[Part 1.1] MAU KE CAFE SAWAH MALAH NYASAR KESINI
Menjadi kebiasaan kalau sudah pergi pake mobil seperti tak kenal hari, berangkat mulai dari jumat siang balik Surabaya bisa minggu sore ataupun siang, itupun kalau masih tanggung bisa sampe seninnya. Entah pola hidup macam apa ini. Untungnya kami bisa menikmati, meski dompet teriak teriak karena sudah jarang diisi eh temen-temen lamanya pada suka diambili.
Tujuan pertama yang juga memang menjadi tujuan utama kami berdua adalah nyekar/ ziarah ke makam almh. Ibunya Mas Chiko yang lokasinya ada di Desa Tarik, Mojokerto. Alasan bepergian di hari jumat siang adalah perjalanan masih terbilang lancar ketimbang akhir pekan meski ya namanya Surabaya yang penduduknya makin padat jadi terkadang di beberapa titik sedikit macet, tapi masih bisa jalan merambat. Sampai di Tarik sekitar jam 3an langsung menuju makam untuk kirim doa.
Masih 1 desa dan tak seberapa jauh dari makam, banyak saudara diaana. Setelah kirim doa, Mas Chiko selalu mengajak menyempatkan mampir, supaya tali silaturahmi tetap terjaga, sekalian sholat ashar di mushollah yang ada di sebelah rumahnya. Meski tak bisa lama-lama karena masih harus melanjutkan perjalanan, tapi siapa yang tak bahagia ada keluarga menyempatkan ketemu untuk menanyakan kabar, keadaan, juga sedikit saling berbagi cerita.
Perjalanan dilanjutkan naik ke arah Pacet. Bukan untuk menikmati dinginnya malam ditemani Ronde, Angsle, Wedang Tape ataupun Jahe, tetapi lagi-lagi untuk silaturahmi, biasanya sekalian numpang untuk bermalam. Bukan saudara ataupun keluarga, tetapi kedatangan temanku yang satu ini selalu dinantikan mereka, aku sih cuma ngikut aja hoho. Tapi lama-lama menjadi ikut akrab juga. Ini juga kembali kepada masing-masing pribadi, bisa atau tidaknya beradaptasi dengan orang-orang baru.
Sayangnya di waktu itu sedang tak ada yang lagi di rumah alias rumahnya kosong. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di rumah Mbak Nah, begitu sapaan Mas Chiko kepada beliau yang masih terbilang saudara. Meski lokasi rumahnya masih beberapa kilo dari Pacet, tapi hawa dinginnya sudah mulai kerasa. Berbeda dengan yang beberapa kali kita tumpangi, lokasinya berada tepat di Pacet. Perkara dingin, sudah tak bisa ditolerir, sampai pagi pun kadang masih terasa.
Di sisi lain saudara senang karena masih ada yang mau menyempatkan sambang (Silaturahmi), di sisi lain kami berdua aman perkara tidur dan makan. Tak ada kegiatan lagi untuk malam ini, tinggal menunggu waktu istirahat dan perjalanan akan dilanjutkan esok pagi.
Perkara bangun, aku yang kadang agak susah. Pernah saat pertama kali jadi TL (Tour Leader) bawa rombongan anak SMA kelas 3 ke Jogja, ku himbau semua untuk kumpul besok pagi jam 7, dan WHAAAT? Pukul 7 lebih aku baru bangun, betapa malunya aku :(. Pagi ini aku bangun pukul 6an, meski belum terlalu siang, tapi terhitung telat melihat orang rumah udah pada bangun semua, termasuk temanku juga. Karena masih terlalu pagi dan rasanya masih males buat mandi, akhirnya santai-santai sebentar sambil nonton TV. Tak lama kemudian, menu sarapan sudah disiapkan di atas meja. Tanpa menunda kami berdua langsung menuju kesana, mengambil piring dan sendok lalu mengambil nasi serta lauk dan meletakkannya di piring tadi yang artinya siap untuk sarapan. Tak begitu ingat menu yang dihidangkan yang pasti menu sederhana (Bukan Masakan Padang) tetapi bagi kami sudah nikmat luar biasa.
Waktu terus berjalan, begitupun hari makin siang, kelihatan dimana di luar sudah mulai terang, juga rasa dingin perlahan hilang tergeser oleh panasnya sinar sang surya. Kami harus segera bergegas mandi, dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kembali. Mandinya jelas tidak bareng, tetapi berganti, yang satunya kemas-kemas dan rapi-rapi.
Setelah semua siap dan tak ada lagi yang tertinggal, aku menunggu di depan sementara Mas Chiko harus ambil mobil yang dititipkan semalam karena tak ada tempat untuk parkir mobil di rumah. Bukannya aku tak pengen antar untuk ambil, hanya di rumah cuma ada 1 motor yang pas aku naiki ternyata Jupiter MX nya yang pake kopling. Seumur-umur baru bisa pake yang matic & gigi. Yasudah aku cuma bisa menunggu tanpa ada kepastian *Hmm mulai.
