinya tidak sama dengan pada saat kami turun tadi, eh tapi tidak butuh waktu sampe 2 bulan untuk berhasil menemukannya hoho. Satu per satu masuk ke dalam mobil dan tentunya perjalanan kembali dilanjutkan, bukan ke tempat wisata melainkan pulang. Berbeda dengan sebelumnya karena kali ini kami minta untuk tidak diturunkan di parkiran hotel. Lalu dimanakah? Tunggu di cerita selanjutnya!
Bersambung...
Dokumentasi lainnya di bawah:
Apakah vitamin sea bisa mengobati sariawan?
Gapura khas Bali
Dari sekian banyak kira-kira mana saja yang berjalan menuju ke goa
Kami kan cuma anak rumahan yang gak berani main jauh-jauh sampe ke tengah
#umarilahjalan
Komentar
Posting Komentar