[Part 3.6] TIRTA EMPUL DAN KAIN SARUNG, ADA APA DENGAN KEDUANYA?


Bali yang masih sangat kental akan kebudayaannya, mempunyai nilai tersendiri di mata para wisatawan. Bahkan meski memasuki jaman yang sudah berkembang, tak sedikitpun luntur adat dan kebiasaan para penduduknya. Dari mulai banyak pohon yang batangnya diselemuti kain bermotif seperti catur yaitu kotak-kotak hitam putih, juga banyak sekali dupa yang diletakkan di trotoar jalan. Tak perlu diinjak apalagi ditendang, biarkan sudah pada posisi seperti itu. Kita hanya tamu yang harus menghormati dan menghargai apa yang menjadi aktifitas si tuan rumah. Tak hanya di pinggiran jalan, bahkan di dalam mobil Pak Ketut pun juga ada, diletakkan di dashboard sebelah pojok kanan. Apalagi Pak Ketut sering mengatur AC mobilnya di nomor 1 jadi bau-baunya sering kali tercium.

Tempat yang akan kami kunjungi selanjutnya ini juga sangat kental akan Bali nya bahkan untuk urusan spiritualitas, karena tempat tersebut merupakan pura. Dengan menempuh perjalanan kembali turun sekitar 30 menitan kami tiba di lokasi. Sudah di depan pintu masuk kami tak bisa segera turun untuk mengeksplore ke dalam karena hujan masih juga belum reda atau berhenti. Kami tetap berada dalam mobil sambil menunggu Pak Ketut yang sedang membelikan tiket masuk. Setelah Pak Ketut kembali, ternyata mobil kami sudah di datangi ibu-ibu yang sedang menyewakan payungnya. Karena di dalam mobil hanya ada 1 dan kami tak bisa lama-lama menunggu karena tak juga pasti kapan hujan ini berhenti akhirnya kami menyewa 2 payung yang masing-masingnya dikenakan biaya Rp 5.000. Satu persatu turun untuk kemudian jalan kaki masuk ke kawasan Pura Tirta Empul, iya itu adalah nama tempat wisata yang sedang kami kunjungi ini. Pak Ketut seperti biasa tidak ikut masuk dan menunggu di parkiran. 

Tempat wisata yang masuk kategori tempat peribadatan mempunyai aturan yang biasanya hampir sama yaitu baik laki-laki atau perempuan yang mengenakan celana atau rok pendek akan diberikan kain sarung supaya terlihat lebih sopan dan menghormati. Di beberapa tempat kain tersebut dipinjamkan secara gratis, di beberapa tempat lainnya ada biaya sewa yang dikenakan. Nah untuk mengantisipasi biaya sewa yang sebenarnya bisa digunakan untuk pengeluaran lainnya (Kalau memang sudah ada niat untuk beramal ya tidak masalah) maka jika di itinerary kita pada hari tersebut ada kunjungan ke semacam tepat peribadatan lebih baik dipersiapkan untuk mengenakan celana panjang. Karena pada waktu itu hanya aku yang mengenakan celana panjang aku hanya menunggu saat teman-teman sedang meminjam kain sarung di pos peminjaman. Untuk di Tirta Empul ini sendiri kain sarungnya dipinjamkan secara cuma-cuma. Setelah selesai mengenakan dengan mengaitkan masing-masing ujung atas melingkari pinggang, kami semua masuk. Tak ada halangan, semua berjalan lancar sebagaimana mestinya. Kami sempat beberapa kali berfoto, berteduh sebentar, kemudian juga melihat ritual penyucian diri yang dilakukan di dalam kolam. Hingga setelah akan berjalan masuk ke dalam tirta atau pura aku tak diijinkan masuk. Dan ternyata kenapa? Aku tidak mengenakan kain sarung. Aku baru tahu jika aturan disini penggunaan kain sarung bukan untuk kriteria tertentu tapi berlaku untuk semua pengunjung. Karena tidak bisa masuk terpaksa aku menunggu *Rasanya seperti di-Callback dengan saat di pos peminjaman tadi.