Aku menunggu depan rumah sambil liatin sambil ngeliatin motor dan mobil lewat, sampe tak terasa tiba-tiba waktu sudah berjalan 6 bulan *TIDAK TIDAK! Tapi memang agak lama sih, karena mungkin aku nunggunya sambil berdiri, gak ada kursi. Kan mobil juga beda dengan motor (Dari dulu kali), kalau parkirnya ada dalam gang, keluarnya gak semudah kayak motor yang tinggal gas aja.
Setelah mobilnya sudah kelihatan, aku bantu untuk mengatreti (Bahasa apa ini) alias menyebrangi (Sungai kali) pokoknya menahan atau meng-stop sementara kendaraan lainnya supaya mobilnya bisa menyebrang dengan aman. Kini kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan.
Mau kemana lagi?
Setelah merasakan sudah bagusnya jalan Cangar di perjalanan sebelumnya, kami ketagihan untuk mencoba yang kedua kalinya, alasan lain adalah daripada harus muter ke bawah lewat Pandaan, Lawang, Singosari yang mana lebih jauh dan mungkin agak macet mengingat ini sudah memasuki akhir pekan. Untuk rute Cangar sendiri terlebih yang membawa mobil dibutuhkan tenaga ekstra karena tracknya yang masih sama dengan sebelum-sebelumnya *Yang pernah/ sering lewat pasti tahu, hanya saja jalannya sudah sedikit diperlebar, dant diperbarui aspalnya, meski di sekitar pintu masuk Cangar masih proses pengerjaan. Tetap semangat untuk para pekerja & semoga lancar pengerjaannya tanpa ada kendala dan rampung tepat pada waktunya, aamiin.
Rute hari ini adalah Kota Batu. Berbeda dengan perjalanan sebelumnya yang ke Batu hanya mampir Alun-alun untuk sekedar numpang mandi, jalan-jalan, atau beli cemilan, kali ini mau coba nikmati salah satu tempat wisatanya. "Sebelum dilanjut, emang dimana di Alun-alun ada tempat buat mandi?". Buat yang belum tahu, tempat mandinya ada di gang samping Masjid Agung An-Nur yang ada di seberang Alun-Alun. Tempatnya dijamin bersih & terawat, juga ada fasilitas air hangat. Tentu ada biayanya, kalau belum berubah untuk air dingin Rp 4.000, dan air hangat Rp 8.000, cukup murah kan? Biar gak kumus-kumus waktu lanjut jalan-jalan hoho. Gak usah khawatir buat yang gak bawa perlengkapan mandi, disana ada dijual juga.
Setelah sebelumnya cari-cari tempat wisata yang sekiranya agak murah tapi gak bikin kecewa pastinya, akhirnya pilihan tertuju pada Cafe Sawah, yang berada di Pujon Kidul. Keluar dari area Cangar dan memasuki area Batu, GPS HP langsung aku nyalakan untuk membantu mengarahkan menuju ke lokasinya. Sudah biasa kalau melewatkan si pengguna ke jalan-jalan yang belum pernah dilewati sebelumnya, bahkan kadang masuk gang-gang yang kadang tembusnya kemana aja bikin penasaran.
Karena terlanjur masuk gang-gang dan memang dari awal gak tahu arah menuju Cafe Sawah, kami berdua berpatokan penuh pada GPS. Hingga sekitar 20 menitan kemudian kami masuk ke Desa Pujon "Syukurlah GPS nya tak menyesatkan", tidak langsung kami matikan karena masih harus menunjukkan sampai betul-betul ke lokasi. Sudah mulai terlihat plang-plang yang berada di pinggir jalan, dan arahnya sama. Ada di satu momen dimana pas kebetulan aku sedang menoleh ke kiri ada gapura bertuliskan Desa Wisata Pujon kalau gak salah, dan mobilnya agak kelewatan, langsung kami putar balikkan, menuju jalan tadi sembari GPS dimatikan.
Dari gapura tadi lurus beberapa meter kemudian belok kanan tak jauh darisana ada petugas yang menjaga area masuk dan sebagai loket untuk pembelian tiket masuk. Murah saja, hanya Rp 10.000/orang sudah termasuk dengan voucher makan senilai Rp 5.000. Setelah tiket masuk terbeli, kami masih harus lanjut jalan meter lagi untuk memarkir mobil dan benar-benar sampai di lokasi. Dan ternyata, tempat yang kami tuju berbeda, ini namanya Bukit Nirwana!
Apa aja yang ada disana? Dan
Bagaimana suasananya?
Tunggu di postingan selanjutnya!
Komentar
Posting Komentar