Setelah agak lama menunggu dan belum pada keluar kok rasanya jadi penasaran dengan apa yang ada di dalam. Karena sudah tidak tahan, dengan langkah agak cepat aku berjalan kembali ke pos yang posisinya tidak begitu jauh tetapi agak lumayan, meminjam kain sarung kemudian jalan kembali ke arah tirta. Begitu mau masuk tiba-tiba terfikir bagaimana kalau pas nanti di dalam tidak bertemu teman-teman karena entah simpangan atau jalannya banyak yang bercabang, yang ada aku malah jadi merepotkan. Yasudah akhirnya aku memutuskan untuk menunggu di tempat semula meski sudah terlanjur kain sarung sudah aku pinjam dan kenakan. Belum juga pada balik eh malah yang datang bule cantik, berdiri beberapa senti tepat di sampingku. Saat ada momen dimana dia menoleh ke arahku, reflek yang pertama kali aku lakukan adalah memberikan senyum. Apakah kalian tahu responnya? Ternyata dia membalas dengan... senyum juga hoho. Sinyal bagus ini, kalau sudah begini aku memberanikan diri untuk basa-basi dari mulai tanya asal, nama, pendapatnya mengenai Bali, dan yang juga tidak kalah penting adalah jawaban dari pertanyaan "Sama siapa kesini?" Tentunya pake english dong ngeremehin *Walaupun asal nyeplak aja ngomongnya hoho. Dan ternyata dia tidak sedang dengan pacarnya pemirsa, walaupun saat itu belum tahu masih single atau sudah ada yang punya. 

Bule yang aku lupa nama dan asal negaranya ini berkunjung ke Bali berdua dengan mamanya. Saat kami sedang ngobrol mamanya juga masih ada di dalam, dia lebih dulu keluar. Obrolan kami tak berlangsung karena mamanya sudah datang tidak lama kemudian. Sempet kenalan juga sebentar dengan mamanya siapa tahu lagi cari mantu yang pengertian dan perhatian buat anaknya hoho. Selang beberapa menit setelah mereka pergi, teman-teman datang. Foto sebentar di sekitar titik poin kami bertemu kemudian jalan keluar untuk mengembalikan kain sarung dan balik ke mobil. Saat akan jalan ke parkiran yang mana payung sudah kami kembalikan malah hujannya menjadi tambah deras. Akhirnya kami berlarian ke tempat mobil kami diparkiran yang posisinya lumayan dan segera masuk ke dalam. Tak ada lagi yang masih di luar, mesin dinyalakan untuk kemudian melanjutkan perjalanan balik menuju hotel. Karena ini kali pertama balik menuju hotel memasuki waktu sore, memasuki kawasan legian jalanan sudah macet parah seperti ketika momen arus mudik lebaran. Meski jalannya cuma searah, kurang besarnya jalan dan banyaknya kendaraan terutama roda empat menjadi penyebab kemacetan. Pada saat sampai di hotel seperti biasa langsung menuju kamar masing-masing untuk istirahat sejenak, mandi, dan kemudian jalan lagi keluar untuk cari makan malam. Eh tapi untuk hari ini sedikit ada yang berbeda. Apa kira-kira? Tunggu di cerita selanjutnya!

Beraambung...
*Dokumentasi lainnya di bawah:
Tri apa yang cocok untuk mereka? 
*Kurang 1 lagi gak pernah mau ikut foto bareng karena mungkin perempuan sendiri
(Ritual penyucian diri ada di balik gapura ini - Tirta Empul)

Ada ikan yang tidak boleh masuk kolam? Ikan Bakar hoho (Bolehnya masuk piring)
(Kolam ikan - Tirta Empul)

Ya disini ini, aku bisa berduaan dengan bule cantik
(Pintu masuk Tirta - Tirta Empul)

#umarilahjalan

Komentar